Sekitar pukul satu siang, Alhamdulillahnya Fatan tidak menunjukkan gejala apa pun. Ia justru malah tertidur sangat pulas. Bulan merasa senang, Ia yakin Fatan akan secepatnya sembuh setelah ini.
Karena sudah lama disana, Bulan berpamitan pada Dokter dan Suster. Seseorang tak lama datang menghampirinya. Perempuan seksi kira-kira 25 tahun.
"Siang, Bu. Maaf baru balik lagi," kata perempuan itu.
Bulan yang tidak mengenalnya bertanya. "Anda siapa ya? saya tidak pernah lihat?"
"Oh iya, saya Mesya yang selama ini menjaga Fatan selama Ibu pergi." gadis itu memperkenalkan diri. "Bu Sekar mau pulang sekarang?"
"Iya, saya harus menemui suami saya," jawabnya asal. Memantik tubuh Mesya, Ia tidak yakin wanita seseksi Mesya bisa menjaga Fatan dengan baik.
"Baik, Bu. Jangan khawatir kan Fatan disini."
"Iya, makasih. Tolong hubungi saya jika ada apa-apa dengan Fatan ya."
"Baik, Bu. Saya melaporkan keadaan Fatan satu jam sekali pada Pak Dewok," jawab Mesya lagi.
Setelah Bulan yakin, Fatan lebih aman. Ia bergegas menemui Awan terlebih dahulu untuk menjelaskan masalah kemaren di sebuah bengkel dimana Awan adalah seorang montir handal.
"Bang, Dino. Awannya ada?"
"Eh, neng Bulan. Hari ini dia libur, katanya ada urusan."
"Urusan?"
"Iya, gak tau urusan apa. Karena Awan tidak kasih tahu."
"Oh iya makasih ya, Bang.'
"Sama-sama."
Bulan memutuskan pergi kerumah Awan. Saat turun dari angkot dan masuk keteras. Bulan menemukan ada motor Maya disana. Bahkan pintu rumah kontrakan Awan tidak tertutup rapat. Perasaannya mulai tidak tenang, sejak kapan Maya mendatangi rumah Awan.
"Assalamualaikum!" salam Bulan. Beberapa kali tapi tidak ada jawaban. Bulan nekat masuk dan memeriksa setiap ruangan kontrakan itu karena lumayan luas. Hanya ada sisa bungkus makanan yang berserakan di depan televisi.
"Ya ampun, gara-gara tinggal sendiri Awan jorok sekali." Ia segera memunguti sampah itu diatas nampang beserta dua buah cangkir dan botol minuman tapi Bulan tidak tahu jika minuman itu beralkohol lalu berjalan kearah dapur melintasi kamar Awan. Disana Ia mendengar suara orang tengah merintih, oh tidak tepatnya suara kenikmatan. Pintu kamar itu juga terbuka sedikit. Dimana-mana terlihat sangat berantakan.
"Suara siapa didalam, kok ada suara perempuan?" gumam Bulan lagi semakin di buru rasa ingin tahu. Bulan yang masih membawa bungkus makanan itu mendorong pintu kamar Awan dengan lututnya.
Terlihatlah dua manusia tengah memadu cinta tanpa busana. Mereka tidak menyadari keberadaan Bulan yang langsung melangkah mundur. Hatinya bergemuruh hebat, Ia sangat mengenal orang diatas ranjang tengah dipenuhi keringat dan nafas yang berat.
Tidak salah lagi, mereka adalah Awan dan Maya. Air mata Bulan langsung terjun bebas tidak pernah Ia bayangkan sedikit pun jika kekasih dan sahabat baiknya itu telah berkhianat. Tapi Bulan tidak puas jika hanya berdiri saja tanpa melakukan apa pun.
Ia mendorong lagi pintu Awan lalu melempar nampan dan cangkir yang dibawanya hingga menimbulkan reruntuhan akibat gelas dan botol tersebut pecah.
Awan yang terkejut langsung menarik miliknya dari milik Maya dan segera memakai celana kaos diatas lutut. Sedangkan Maya menarik selimut menutupi tubuh polosnya.
"Bulan, Sayang. Ini tidak seperti yang kamu lihat," ucap Awan. Ia mendekati Bulan dan hendak menyentuhnya tapi Bulan yang sudah dikuasai amarah dan kebencian segera menepisnya. Ia terus menangis tanpa henti. Memandang tajam kearah Maya yang mengkerut ketakutan.
"Maya, kenapa kamu tega, May. Bukan kah kamu sahabat aku? kenapa harus sama Awan, kenapa?" Bulan meledakkan amarah yang menggumpal didadanya.
"Ma_aaf, Lan. Aku mencintai Mas Awan," jawab Maya, terdengar sedikit gugup.
