Part 16 Kemo Pertama

"Sekali lagi makasih, Om." Bulan mengulang.

"Kau sudah seperti menantuku, Panggil saja aku Ayah agar kau tidak kaku didepan Angkasa." Pernyataan itu terasa menyejukkan hati Bulan. Ia yang tidak pernah mendapat kasih sayang dari sosok seorang Ayah tentu sangat beruntung.

"Iya, Ayah."

Pak Dewok meninggalkan dirinya. Bulan yang teringat akan Fatan segera bersiap. Hari ini, dia harus segera menemui Fatan untuk mengobrol banyak hal. Dia adalah semangat Fatan begitu sebaliknya.

Usai berpamitan, Bulan menyambangi rumah sakit dimana adik lelakinya dirawat. Hari itu Fatan terlihat Fresh. Kemajuan yang sangat signifikan tentunya.

"Kakak, aku kangen." Keduanya saling berpelukan. Melepas rindu yang menggelayut meski baru beberapa waktu saja. Bagi Bulan hidupnya adalah Fatan. Ia tidak akan membiarkan sang adik menderita seperti dirinya.

Bulan mengusap pucuk kepala Fatan. Dia anak yang kuat, senyum indah terus mengukir dibibirnya. Bahkan sangat jarang yang namanya mengeluh walaupun Ia dalam keadaan sakit.

"Gimana badannya? apa masih sakit?"

Fatan menggeleng lucu. "Tidak, Kak. Jangan khawatirkan aku. Sebenarnya Fatan kangen sama Ayah. Kenapa dia gak pernah lagi nemuin kita," ujar Fatan sayu. Sedih, dengan kejadian itu.

Bulan mengulas senyum. Ia sudah berjanji akan menjadi Ayah, Ibu sekaligus Kakak terbaik bagi Fatan. "Jangan khawatirkan apapun, Tan. Kan sudah ada Kakak disini." Bulan menguatkan.

Wajah lugu tak bisa bohong. Tentu saja anak seusianya butuh perhatian kedua orang tua. Namun sayang semua itu sudah runtuh tak bersisa. Tidak ada cinta dan Sayang. Yang ada hanya amarah dan kebencian pada lelaki durja itu.

Sesaat tenggelam dalam perasaan masing-masing seorang Dokter dan perawat masuk keruangan.

"Selamat pagi, menjelang siang Fatan ganteng," sapa Bu Dokter. Dia adalah ahli dibidangnya.

"Pagi, Dok," jawab Kakak beradik bersamaan.

Sang Dokter bertanya lagi. "Makin sehat ya, sudah siap untuk sembuh kan?"

Fatan tampak takut. Ia melirik Bulan disampingnya. "Jangan takutkan apapun, Dek. Kakak yakin Fatan akan segera sembuh dari sakit ini, Iya kan Bu Dokter?"

Bu Dokter mengangguk. "Tentu saja, bukankah sembuh butuh perjuangan? apa lagi Fatan sangat tangguh anaknya," imbuh Bu Dokter lagi.

Fatan merrremas tangannya. Menggigit kecil gigi yang saling menempel antara atas dan bawahnya.

"Fatan jangan takut, percaya sama Bu Dokter. Pelan-pelan kok. Jadi Fatan gak akan kesakitan. Fatan mau?" Bu Dokter membujuk.

Fatan meneteskan air mata. "Fatan gak akan meninggal kan, Dok? Fatan belum siap ninggalin Kakak," jujur Fatan.

Bulan dan Bu Dokter terenyuh. Anak sekecil Fatan sudah mampu memikirkan hal yang luar biasa. Ia membuktikan pada orang lain jika Ia sangat menyayangi Kakaknya karena tau tidak ada siapa pun yang memberikan kasih sayang itu kecuali dirinya.

