Bulan mulai merasa khawatir, meski kakinya mengikuti langkah Angkasa, otaknya terus berputar untuk mencari alasan apa bila pemuda didepannya itu hendak berbuat mesum kepadanya.
"Eh, sayang." Angkasa berbalik hingga wajah Bulan membentur dadanya. Darah nya seolah berdesir kesegala ribuan urat didalam tubuhnya.
"Hari ini kan, malam pertama kita. Kata orang semua pasangan menantikannya, apa kamu juga?" Angkasa mendekatkan kelopak matanya tidak jauh dari wajah Bulan yang mendadak kaku.
"Ayo jawab, kok diem aja sih? kamu cintakan sama aku? Sekar, kamu dengar tidak?" Angkasa mulai kesal.
"I_ iya tentu saja, ayo masuk. Malu didengar Ayah sama Ibu," jawab Bulan sebisanya, ganti menarik lengan Angkasa kedalam.
Angkasa tidak sabaran, begitu pintu tertutup. Ia melingkarkan kedua tangannya kepinggang Bulan. Gadis itu semakin bingung, Ia belum punya alasan untuk menolak keinginan Angkasa.
"Ayo kita lakukan, aku ingin melepas semua kerinduanku dengan memanjakan mu," bisiknya syahdu, memuja telinga Bulan.
Namun sayang, Bulan menyadari status terlarang keduanya pun mendapat ide. "Oke, kamu lihat itu!" tunjuknya pada beberapa benda yang masih berserakan hasil perbuatan Angkasa mengamuk tadi. "Biar ku bersihkan dulu ya!" Bulan melerai tangan Angkasa dan berlalu keluar.
Angkasa memijit batang hidungnya, hasratnya untuk menyentuh sang istri sudah memenuhi persendian jagoannya.
Bulan kembali dengan beberapa alat kebersihan, dan mulai menyapu. Tapi sikap Angkasa yang penyayang akhirnya mengalah dan mengambil alih. "Biar aku saja."
"Tidak usah, Swe_." aduh, apa ya tadi. "Oh iya, Sweety, biar aku yang lakukan," tolak Bulan secara halus.
Angkasa menggeleng. "Kamu tidak boleh kecapean, ini kan ulahku," ujar nya bersi keras. Terpaksa Bulan memberikan benda-benda tersebut dan mendudukkan diri ditepi ranjang mengamati kegiatan Angkasa. Kedua tangannya saling mere_mas bingung alasan apa lagi untuk menolak pria tersebut.
Mana mungkin Ia yang bukan siapa-siapa mengorbankan mahkotanya pada Angkasa yang Ia sendiri tidak mengenal nya dengan dekat.
Angkasa sangat gesit mengumpulkan pecahan beling itu dan membuangnya keluar. Bulan beranjak dan berjalan kesana-kemari mencari ide jitu untuk menyelamatkan diri. Sesekali mengigit jari telunjuk nya karena hatinya berkecamuk resah.
"O iya, mungkin yang satu ini lebih masuk akal," ucapnya seorang diri hingga Angkasa mendorong pintu dan mengamati tubuhnya dengan tatapan nakal.
Ya ampun, kenapa pria itu terlihat menyeramkan. Aku harus bagaimana ini?
Bulan menundukkan kepala ketika kaki Angkasa mulai bergerak mendekatinya. Mendongakkan dagu dan mulai mendekatkan lagi wajahnya hendak mera_up bibir Bulan namun gadis itu berpaling. Jantungnya berirama cepat lebih cepat dari sekedar ketakutan. Ini lebih tepatnya takut dan mengerikan. Entahlah, Bulan merasakan ketakutan di level tertinggi.
Angkasa tidak marah dan justru tersenyum mendapati reraksi Bulan. Menurutnya gerakan itu malah menambah gair_ah lelakinya dan itu adalah tantangan.
Angkasa menyentuh kulit lengan Bulan dari bawah sampai keatas lalu bergerak keatas dadanya. Sentuhan lembut nan samar namun mampu membangkitkan sesuatu.
Nafas Bulan langsung memburu, Ia benar-benar tidak bisa leluasa bergerak. Angkasa mengitari tubuhnya lalu menyelusupkan kepala ke jenjang tengkuknya.
"Aku mencintaimu, Sekar. Aku mencintaimu." Angkasa sengaja mengulang perkataannya agar Bulan tahu jika cintanya begitu besar.
Angkasa menjulurkan li-dahnya menyentuh kulit putih yang hanya mengenakan baju kaos oblong tersebut. Bulan memejamkan matanya berharap Angkasa tidak memanfaatkan kondisinya. Terasa sekali sentuhan itu menyapu lembut di permukaan kulitnya.
Bulan menguatkan hati untuk memberi tahu Angkasa jika Ia tidak bisa tapi untuk terbuka saja mulutnya begitu kaku.
