Part 03 Tidak Ada Pilihan

Mengalami hal yang belum siap lahir dan batin, Angkasa akhirnya menumpahkan semua rasa yang membelenggu hatinya dengan cara menangis sejadi-jadinya

"Hwa... Ini hanya mimpi, Ayah. Aku sangat yakin kalau Sekar masih ada dan tadi aku melihatnya. Huhuhu... Ayah pasti sengaja kan ingin memisahkan aku dengannya. Iya kan, Ayah? Jujur saja sama Angkasa?" Pemuda berusia 24 tahun itu memonyongkan bibir bisa dibayangkan betapa lucunya wajah yang tidak ada bedanya dengan anak kecil itu. Meski ditepis oleh perasaaan yang menyayat gati Pak Dewok.

Lelaki paruh baya itu memeluk Angkasa dan menepuk-nepuk punggungnya, sengaja Ia perlakukan bagaikan bayi agar putranya tidak merasa sendirian. "Sabar, Nak. Kalian tidak berjodoh, makannya Allah memisahkan kalian dengan cara Nya."

"Ta_ tapi Yah, hidupku hampa tanpanya." Angkasa memukul punggung sang Ayah cukup keras, ajaibnya Pak Dewok hanya meringis dan tidak bersuara sama sekali.

"Oke, Iya, iya, kita pulang ya, nanti kita nyebur kekolam renang terus main bola, mau?" Pertanyaan sang Ayah mendapat anggukan Angkasa. Pemuda yang dulu sangat lah cool dan tegas kini berubah menjadi sedikit manja dan lembek.

Pak Dewok melanjutkan perjalanan, menuju rumah mereka. Disana, mereka turun dari mobil. Bak anak kecil yang tidak sabaran, Angkasa langsung berlari kearah kolam renang dan nyebur.

Byiuuur!

Air kolam tersebut bergejolak bersamaan dengan tubuhnya yang jatuh.

"Ayah, ayo kemari!" teriaknya, melambaikan tangan kearah Pak Dewok. Ia tersenyum dan mengangguk lalu mau menyusul tapi Arumi sang Istri menahannya sejenak.

"Yah, tolong jangan perlakukan Angkasa layaknya anak kecil. Dia sudah dewasa, Yah. Biarkan dia belajar mengikhlaskan kepergian mendiang istrinya."

Pak Dewok menghela nafas. Tidak tau caranya mengalihkan pemikiran Angkasa memang sangatlah berlebihan dan tidak memikirkan kalau kepribadian sang anak benar-benar berubah.

"Apa yang bisa ku lakukan, Bu. Aku hanya ingin membahagiakan dan menghiburnya. Jika tidak, dia akan merusak semua benda yang ada dirumah ini tanpa sisa. Apa Ibu mau?" Pak Dewok dan Arumi menatap kearah Angkasa sedang asyik berbicara sendiri. Memainkan air, dengan cara melambungkannya keatas.

Angkasa menoleh kesana-kesini mencari sesuatu, Ia menemukan ember sabun busa diujung kolam. Sabun yang sengaja diperuntukkan untuk dirinya.

Angkasa segera mengambilnya lalu menggosokkan benda itu ketangan nya, setelah itu Ia meniupnya hingga berupa bola-bola kecil yang beterbangan.

"Hore, Ayah. Angkasa bisa buat kan, bagus gak Ayah?" tanyanya, menginginkan pujian.

Pak Dewok dan Arumi terpaksa mengembangkan senyum. Hati mereka sangat terpukul melihat kondisi Angkasa.Pemuda tampan yang seharusnya berwibawa kini terlihat gemulai dan haus cinta kasih sayang.

"Ibu lihat sendirikan, kepergian Sekar telah menghancurkan hidupnya. Kita tidak tahu seberapa dalam Cintanya pada wanita itu hingga kehilangan Sekar merampas sebagian hidupnya," ucap Pak Dewok, gamang.

"Iya, Yah. Jika kita Carikan Istri baru bagaimana, Yah?Siapa tahu Ia bisa melupakan Sekar." Bu Arumi menyarankan, segala sesuatunya bisa saja terjadi.

