...🌕🌕🌕🌕🌕...
Hai-hai bertemu lagi di novel barunya Author yang kecenya gak ketulungan. Semoga kalian yang baca terhibur dan suka dengan jalan ceritanya ya.
Jangan lupa seperti biasa Author, yang ya ampun kacau abis ini Menanti Like, komen, Vote, Gift and rate bintang lima dari sahabat reader.
Hehehe... maaf jika banyak typo bagaikan bintang-bintang di Angkasa menemani Bulan berpijar🙏🙏🙏🙏
...🍁🍁🍁🍁🍁🍁...
Keduanya duduk di bangku kosong biasa tempat orang santai ketika menikmati pemandangan sejuk. Banyak berbagai bunga tumbuh indah disana. Angkasa melihat seorang penjual Es-cream di penuhi oleh beberapa anak sedang membeli. Biasanya Sekar selalu merayunya dengan itu saat Ia sedang marah. Sekarang Angkasa ingin pura-pura masih ngambek dan membisu, Ia tidak bicara sepatah katapun seperti biasanya dan berharap kejadian masa itu terulang lagi.
Bulan jadi tak enak hati, itu semua pasti gara-gara kesalahannya tadi. "Kamu masih marah sama aku?"
Angkasa tidak menjawab.
"Aku minta maaf, seharusnya aku membiarkan kamu bunuh saja dia," lanjut Bulan, sedikit mengerucutkan bibirmu.
Angkasa tergelak lalu menoleh. "Kau ingin aku masuk penjara?" Nadanya sewot.
"Bu_ bukan begitu, apa yang harus kulakukan agar kamu memaafkan ku?" tanya Bulan lagi, bingung.
Angkasa senyum-senyum sendiri melihat ekspresi Bulan yang penuh permohonan.
"Aku janji tidak akan ulangi asal kamu tidak marah, suwer." Bulan menunjukkan dua jarinya.
"Bukan itu yang ku mau?"
Bulan menggerakkan bola matanya kekiri dan kekanan. "Terus apa dong?" tidak mengerti juga kemauan Angkasa. Beli es-cream satu buah dan makan bersama.
Angkasa memalingkan wajah dan bersedekap. "Pikir saja sendiri?"
Bulan berpikir keras. Mungkin gak ya kalau Sekar merayunya dengan memberi satu ciuman? ya, itu pasti senjata Sekar saat Angkasa marah.
Bulan pun menghela nafas, Ia memberanikan diri melakukan hal menggelikan itu. Meski tanganya berkeringat dingin. Malu bercampur berdebar-debar langsung menyerang.
"Bagaimana dengan ini?"
Cup!
Satu kecupan manis benar-benar dilakukannya. Angkasa cukup kaget dan kecewa tapi juga senang saat seorang yang dicintainya memberikan hadiah yang istimewa.
"Baiklah, ini lebih baik dari es-cream," celotehnya, masih dengan rasa malas.
Bulan menganga lalu tertuju pada dimana Angkasa memandang dan tiba-tiba saja idenya muncul. "Em, iya. Aku punya sesuatu tunggu disini ya!"
Bulan berlari ke tukang es Cream dan memesan dua buah. Mennn_jiilat miliknya lebih dulu dan itu terasa segar.
"Ini...!" diulurkannya es cream yang lain.
Angkasa menggeleng. "Kamu gak suka?"
Menggeleng lagi. "Lalu apa?"
Angkasa menunjuk es cream miliknya. "Ini..?"
Ia mengangguk. "Tapi bekas a_."
Angkasa tidak peduli dan berhasil menyambarnya dengan mulut. "Rasa bekas bibirmu lebih nikmat," ungkapnya, berlagak cengengesan.
Bulan akhirnya balas tersenyum, Ia benar-benar menaruh rasa kagum pada Angkasa. Tatapan lekat terus di tujukan pada pemuda yang kini nampak bahagia bersamanya.
"Sayang, es-creamnya luber!" Tukas Angkasa.
Bulan mennnjiiila_tnya lagi. "Sayang kalau jatuh."
"Berikan padaku," pinta Angkasa.
"Ini saja masih utuh?" Paksa Bulan.
"Tidak, aku mau milikmu."
Alhasil rebutan terjadi hingga akhirnya es-cream yang sudah tinggal sisa itu terjatuh.
Bulan jadi cemberut. "Em, tu kan. Kamu sih?"
Angkasa tidak peduli dan malah memeluk Bulan dari belakang. Keduanya tenggelam dalam kebahagiaan yang mereka sendiri tidak menyadari karena timbul dengan sendirinya.
"Kalau begitu, ini milikku!" Bulan mellu-mmat Es-Cream yang yang satunya lagi.
"Aku juga mau, Sayang," rengek Angkasa.
"Yakin mau?" Bulan mulai jahil.
Angkasa mengangguk lucu. "Sini, mendekatlah!"
Posisi Angkasa yang berada dibelakang Bulan pun menyandar dibahu.
Cup!
Es-cream itu Bulan tempelkan ke hidungnya dan berlari.