"Swe_ Swe_ sweety," ucapnya gelagapan dan Angkasa justru ter tarik untuk terus membuai Bulan dengan taburan cintanya. Ia membalikkan tubuh Bulan kehadapannya, Bulan hendak menunduk tapi tangan Angkasa menahan tengkuknya hingga bibirnya yang ranum menggoda pandangan Angkasa.
Pemuda itu benar-benar tidak bisa menunggu dan gegas melu_mat bibir Bulan dengan miliknya. Dia menggeleng, tidak sanggup jika Angkasa terus melanjutkannya.
Bulan pun secara kasar mendorong dada Angkasa hingga tanganya terlepas. Angkasa cukup terkejut akan tindakan Bulan yang melakukan hal itu.
"Ma_ maaf, Sweety." Bulan tahu, jika Angkasa terlihat kecewa. "Se_ sebenarnya a_ aku sedang datang bulan. Ya, itu, ta_ tapi aku malu mengatakannya," Ungkap Bulan dengan suara bergetar. Tidak peduli dunia akan runtuh oleh amukan pemuda didepannya.
Tatapan Angkasa menodong, namun kemudian siapa sangka orang yang dikira Bulan seorang psikopat ternyata tergelak. "Kenapa tidak bilang? aku kan tidak perlu berna_fffsu menyentuhmu tadi," seringainya, mengejutkan.
"Ha?" Bulan melongo. "Ja_ jadi kamu tidak marah?" tanya Bulan, memastikan.
Angkasa menggeleng. "Kalau begitu beri aku satu kecupan!" Angkasa mendekatkan pipinya. "Ini sebagai ganti agar jagoanku di bawah sana tidak ngambek."
Bulan membelalakan mata tapi akhirnya mengalah. Satu kecupan manis mendarat sempurna di pipi pemuda itu. "Terima kasih, Sayang. Aku akan menunggumu sampai hai_dmu selesai," ujarnya, melompat keranjang dengan santainya. Satu kaki bertengger di atas lutut yang ditekuk.
Bulan menghembuskan nafas kasar, baru kali ini Ia di hadapkan dengan hubungan pura-pura yang memacu adrenalin.
Bulan pun mendudukkan diri di sofa. Ia ingin tidur disana untuk melepas penak seharian otot-otoknya seolah menegang tapi lagi-lagi Angkasa mengagetkannya. Entah sedari kapan pemuda itu sudah didekatnya. Ia membopong tubuh Bulan keatas ranjang dan menyelimutinya. "Ayo tidur, kamu pasti lelah kan?" Bulan tidak bisa berkata-kata lagi. Ia sendiri terhipnotis akan perhatian yang didapatnya hari itu.
Angkasa ikut tidur disamping Bulan dan memeluknya bagaikan bantal guling bahkan kaki Angkasa mengungkung kedua kakinya.
Lagi-lagi Bulan mengusap wajahnya, Ia tidak mengerti mengapa Angkasa sangat terobsesi menyentuhnya. Padahal dengan posisi seperti itu akan membuatnya kesulitan bernafas dan kegerahan.
"Kok belum tidur, biar ku elus-elus perutnya ya? kata Ibu, ini adalah rangsangan ketika anak-anak sulit tidur." Angkasa meletakkan telapak tanganya diatas perut Bulan dan menggerak- gerakannya naik turun seperti roller coaster.
Astaga, bagaimana jika ini dilakukannya setiap malam? bisa-bisa aku mati berdiri dibuatnya
Bulan meletakkan kedua tangannya di atas payud_ara takut jika Angkasa khilaf menyentuhnya.
Angkasa terkekeh. "Semua yang kau punya adalah milikku, bersiaplah," bisiknya, sengaja. Kemudian memejamkan matanya sesuka hati setelah berhasil menakuti Bulan.
Menempelkan hidung di pipi Bulan agar gadis itu tidak bisa berkutik sedikit pun.
Fatan, cepat sembuh ya, dek. Ini semua Kakak lakukan demi kamu
Hati nya ingin menjerit tapi tertahan dan akhirnya membiarkan tubuh Angkasa begitu rapat dengannya. Satu tangan Angkasa juga rela terhimpit kepalanya sendiri demi mengusap-usap rambut sang istri. Angkasa menganggap apa yang dilakukannya adalah bentuk kecintaannya tidak peduli jika sebenarnya semua itu bisa saja membunuh Bulan karena perlakuan yang berlebihan darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Dewi Nafara
wah area terlarang tuh entar malah kebablasan
2023-03-19
2
Senajudifa
dasar angkasa...sampai sini dulu bacax y thor kutukan cinta selalu mendukungmu
2022-06-22
1
Rika Jhon
alesan aja klo km lg PMS bulan
2022-06-14
1