Pak Dewok mengerutkan dahi, mencerna ucapan sang istri dalam otak kecilnya. Mengingatkan dirinya tentang perempuan yang mirip Sekar di kaffe tadi.

Seandainya gadis itu setuju. Aku yakin Angkasa bisa kembali normal secepatnya...

"Ayah, ayo kemari! katanya mau main bareng!" Angkasa menagih janji, menyadarkan pikiran kusut Ayahnya.

"Oh, iya Nak. Ayah nyusul ni," jawabnya setengah berteriak. "Bu, tolong siapkan handuk ya!" titahnya pada sang istri dan diangguki Arumi.

Byur!

Hentakan air kembali bergelombang. Keduanya tenggelam dalam permainan gelembung udara. Sulitnya meladeni Angkasa, sang Ayah yang sudah tidak sekuat dulu rela berkorban demi anaknya begitu juga dengan Bulan yang terus berjuang untuk keselamatan adik satu-satunya Fatan.

Ia masuk dan mencari Maya yang ternyata sedang menerima telpon serupa dari rumah sakit.

"Tolong berikan pengobatan terbaik, Dok. Kakaknya sedang mengusahakan uang itu. Tolong, Dok."

"Baiklah terima kasih, Dok."

Maya mengusap dada, rasa iba seakan menghantui dirinya. Tapi Ia hanya bisa mendoakan karena ekonominya juga tidak terlalu baik. "Kasihan, Bulan. Maafkan aku ya?"

Bulan menundukkan kepala, membiarkan air matanya kembali berderai. Sedari kecil mereka hidup terlantar dan sampai saat ini tidak punya arah dan tujuan yang jelas untuk menggantungkan hidup mereka berdua.

Sekuat hati, Bulan mau mengatakan jika Ia akan menyetujui tawaran Pak Dewok demi adik kesayangannya. Baginya nyawa Fatan sangatlah berharga dibanding dirinya sendiri.

"May, boleh pinjam Handphone?"

"Untuk apa? Aku malas meminjami mu jika kau keras kepala, Lan," ketus Maya. Ia kesal dengan keputusan tergesa-gesa yang Bulan ambil.

"Aku mau bicara dengan Pak Dewok, untuk membicarakan masalah ini," jawabnya penuh keterpaksaan.

Maya langsung melebarkan mulutnya. "Ha? itu artinya kau akan melakukan permintaan Pak Dewok, Lan?"

Bulan mengangguk. "Tidak ada cara lain, May. Rupanya mempertahankan harga diri tidak sebanding dengan nyawa seseorang.

"Tu, kamu tahu. Fatan adalah adikmu maka kau harus berkorban untuk hidupnya." Maya memberikan ponsel tersebut, dan Bulan langsung mengetik nomer yang tertera.

Ponsel Pak Dewok yang masih sibuk main air dengan Angkasa menggema ditepi kolam. "Tunggu, Nak. Siapa tau penting?"

Pak Dewok berenang menepi dan menerima nomer tanpa nama tersebut. "Halo, ada yang bisa saya bantu?"

Bulan mendadak gugup. "I_ ini benar dengan Pak Dewok?"

"Benar, dengan siapa ya?"

"Sa_ saya Bulan, Om. A_ apakah penawaran Om tadi masih berlaku?" Tanya nya meragu.

Pak Dewok nampak sangat gembira. "Kau mau menerima tawaran itu?"

"I_ iya, Om Dewok. Bisa kita bertemu dirumah sakit sekarang juga. Karena adikku tidak bisa menunggu lebih lama lagi."

Pak Dewok mengangguk. "Bisa-bisa, saya akan segera kesana. Tolong Share lokasinya ya!"

Bulan dan Maya langsung melepas senyum. Harapan mereka untuk Fatan agar segera terealisasi. "Baik, Om. Makasih sudah mau membantu."

Selepas ponsel terputus, kedua gadis itu saling berpelukan.