"Sayang, kami cuma main-main.Tolong jangan marah." Awan berusaha merayu dan hendak menyentuh Bulan lagi.
"Singkirkan tanganmu itu, aku jijik," pekik Bulan. "Kamu juga, May. Pantas saja kamu sangat senang saat aku pura-pura jadi istri orang. Supaya kamu bisa leluasa mendekati Awan kan?" todong Bulan lagi.
"Ta_ tapi kan, Lan. Kamu juga pasti dipegang-pegang kan ma suami pura-pura mu itu," elak Maya.
"Iya, Sayang. Atau malah dia sudah menjamah tubuhmu kita impaskan," tambah Awan pula.
Plak!
Bulan tidak bisa menahan tangannya untuk tidak memukul Awan.
"Brengsek, laki-laki macam apa kamu.Jadi selama ini kamu hanya pura-pura baik sama aku dan Fatan tapi aslinya kalian adalah landak berduri. Tadinya aku kesini mau mintak maaf dan menjelaskan soal Angkasa pada kamu. Kalau aku melakukan ini demi Fatan, tapi sekarang aku malah menemukan kebusukan kalian berdua yang selama ini pura-pura mendukungku."
"Bulan! aku tau kita salah. Tapi kamu juga harus tahu, kami saling mencintai," sungut Maya.
"Ti_ tidak, Sayang. Aku hanya mencintai kamu. Ini hanya pelampiasan saja karena aku kecewa sama kamu," tampik Awan yang tidak menyetujui ungkapan Maya.
"Sudahlah, aku tidak butuh penjelasan. Kalian menikmati ini kan dan silakan dilanjut. Mulai sekarang kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Baik sama kamu maupun sama Maya." Jengah sekali Bulan memandangi keduanya secara bergantian.
Ia pun menerobos keluar dengan membawa lukanya. Bahkan Awan tidak mengejarnya sama sekali menambah keyakinan Bulan kalau Awan tidak bersunguh-sungguh mencintainya.
Untuk melepas rasa sakit, Bulan menyendiri di taman. Menenangkan sejenak pikiran yang kacau balau karena Cinta. Tapi yang lebih menyakitkan adalah pengkhianatan seorang sahabat yang menusuknya dari belakang.
Hari beranjak sore, Angkasa sudah kembali kerumah.Ia tidak menemukan siapa pun disana termasuk sang Istri. Angkasa masih diam, Ia membersihkan tubuhnya terlebih dulu lalu bersantai di depan televisi ditemani beberapa makanan ringan dan minuman bersoda.
Tapi sudah tiga puluh menit, belum juga ada tanda-tanda kalau Bulan maupun orang tuanya akan segera kembali. Angkasa keluar pintu depan, hari hampir gelap.Perasaannya mulai tidak tenang. Ia kembali meraih ponsel di atas meja dan menghubungi kedua orang tuanya. Lagi-lagi ponsel mereka juga tidak aktif.
"Astaga, kemana mereka pergi. Kenapa Sekar tidak izin lebih dulu padaku?"
Bingung dengan perasaannya, Angkasa merebahkan diri di ranjang. Dalam hati, Ia akan menyiapkan banyak pertanyaan untuk Sekar alasan tidak menjalankan perintahnya pagi tadi.
Selang beberapa waktu. Mobil Pak Dewok dan Bu Arumi memasuki halaman rumah. Angkasa melihat dari daun jendela kamar memastikan apakan Sekar bersama mereka. Tapi nyatanya tidak ada sama sekali. Angkasa keluar lagi dan menanyai keduanya.
"Ayah dan Ibu dari mana? kenapa aku tidak melihat Sekar bersama kalian?" tatapan menusuk Ia pancarkan.
Pak Dewok dan Bu Arumi saling pandang. "Apa dia belum kembali?" tanya Bu Arumi kemudian.
"Emang Sekar kemana, Bu?"
...🌾🌾🌾🌾...
Jangan lupa komentarnya ya🙏🙏🙏
Komen per paragraf jika menemukan typo saya buru-buru melaksanakan tugas negara dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Alanna Th
pasti trouma brt utk bulan 🤔😖💔😭👋👋👍
2023-11-13
0
💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🆅🅸🅽🅰 ❸﷽ ⃞⃝⃟⍣⃝🌺꧂
kalau sudah ketahuan, bilangnya ini tidak seperti yang kamu lihat, atau tidak seperti yang kamu pikirkan, alasan yang sudah tidak berarti, 🙄😏
sudah jelas-jelas bulan, melihat semuanya, 😒
2022-07-02
2
Rika Jhon
dasar c maya musuh dlm selimut
2022-06-16
1