...🌻🌻🌻🌻...
Hai-hai bertemu lagi di novel barunya Author yang kecenya gak ketulungan. Semoga kalian yang baca terhibur dan suka dengan jalan ceritanya ya.
Jangan lupa seperti biasa Author, yang ya ampun kacau abis ini Menanti Like, komen, Vote, Gift and rate bintang lima dari sahabat reader.
Hehehe... maaf jika banyak typo bagaikan bintang-bintang di Angkasa menemani Bulan berpijar🙏🙏🙏🙏
Peringatan: ada drama ngakak nya di bawah...
...🌾🌾🌾🌾🌾...
Hari makin malam, Sedang Angkasa belum juga melepaskan Bulan dari kenakalannya. Pikiran Bulan buntu Ia selalu saja kebingungan untuk menghadapi Angkasa tanpa bantuan yang dijanjikan Pak Dewok padanya tempo hari. Ia harus segera mencari ide lagi setiap hari dipaksa untuk memeras otak sebelum semuanya terlambat.
Vaggginnya juga sudah banjir. Ia tidak bisa membiarkan dirinya tenggelam dalam rangsangan surga yang dilakukan Angkasa.
Ya ampun, kok makin enak sih? ta- tapi, ini tidak boleh terjadi...
Bulan pun tertuju pada sebuah gayung, seekor kecoa sedang berjalan-jalan di dinding. Merayap cantik dan bergerak lihai.
"Ih, kecoa, kecoa, kecoa!" teriaknya, langsung bergegas menyingkirkan tangan Angkasa dari mahkotanya dan berlari tunggang langgang keluar kamar. Kesempatan langka di waktu yang bahaya.
Angkasa terkesima lalu menoleh kearah yang sempat Bulan maksud, hanya ada seekor kecoa kecil berkumis panjang disana.
Angkasa menjimpit kumis nya lalu menginjak-injak Kecoa itu sampai remuk.
Brak! Brik! Bruk!
Dimana salah kecoa itu?
"Mati kau, mengganggu saja. Kau datang disaat yang tidak tepat. Karena kehadiranmu dia lolos lagi kan?" Angkasa mengumpat marah tidak juga menghentikan aksinya. Barulah selesai setelah kecoa itu sudah tak berbentuk lagi. Ia bergegas keluar dan menyusul Bulan yang tengah memeluk Bu Arumi dimeja makan dimana ada Pak Dewok dan Bu Arumi sedang duduk menunggu mereka.
Bu Arumi kaget, tubuh Bulan menubruknya hingga ia juga basah oleh pakaian Bulan. "Kenapa, Bul_?"
"Sekar, Bu," sahut Pak Dewok lirih, Ia tahu ada Angkasa diambang pintu.
"Oh, iya nak Sekar ada apa, nak? kok kayak baru dikejar anjing sih?"
Bulan menggidikkan bahu Ia belum berani mengatakan apa-apa, mengingatnya saja otaknya sudah kacau.
"Tidak ada apa-apa, Bu." Angkasa menyahuti, lalu bergerak mendekat.
"Tolong, Bu. Tolong saya," bisik Bulan, suaranya parau dan bergetar.
"Hanya kecoa kecil saja kok," jelas Angkasa. "Ayo, sayang. Kecoanya sudah mati!" Angkasa menarik lengan Bulan.
Pak Dewok dan Bu Arumi saling pandang-pandangan. Mereka sebenarnya sudah tahu maksud dari ucapan Bulan.
"Tidak, Bu. Aku takut. Aku mandi di kamar Ibu aja ya, kecoanya gede banget, aku takut," rengeknya, terus mendusel tubuh Bu Arumi.
"Gak papa, Sayang. 'Kan ada aku yang jagain kamu," ujar Angkasa lagi. Aneh saja jika Bulan yang punya kamar mandi pribadi denganya malah numpang di kamar mertua.
"Tidak, aku mau mandi ditempat lain saja," kekeh Bulan, sambil mendengkus pada Angkasa.
"Sekar, ayolah! kenapa kamu jadi penakut begini sih? ada suami mu yang siap siaga untukmu," desak Angkasa. Tabiat nya yang tidak sabaran menarik lengan Bulan menjauh dari Bu Arumi.
Pak Dewok ikut bingung. "Angkasa!" panggilnya.
Angkasa menghentikan langkahnya. "Kenapa, Yah?"
"Em... I_ it'u biarkan saja dulu Bulan mandi di kamar Ibu. Kasihan kan kalau dipaksa nanti dia malah makin ketakutan."
Angkasa mempertimbangkan ucapan Pak Dewok lalu melirik Bulan disampingnya. Melihat Bulan menangis, Angkasa pun melepaskan tanganya. "Baiklah untuk malam ini saja."
Bulan mengangguk cepat, akhirnya Ia bebas juga hari ini walaupun belum tentu besok. Angkasa kembali kekamar dan melanjutkan membersihkan diri. Bulan memutar tubuh hendak kekamar Bu Arumi namun ucapan Pak Dewok mengejutkan.