"Kamu benar, May. Aku harus berkorban untuk adikku. Rasanya beban ini sedikit berkurang, kalau begitu aku pergi dulu ya!" Bulan berlari meninggalkan Maya yang termangu dengan senyum puas saat wajah sahabatnya terlihat begitu ceria.

"Alhamdulilah, akhirnya Fatan mendapat pengobatan juga."

Tiga puluh menit dalam perjalanan, Bulan yang naik angkutan Umum segera turun dan membayar ongkosnya. Ia berlari menyusuri koridor rumah sakit menuju ruangan sederhana dimana Fatan dirawat. Pasalnya Ia tidak mampu menyewa ruangan VIP untuk sang adik.

Rupanya Pak Dewok sudah menunggunya di depan ruangan Fatan beberapa menit lebih dulu darinya.

"Om Dewok, ayo katakan sekarang apa yang harus saya lakukan supaya Fatan segera dioperasi, Om," ucapnya tersengal-sengal. Tidak sempat mengatur nafas lebih dulu.

Pak Dewok memegang pundak Bulan. "Tenanglah, Nak. Adikmu sudah tidak didalam, dia tengah ada diruangan Operasi, jadi berdoalah agar semuanya berjalan lancar."

Terpopuler

Comments

Senajudifa

Senajudifa

kutukan cinta hadir sdh ta favoritkan y

2022-06-19

0

Rika Jhon

Rika Jhon

kadang manggil om kadang manggil bapak🙄

2022-06-14

0

Rika Jhon

Rika Jhon

🤣🤣🤣 aha omg

2022-06-14

0

lihat semua
Episodes
1 Part 01 Gadis mirip Sekar
2 Part 02 Tawaran
3 Part 03 Tidak Ada Pilihan
4 Part 04 Menyetujui
5 Part 05 Kebahagian Angkasa
6 Part 06 Sport Jantung
7 Part_07 Kehilangan
8 Part 08 Serba Salah
9 Part 09 Merayakan Hari Jadi
10 Part 10 Biang Kerok
11 Part 11 Bertemu Pacar
12 Part 12 Memastikan
13 Part 13 Alasan
14 Part 14 Hampir
15 Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16 Part 16 Kemo Pertama
17 Part 17 Pengetahuan Baru
18 Part 18 Sakit Hati
19 Part 19 Cemas
20 Part 20 Usaha Angkasa
21 Part 21 Cemberut
22 Part 22 Cerita
23 Part 23 Tak Sadar
24 Part 24 Bertemu Bu Widya
25 Part 25 Pikiran Konyol
26 Part 26 Ucapan Indah
27 Part 27 Masa Lalu
28 Part 28 Alergi
29 Part 29 Angkasa Bikin Keder
30 Part 30 Beradu
31 Part 31 Anfal
32 Part 32 Pilihan
33 Part 33 Menenangkan
34 Part 34 Sabar Lagi
35 Part 35 Di bawa Pergi
36 Part 36 Menyiapkan Pesta
37 Part 37 Pengertian Angkasa
38 Part 38 Heart
39 Part 39 Nambah Kerjaan
40 Part 40 Bersiap
41 Part 41 Rule(Aturan)
42 Part 42 Duet
43 Part 43 Pengakuan
44 Part 44 Runyam
45 Part 45 Menggemaskan
46 Part 46 Kecelakaan
47 Part 47 Kabur
48 Part 48 Perhatian
49 Part_ 49 Harapan
50 Part 50 Menarik
51 Part 51 Cemburu
52 Part 52 Makan Malam
53 Part 53 Menegangkan
54 Part 54 Balasan
55 Part 55 Malam Istimewa
56 Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57 Part 57 Dihasut
58 Part 58 Bingung
59 Part 59 Sakit Kepala
60 Part 60 Menyadarkan
61 Part 61 Ronde Berlanjut
62 Part 62 Mulai Curiga
63 Part 63 Mencari Tahu
64 Part 64 Ketulusan Cinta
65 Part 65 Harinya Pelangi
