"Em, ma_ mau apa?" Bulan kikuk ketika Angkasa semakin dekat padanya. Berulang kali mengerjap-ngerjapkan bola matanya gugup.
Angkasa sudah bisa membaca itu. Ia tahu sebenarnya istrinya telah berbohong tentang hai--dnya. "Setakut itu kau denganku. Dulu waktu belum menikah kau selalu menciumku lenih dulu tapi kenapa sekarang justru sebaliknya?"
Bulan menganga. Bibirkan terlihat sangat se*si dimata Angkasa. "Mm... ." Bola mata Bulan mengikuti tangan Angkasa yang mulai terangkat menyentuh dagunya.
Deg! Deg! Deg!
Degupan itu semakin keras dan Angkasa dapat mendengarnya dengan jelas.
Pemuda itu memainkan jari Ibunya menyisir tepian ranum merah muda yang menghaus kan dahaganya.
Glek!
Bulan meleguk salivanya dengan kasar. Kakinya lagi-lagi bergetar hebat. Diluar akal sehatnya, Ia takut. Angkasa menatapnya semakin tajam. Tidak, lebih lekat tepatnya. Pemuda itu seperti singa, sebentar lagi pasti akan mencabik-cabik tubuhnya. Oh, Tuhan... ini sungguh gila. Bulan berkali-kali meneguk salivanya dan berkali-kali juga menganga.
Mematung, itu yang dilakukannya. Tak mampu bergerak apa lagi berbicara. Cuaca yang seharusnya dingin berubah menjadi sangat gerah. Ya, tubuh yang di tutupi handuk sebatas dada dan diatas lutut itu berkeringat sesaat kadang berubah merah.
Bulan tidak punya alasan, belum siap apa lagi kepikiran. Otaknya mendadak buntu. Berat, tidak bisa berpikir bahkan bernafas pun sulit. Apa lagi tangan pemuda itu mulai menyentuh pinggangnya dengan kedua tangan.
Ada yang aneh, sangat tidak enak terasa menganggu. Sesuatu benda keras saling bertemu. Menyentuh pangkal pah__a miliknya.
Bulan benar-benar menjadi robot, tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun saat lagi-lagi Angkasa memberi gesekan halus di bawah sana.
"Aku tahu kau berbohong? kau tidak sedang hai__idkan? Jadi, aku akan meminta hak ku sekarang. Karena aku sudah sangat lelah menunggu ini," desis Angkasa sayup.
Darah Bulan seolah berlarian, benar-benar tidak bisa tenang. Ia tahu maksud ucapan pria didepannya. Meminta sesuatu dari seorang istri. Sedang dia, siapa? tidak, dia bukan istrinya bagaimana bisa Bulan akan memberikan itu pada pria asing yang sebenarnya Ia sendiri tidak berniat ada disana sebagai seorang Sekar. Ia juga tidak tahu, tidak pernah bertemu. Apa mungkin Bulan bisa menjadi Sekar dan halal dalam berhubungan.
Kenapa otakku tidak bisa berpikir jernih? Mustahil aku memberikan tubuhku pada pria yang bukan suamiku....
Angkasa menangkap raut tegang di wajah Bulan. Ia suka pemandangan itu, menarik dan baginya sangat menggoda. Siapa pria yang tidak suka ada perempuan hanya mengenakan handuk mini berdua di dalam ruangan tertutup.
Angkasa mulai meluncurkan aksinya, menciumi pipi Bulan di setiap inci tanpa sisa sedang tangannya sangat nakal mere___mmmas boko*ngnya perlahan.
Bulan? bagaimana ini?
"Swe_ Sweety tunggu dulu, auh, ahk... tidak, tolong tahan sebentar, ahk..." Bulan mengelinjang, geli tapi mengerikan baginya.
"Kenapa? biarkan aku melakukannya? kita akan buat anak yang banyak," tilas Angkasa. Menye*sapi jenjang leherrnya yang begitu menggugah selera. Li*ahnya menjulur panjang menyapu sempurna sudah seperti layaknya sapu ijuk.
"Sweety, tahan dulu!" Bulan berusaha meronta tapi Angkasa membekap tubuhnya dengan erat.
Terus, memberi rangsangann maut yang melemahkan ribuan saraf di tubuh Bulan.
"Oh... Tidak. Aku belum siap. Aku mohon, aeuh.. aihk...ahk..."
Bulan tidak bisa menahan suara des*an nikmat yang meluncur begitu saja dari mulutnya. Kini tangan itu mulai menyelusup masuk dan bersentuhan langsung dengan bo*ongnya.
Bulan menatap kegiatan Angkasa yang menggila, Ia terhipnotis sesaat namun Ia teringat pada Maya dan Awan siang tadi hatinya menjadi panas.