"Rasain, tu!"
"Em, jahil ya. Awas kau!" Angkasa mengejar Bulan yang berlari kesana-kesini.
"Ayo tangkap!" tantangnya.
"Awas saja kalau kena," ancam Angkasa.
Bulan melangkah mundur dengan memposisikan diri ancang-ancang bersiap menghindar dan tidak sadar tubuhnya membentur seseorang.
"Astaga, maaf, maaf, saya tidak sengaja!" ujarnya, dan berbalik. Betapa terkejutnya Bulan saat Ia melihat siapa orang didepannya sekarang.
Dia adalah Awan kekasih Bulan yang sudah seminggu tidak bertemu. Awan yang sangat merindukannya langsung memeluk Bulan.
"Bulan, aku tidak menyangka kamu ada disini?"
Tubuh Bulan seakan kaku, Ia tidak bisa bergerak sama sekali. Angkasa yang melihat perlakuan Awan langsung memisahkan keduanya.
"Heh, siapa kamu? berani sekali memeluk istriku?" sentak Angkasa dengan mata melotot tajam dan memindahkan tubuh Bulan kebelakang punggungnya.
Awan mengernyit. "Istrimu? dia ini Bulan pacarku," jawab Awan yakin.
Angkasa sangat kesal dan menggertak lagi. "Enak saja, panggil dia Bulan kamu buta ya. Dia ini Sekar istriku."
Awan jadi ragu, padahal Ia sangat yakin jika yang dilihatnya adalah Bulan kekasihnya.
"Bulan, aku tidak salah kan?" tanya nya pada gadis itu. Bulan menunduk tidak berani menjawab.
"Kau lihat sendirikan, Sekar tidak kenal sama kamu?" pekik Angkasa.
Awan menggeleng, Ia kecewa karena Bulan tidak mengakuinya didepan Angkasa. "Aku tidak menyangka Bulan, aku yakin kalau aku tidak salah orang."
"Pergi...!" usir Angkasa.
Awan mengalah dan meninggalkan mereka. Bulan jadi merasa bersalah dia memang belum menceritakan apapun soal Angkasa padanya.
Maaf, Awan. Kamu pasti marah besar padaku
Bulan terpaku memandang punggung Awan sampai menghilang di balik bunga yang menyerupai pagar.
"Sayang...!" Panggil Angkasa. "Ayo kita pulang. Dunia luar tidak aman untukmu." Angkasa merangkul gadis itu ke arah dimana mobil terparkir.
Pikiran Bulan tidak tenang, Ia sama sekali tak mengharapkan akan menyakiti Awan yang sudah 6 bulan menjadi kekasihnya. Selama itu pula Awan sangat baik dan banyak membantunya ketika dalam kesulitan.
Angkasa menyadari kegalauan diwajah Bulan. "Kenapa, Sayang? Apa kau mengenal dia?"
"Ti-tidak," elak Bulan. Sudah berapa kali Ia bohong sejak bersama Angkasa.
Angkasa memasangkan sabuk pengaman dan melajukan mobilnya. "Ingat ya, jangan pernah mau direndahkan orang lain saat aku tidak disampingmu."
"Iya, aku tahu. Sweety, kau percaya denganku?"
Angkasa mengangguk. "Aku sangat mencintai dan percaya dengan mu, Sayang." Angkasa mengusap rambut Bulan penuh Sayang.
Bulan menjadi puas. Setidaknya Angkasa tidak mencurigai dirinya untuk saat ini. Jadi dia tidak akan takut jika Pak Dewok menghentikan biaya Fatan.
"Makasih untuk semua," ujarnya."
"Sama-sama, Sayang. Itu sudah jadi kewajibanku sebagai suami mu."
Tak terasa hari hampir gelap, keduanya baru tiba dirumah. Tapi Bulan kepikiran Fatan karena Ia tidak lagi menengok sang Adik sejak tadi pagi.
Bagaimana kabar Fatan sekarang? apa dia baik-baik saja?
"Sayang, ayo masuk!" Angkasa sudah jalan dulu tapi balik lagi saat Bulan malah mematung.
"Iya, ayo!" ucapnya pelan, namun resah dan khawatir.
"Baru pulang?" tanya Bu Arumi yang tengah duduk didepan televisi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Rika Jhon
mengapa nama bu arumi & pk dewok beda.seharus nya nma mrk jg ngambil dr isi alam semesta yg di langit.biar tmbh zeruuu
2022-06-14
0
Rika Jhon
ahaha omg nama2 para tokoh nya bnr2 unik,beda dr yg lain😀 nama2 tokoh nya mengambil dari isi alam semesta jagad raya ini🤣🤣
2022-06-14
0
🦋⃟💎⃞⃟𝘼𝙇𝚏𝚒𝐞𝐞𝐫𝐚.༄㉿ᶻ⋆ ❤
mulut bulan terkunci guna passwod,tdk dpt mengaku dirinya sebenar....yg mampu membuka psswod ny..pak dewok...😁😁😁
2022-06-07
2