66 Part 66 Salah Paham
67 Part 67 Dipertemukan
68 Part 68 Membuktikan
69 Part 69 Belum Menerima
70 Part 70 Tidak Sesuai
71 Part 71 Bersiap
72 Part 72 Mengharu Biru
73 Part 73 Berubah
74 Part 74 Marah
75 Part 75 Nasib
76 Part 76 Maaf
77 Part 77 Hasilnya
78 Part 78 Membandingkan
79 Part 79 Mengaku
80 Part 80 Terungkap
81 Part 81 Aneh
82 Part 82 Bayangan
83 Part 83 Rezeki Tak Kemana
84 Part 84 Berubah
85 Part 85 Benarkah?
86 Part 86 Di Peralat
87 Part 87 Memberi Tahu
88 Part 88 Pernikahan
89 Part 89 Fakta Baru
90 Part 90 Akhir
91 Part 91 Bonus
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Part 01 Gadis mirip Sekar
2
Part 02 Tawaran
3
Part 03 Tidak Ada Pilihan
4
Part 04 Menyetujui
5
Part 05 Kebahagian Angkasa
6
Part 06 Sport Jantung
7
Part_07 Kehilangan
8
Part 08 Serba Salah
9
Part 09 Merayakan Hari Jadi
10
Part 10 Biang Kerok
11
Part 11 Bertemu Pacar
12
Part 12 Memastikan
13
Part 13 Alasan
14
Part 14 Hampir
15
Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16
Part 16 Kemo Pertama
17
Part 17 Pengetahuan Baru
18
Part 18 Sakit Hati
19
Part 19 Cemas
20
Part 20 Usaha Angkasa
21
Part 21 Cemberut
22
Part 22 Cerita
23
Part 23 Tak Sadar
24
Part 24 Bertemu Bu Widya
25
Part 25 Pikiran Konyol
26
Part 26 Ucapan Indah
27
Part 27 Masa Lalu
28
Part 28 Alergi
29
Part 29 Angkasa Bikin Keder
30
Part 30 Beradu
31
Part 31 Anfal
32
Part 32 Pilihan
33
Part 33 Menenangkan
34
Part 34 Sabar Lagi
35
Part 35 Di bawa Pergi
36
Part 36 Menyiapkan Pesta
37
Part 37 Pengertian Angkasa
38
Part 38 Heart
39
Part 39 Nambah Kerjaan
40
Part 40 Bersiap
41
Part 41 Rule(Aturan)
42
Part 42 Duet
43
Part 43 Pengakuan
44
Part 44 Runyam
45
Part 45 Menggemaskan
46
Part 46 Kecelakaan
47
Part 47 Kabur
48
Part 48 Perhatian
49
Part_ 49 Harapan
50
Part 50 Menarik
51
Part 51 Cemburu
52
Part 52 Makan Malam
53
Part 53 Menegangkan
54
Part 54 Balasan
55
Part 55 Malam Istimewa
56
Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57
Part 57 Dihasut
58
Part 58 Bingung
59
Part 59 Sakit Kepala
60
Part 60 Menyadarkan
61
Part 61 Ronde Berlanjut
62
Part 62 Mulai Curiga
63
Part 63 Mencari Tahu
64
Part 64 Ketulusan Cinta
65
Part 65 Harinya Pelangi
66
Part 66 Salah Paham
67
Part 67 Dipertemukan
68
Part 68 Membuktikan
69
Part 69 Belum Menerima
70
Part 70 Tidak Sesuai
71
Part 71 Bersiap
72
Part 72 Mengharu Biru
73
Part 73 Berubah
74
Part 74 Marah
75
Part 75 Nasib
76
Part 76 Maaf
77
Part 77 Hasilnya
78
Part 78 Membandingkan
79
Part 79 Mengaku
80
Part 80 Terungkap
81
Part 81 Aneh
82
Part 82 Bayangan
83
Part 83 Rezeki Tak Kemana
84
Part 84 Berubah
85
Part 85 Benarkah?
86
Part 86 Di Peralat
87
Part 87 Memberi Tahu
88
Part 88 Pernikahan
89
Part 89 Fakta Baru
90
Part 90 Akhir
91
Part 91 Bonus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!