"Angkasa, hentikan!" teriaknya mengeras. Angkasa langsung terdiam, Ia mengamati wajah Bulan yang terlihat menangis.
"Hiks... hiks... hiks... Kamu jahat, kamu tega. Kamu menyakiti aku, apa kamu tidak tahu?" ucapnya culas. Memukul- mukul pelan dada Angkasa yang akhirnya melepaskan tubuhnya.
"Sayang, kamu beneran takut atau_?"
"Aku tidak tahu, tapi sekarang aku merasa kamu itu menyeramkan persis singa lapar," pekiknya lagi. Mendudukkan diri di tepi ranjang sambil menutupi wajahnya. Angkasa jadi merasa bersalah dan duduk berlutut didepan Bulan.
"Maaf, Sayang. Aku tidak bermaksud. Aku cuma ingin kita menjalani kewajiban setelah menikah apa itu salah?"
Tidak salah, tapi yang salah adalah aku bukan istrimu, Angkasa gumam bulan dalam hati.
"Sayang, aku juga ingin menjadi Ayah dari anak-anak kita dan membahagiakan mu dengan kasih sayangku apa itu juga salah?" Angkasa terus menanyakan hal yang sebenarnya tidak perlu di lontarkan nya dan Bulan yang pantasnya mengerti keinginannya sebagai pria normal.
"Maaf, aku masih takut, Sweety. Dulu aku mengira hal semacam ini tidak perlu terjadi. Cukup berciuman saja dan tidur dalam satu ranjang dengan pria sudah membuat hamil. Tapi yang kau lakukan tadi benar-benar menyeramkan..hiks...."
Angkasa tercengang, tidak percaya sama sekali jika Sekar yang dulu agresif berpikir sedemikian rupa. "Sayang, kenapa kau jadi pemalu sih? dulu kau sering meminta untuk bertarung lidah denganku, duduk dipangkuanku juga. Kenapa sekarang jadi begini?"
Bulan menoleh kearah foto Sekar yang terpajang didinding itu dan tidak tahu seperti apa Sekar padanya waktu masih dalam keadaan hidup.
"Jangan samakan dulu dan sekarang. Bagaimana aku tidak takut, ada yang bilang kalau malam pertama itu menyakitkan bahkan kau akan merobek milikku sampai berdarah. Bukan kah itu ngeri?" Bulan membela diri. Entahlah benar tidaknya tapi Ia pernah membaca hal serupa di sebuah berita majalah. jika malam pertama adalah malam kehancuran mahkota wanita.
"A_ apa?" Angkasa tercekap.
"Benarkan? kalian pria hanya enak nya saja. Tidak memikirkan wanita yang rusak oleh ke kejaman bira*i kalian," ketus Bulan lagi. Tidak sempat terpikir tapi kata-kata itu terlontar begitu saja.
Angkasa menggeleng. "Itu tidak benar, Sayang. Malam pertama adalah surga dunia.
"Dari mana kamu tahu?" Bulan berdiri dan bersedekap diatas Angkasa.
Angkasa ikut berdiri dan merasa kecewa. "Kata teman pria ku," jawabnya yakin.
"Na kan terbukti. Kalian itu barisan perusak pertahanan wanita. Setelah dirobek dan hamil lalu kalian tinggalkan mereka seenaknya dan mencari yang lain," jengah Bulan lagi semakin lantang.
"Sekar, aku tidak seperti itu," tampik Angkasa. "Justru aku menunggu momen kehamilanmu dan kita akan membesarkan anak kita bersama-sama."
"Alasan...!"
"Sungguh? kenapa pikiranmu jadi sempit begitu. Aku tidak mungkin berkhianat meninggalkanmu."
Angkasa garuk-garuk kepala. Masih bingung akan pikiran dangkal dari Bulan yang bisa sejauh itu menilai dirinya. Terbersit pun tidak berencana meninggalkan istri setelah hamil anaknya.
Bulan mengulum senyum. Ia berharap ucapannya berhasil membuat Angkasa lupa keinginannya.
"Ayolah, Sayang. Kau tidak kasihan denganku." Angkasa menyandarkan kepala dipundaknya. Tidak menyerah untuk terus merayu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🆅🅸🅽🅰 ❸﷽ ⃞⃝⃟⍣⃝🌺꧂
jelas berubah, karena bulan, bukan sekar.. 🤭🤭
2022-07-02
1
Rika Jhon
memainkan ibu jarinya bkn jari ibunya😁 jari emaknya dong yg di mainin
2022-06-16
1
Mamanya Glen
angkasa kasian ....nahan nafsu...kasian 😭
2022-05-31
1