...🌾🌾🌾🌾🌾...
Hai-hai bertemu lagi di novel barunya Author yang kecenya gak ketulungan. Semoga kalian yang baca terhibur dan suka dengan jalan ceritanya ya.
Jangan lupa seperti biasa Author, yang ya ampun kacau abis ini Menanti Like, komen, Vote, Gift and rate bintang lima dari sahabat reader.
Hehehe... maaf jika banyak typo bagaikan bintang-bintang di Angkasa menemani Bulan berpijar🙏🙏🙏🙏
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Bulan mengusap wajahnya, mendaratkan bo_kong dikursi di sertai perasaan gelisah. Jujur saja, sulit baginya untuk menyembunyikan perasaan takut jika hari ini akan menjadi hari terakhirnya bersama dengan Fatan.
Dihela nya nafas panjang mendongak kelangit-langit berharap turun keajaiban datang untuk sang Adik tercinta. "Yang kuat, Dek. Kakak belum siap kehilangan kamu."
Pak Dewok terenyuh, posisi ini juga pernah di hadapi Angkasa. Namun sayangnya, Sekar tidak mampu bertahan untuk melawan penyakitnya.
Cukup lama menunggu dan membiarkan Bulan melewati kegundahan. Lampu dari ruangan operasi terlihat dipadamkan. Itu artinya Dokter telah selesai melakukan tindakan didalam.
Ceklek!
Pintu di tarik kedalam, seorang Dokter ahli bedah keluar dengan wajah puas. Seperti nya itu akan menjadi kabar baik untuk Bulan.
"Dok...!" Bulan bangkit dari duduknya mendekati sang Dokter diikuti oleh Pak Dewok. "Bagaimana dengan keadaan adik saya? apa semuanya berjalan lancar? adik saya bisa lepas dari penyakit itu kan, Dok?"
"Alhamdulilah pengangkatan ka_ ker diperutnya sudah selesai. Tapi karena ini terbilang ganas. Meski sudah operasi, Fatan harus tetap menjalani serangkaian kemoterapi agar sel ka_ker itu benar-benar mati dan tidak menyebabkan tumbuh lagi," papar Sang Dokter.
"Ta_ tapi, Dok. Itu artinya Fatan belum sepenuh nya sembuh?" wajah Bulan kembali meredup. "Apa biayanya murah? aku tidak punya Uang, Dok?" lanjutnya lagi, menahan agar air mata itu tidak kembali tumpah.
Sang Dokter tidak tega memberi tahukan biayanya, sebab Kemo memang akan menghabiskan biaya yang tidaklah sedikit jumlahnya dan itu memakan waktu sangat lama.
Pak Dewok menimpali. "Lakukan saja yang terbaik, Dok. Soal biaya biarlah menjadi urusanku." Kata-kata tersebut mengundang tatapan lekat Bulan pada pria berumur hampir separuh abad tersebut.
"Baiklah, Kalian bisa menemui Fatan setelah Ia dipindahkan ke ruang pemulihan!" Sang Dokter berpamitan pergi menyisakan keduanya dalam diam.
Beberapa saat kemudian, Bulan meraih tangan Pak Dewok dan mencium punggung tanganya. "Terima kasih Pak Dewok, anda sudah seperti malaikat bagiku. Seandainya Pak Dewok tidak ada, Aku tidak tahu harus apa? Tuhan begitu baik hingga mengirimkan Pak Dewok dan mempertemukan kita disaat aku dalam kesulitan."
Pak Dewok tersentuh, Ia mengangguk-angguk mengerti maksud tujuan Bulan. "Sama-sama, Nak. Aku juga melakukan ini tidak gratis. Kau akan bekerja dirumahku dalam waktu yang sudah dipastikan juga memakan waktu lama. Bukan sebagai ART atau pun pegawai. Cukup tersenyum dan buat putraku Angkasa bahagia sampai depresinya pulih."
"Ta_ tapi, Om. Ba_ bagaimana ji_ jika Ia minta aku melakukan kewajiban seorang istri?" Bulan mengungkapkan ketakutannya. "Aku akan lakukan apa pun kecuali yang satu itu, Om," ujarnya, melanjutkan. Bagaimana pun juga sedikit banyak Ia tahu salah satu hal pokok tugas seorang istri setelah menikah adalah melayani semua kemauan suami terutama soal urusan ranjang.
"Bulan bisa beralasan 'Kan? Aku dan Ibu nya Angkasa akan membantu mu nanti," ujarnya, berguna menenangkan pikiran kotor Bulan yang sudah jauh menjurus kedepan.
"Oke, Om. Semoga Bulan bisa, kapan aku bisa memulainya?" Bulan bertanya lagi.
"Mulai sekarang kau akan tinggal dirumahku, untuk menghindari kecurigaan Angkasa akan kerja sama kita." Pak Dewok, menegaskan.
"Se_ sekarang? ta_ tapi?" Bulan gugup.
"Kamu bisa menemani adikmu sampai jam 8 malam setelah itu, kamu harus datang kerumahku untuk memulai semuanya. Kamu jangan khawatirkan adikmu, aku akan meminta salah seorang kepercayanku untuk menjaganya."