"Bulan, besok Fatan akan memulai kemo pertamanya sekitar jam sepuluh pagi." Suara Pak Dewo terlihat menyedihkan menambah ke khawatiran Bulan. "Kau boleh menemaninya sampai Kemo itu selesai," lanjutnya lagi.
Bulan mengangguk. "Terima kasih, Om Dewok. Aku berhutang banyak," jawab Bulan.
Pak Dewok ganti mengangguk. "Beri semangat adikmu!"
"Pasti, Om Dewok." Bulan meninggalkan kedua pasangan paruh baya tersebut. Mereka ikut kacau sejak Angkasa berubah jadi lebih egois dan mau seenaknya sendiri.
...🌻🌻🌻🌻...
Usai makan malam bersama, Bulan dengan sigap membersihkan meja makan dan mengelapnya sampai bersih lalu mencuci semua piring bekas mereka makan.
Angkasa diam-diam mengamatinya. Ia menyukai perubahan sikap manja Sekar yang dulu tidak pernah mau menyentuh piring kotor satu pun bahkan dimana dia makan wadahnya akan tertinggal disana.
"Sejak dia pergi, istriku jadi manis sekali. Kapan dia belajar mengerjakan semua ini?" guman Angkasa pelan. Sikap isengnya kembali muncul, diam-diam mendekati Bulan dan memeluknya dari belakang.
"Istriku rajin sekali?" pujian maut kata orang. Sedikit saja menyenangkan hati istri berlipat-lipat ganda pahalanya.
Gadis dua puluh dua tahun itu menghela nafas. Akal Angkasa tidak mampu Ia tebak, sulit dikendalikan dan juga suka membuatnya terkejut. Bulan tidak memungkiri, jika ada rasa bahagia mendapat perlakuan istimewa dari pemuda itu. Tapi tetap saja semua hanya samar semata.
Ia bukan Sekar, wanita beruntung yang mendapatkan Cinta Angkasa sedalam itu. Sampai mampu menghancurkan benteng kekuatan seorang laki-laki hingga rapuh.
"Swe_ sweety?" gelagapan.
"Hem?" Angkasa mencium gemas pipi Bulan.
"Jika seandainya kita terpisah, apa yang akan kamu lakukan?" Bulan sedang menguji.
"Mencari mu sampai ketemu," jawab Angkasa tenang.
"Oleh maut?" Bulan melontarkan pertanyaan kedua.
Angkasa menatap nanar wajah Bulan dibalas pula olehnya dengan penuh pengharapan.
"Jiwaku akan pergi bersamamu?" jawab Angkasa lagi." Jangan pernah pergi ya, atau aku akan mati."
Bulan terdiam, pasti itulah perkaranya Angkasa tidak reka melepas kematian Sekar. Bulan tidak bertanya lagi dan Fokus menyelesaikan pekerjaannya.
Ting! Nung! Ting! Nung!
Keduanya menoleh kearah pintu.
"Biar aku cek." Angkasa mengurai pelukannya dan segera menuju pintu utama.
"Selamat malam, nak!" sapa Bu Widya setelah pintu terbuka.
"Ibu, malam Bu. Bagaimana kabarnya sekarang?"
"Baik, Angkasa sedang apa? Ayah dan Ibu ada?" tanya Bu Widya.
Bu Widya dihantar masuk kedalam dan duduk. "Biar saya panggil sebentar." Angkasa menghampiri pintu kamar Pak Dewok dan mengetuk pintu.
"Ayah, Ibu, ada mertua Angkasa!" teriaknya dari dalam.
Bu Arumi yang masih menyusun beberapa buku di atas rak dan Pak Dewok yang sedang duduk di depan laptop terbelalak.
"Bu Widya? bukannya itu Ibu Sekar ya?" Bu Arumi takut jika nanti Bu Widya dan Bulan dipertemukan.
"Iya, Bu. Ayah lupa lagi memberi tahu Bulan tentang wanita itu," jawab Pak Dewok pula.
Keduanya keluar dan menemui besannya yang kini entah masih berstatus apa. Sebab pengikat mereka sudah pergi untuk selama-lamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Mamanya Glen
entahlah klo tiba 2 mantan mertua melihat bulan mirip sekar
2022-05-30
3
🍭ͪ ͩ🍀⃟ᏽꮲ𐑈•ꪀׁꪱ꯱ׁׅ֒꯱ɑׁ🐅⃫⃟⃤
gemesss sma angkasa nggk tau deh🙊
2022-05-28
3
💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🆅🅸🅽🅰 ❸﷽ ⃞⃝⃟⍣⃝🌺꧂
duuhhh, terus apa yang akan terjadi lagi ini, Kira-kira Bulan, di pertemukan gak ya sama ibunya Sekar. terus kalau ibu Sekar, tau kalau ada yang mirip Sekar, apa yang akan dia lakukan.. 😌😌😌
2022-05-21
2