Bulan mengangguk pasrah. Tugasnya adalah membayar kebaikan Pak Dewok sampai Angkasa pulih. Ia akan berusaha untuk membuat Angkasa sembuh dalam waktu yang singkat. Dengan begitu, semua akan berjalan dengan baik dan saling menguntungkan.
"Boleh aku tahu soal Sekar?" Bulan menanyakan itu karena menurutnya amatlah penting.
"Sekar adalah istri Angkasa yang dinikahinya hanya beberapa jam saja," Jawab Pak Dewok, dengan nada penyesalan.
"Ha? sesingkat itu?" Bulan agak terkejut.
"Benar, itulah penyebabnya mengapa Angkasa depresi berat dan merubah kepribadianya berbanding terbalik. Dulu, Dia adalah pemuda baik dan lemah lembut bahkan sangat penyayang pada siapa pun juga terutama pada kami dan Sekar istrinya. Kepergian Sekar menyisakan luka yang sulit sembuh dihati Angkasa. Tolong, bantu dia, Nak. Om tidak akan segan memberikan pengobatan Fatan sampai selesai," ujarnya, sambil memohon dengan tatapan penuh pengharapan pada sosok Bulan.
"Aku akan berusaha, Om." Ia menjadi kasihan setelah mendengar kisah pemuda yang sudah berbuat kekacauan ditempatnya bekerja. Besok dia akan mengundurkan diri dari tempat dimana Ia dan Fatan bisa makan beberapa tahun terakhir ini.
Setelah Bulan dan Pak Dewok mengunjungi kondisi Fatan yang masih terbaring memejamkan mata akibat pengaruh obat bius, keduanya segera menuju kekediaman Pak Dewok.
Di tepi daun jendela, sosok pemuda yang dulu begitu semangat dan selalu tampil ceria tengah termenung mengamati kecantikan Foto Sekar istrinya. Ia masih menganggap bila Sekar tidak mati. Kemarahan akan membabi buta jika kata-kata itu terdengar sampai ke telinganya.
"Sayang, kamu dimana? kerinduan ku sudah menggunduk didalam dada. Selama itukah kau pergi dan melupakan diriku yang tidak lelah menantimu kembali?" Angkasa sangat rapuh, Air matanya lebih sering terjatuh saat Ia mengingat semua kenangan indah yang dilewatinya bersama perempuan itu.
Bu Arumi mengusap dada, tidak Angkasa sadari jika sang Ibu sedang memperhatikan kesedihan hatinya dari ambang pintu. Perempuan yang melahirkan Angkasa sendiri tidak mampu mengembalikan lagi senyum anaknya seperti sedia kala.
"Kasihan kamu, Nak. Ibu tidak menyangka jika cinta Sekar membuatmu sesakit ini." Bu Arumi menyeka air matanya, ikut luruh dan merasakan penderitaan Angkasa sampai suara bel rumah membuatnya meninggalkan Angkasa sendirian.
Bu Arumi membuka pintu dan sangat terkejut melihat kedatangan gadis disamping suaminy. "Se_ sekar? Ka_ kamu masih hidup?" tanya Bu Arumi terbata-bata. Kakinya seolah bergetar antara percaya dan takut jika yang dilihatnya adalah hantu. "A_ Ayah bisa lihat dia?" tunjuknya pada Bulan.
Pak Dewok tertawa. "Astaga, Ibu ketakutan? Dia orang, Bu? bukan hantu. Sampek keringet dingin begitu," celanya, meledek sang istri sedikit lalu memutuskan masuk melewati Bu Arumi.
"I_ ini siapa, Yah? Wa_ wajahnya mi_ mirip banget sama Sekar?" tanya Bu Arumi sedikit begidik ngeri.
"Bulan, ayo masuk. Ibu Angkasa masih syok melihatmu!" Pak Dewok tersenyum lagi membuat Bu Arumi menjadi kesal dan menyusul duduk di sofa begitu pula juga dengan Bulan.
Pak Dewok menceritakan niatnya membawa Bulan kerumah mereka. Semua dilakukan untuk kesembuhan Angkasa dari penderitaan yang bisa saja membuatnya gila dan hilang akal.
"Kamu yakin, Yah? bagaimana jika Angkasa tau kalau dia bukanlah Sekar?" Bu Arumi mulai paham.
"Ya, sebisa mungkin kita harus menutupi jati diri Bulan dari Angkasa," jawab Pak Dewok, menghela nafas panjang dan menghembuskan nya dengan kasar.
Bi Arumi terus memperhatikan Bulan keduanya benar-benar mirip bagaikan pinang dibelah dua. "Semoga rencanamu membawa gadis ini berhasil, Yah?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Rhiedha Nasrowi
harusnya itu si angkasa raya d ruqyah dulu baru cariin bini baru😁😁🤭🤭🤭
2022-05-28
1
🌸 andariya❤️💚
sekuntum mawar 🌹..buat kak Thor 😍
2022-05-19
4
🌸 andariya❤️💚
semoga berhasil ya bulan...dgn waktu singkat bisa membuat angkasa pulih🤭🤭🤭🤣
2022-05-19
4