Bulan kembali memeluk Fatan dan meyakinkan jika dia tidak akan kenapa-napa. "Sayang, Fatan gak akan ninggalin Kakak kok. Kan, Fatan hebat, kuat dan tangguh seperti spiderman. Spiderman kan tidak pernah mengenal takut dan menyerah meski terjatuh berkali-kali demi keutuhan dunia. Begitu pula Fatan, Lelaki kuat yang gak akan kalah hanya gara-gara penyakit demi Kakaknya Bulan yang cantik."

Fatan menatap lekat wajah Bulan. "Begitu ya, Kak. Fatan sayang banget sama, Kakak. Nanti kalau Fatan besar mau beli rumah yang bagus buat kita supaya kita gak akan lagi kehujanan, kepanasan dan kelaparan lagi kayak dulu."

"Aamiin." Tak kuasa Bulan membendung air matanya. Ia tidak tahu mengapa hatinya begitu terpukul. Cita-cita Fatan sungguh besar untuknya. Saat ini Fatan sangat lemah dan Bulan sendiri tidak tahu seberapa kuat Fatan melewati masa sulit.

"Kakak yakin kamu akan sebuh, Fatan. Kakak juga yakin, keinginan kamu buat membeli rumah untuk kita akan secepatnya tercapai."

Fatan mengusap pipi sang Kakak. "Jangan nangis ya, Kak. Fatan akan buktikan kalau Fatan akan baik-baik saja."

"Fatan sudah siap?" tanya Bulan lagi.

"Iya, Kak. Paling sakitnya sebentar, iya kan, Dok?" Fatan beralih menatap Bu Dokter yang menganggukkan kepala.

"Ya sudah, Fatan berbaring ya. Obatnya akan segera di masukkan ke infus. Tapi ingat ya, Fatan akan sedikit merasa pusing dan mual. Tapi tidak apa? itu tandanya obatnya mulai bekerja membasmi sumber sakit Fatan," terang Bu Dokter.

Fatan mengangguk. Bulan malah sebaliknya, justru Ia yang sangat rapuh. Ia tidak sanggup jika Fatan akan kesakitan mengalami efek samping dari obat keras tersebut.

Dokter mulai memasukkan obat kedalam botol infus yang menjulur langsung keurat nadi ditangan Fatan. Walau tidak sepenuhnya paham soal kemo. Tapi Bulan tahu, banyak sekali orang yang justru mengalami penurunan daya tahan tubuh hingga lemah, rambut rontok dan sakit berkepanjangan setelah melakukan Kemo.

"Yang kuat, Fatan. Kakak yakin kamu bisa mengalahkan penyakitmu," gumam Bulan. Bola matanya terus meneteskan bulir-bulir air bening yang begitu saja menerobos keluar.

Dikantor, kini Angkasa disibukkan dengan kegiatan seperti biasanya. Wajahnya ceria secerah matahari yang timbul setelah hujan badai. Tidak ada sedih, amarah atau menangis lagi. Dia begitu bersemangat. Sebenarnya tidak sabar ingin melakukan malam pertama dengan sang istri. Yang membuatnya kesal, dia harus menunggu selama 25 hari lagi setelah hari ini.

Sibuk mengetik-ngetik sesuatu di keyboard laptop, Angkasa menghentikan rutinitasnya. Menopang dagu dan membayangkan kejahilannya setiap hendak menyentuh Bulan.

Dimana reaksi itu justru terasa unik. Pasti malam pertamanya nanti akan terasa sangat gurih dan lain dari yang lain. Sebab Ia harus menunggu lama untuk momen sakkral itu. Walau terasa seperti berabad-abad. Ia akan sabar menanti dan menunggu Bulan siap menyerahkan tubuhnya secara suka rela.

"Ahk, Sayang. Kenapa kau membuatku gila. Wajahmu telah merasuki alam bawah sadarku terlalu dalam. Sampai-sampai otakku terus mengingatmu. Apa lagi bibir mu yang manis itu. Oh, gila. Benar-benar gila. Bibir nya yang ranum dan tipis menggoda pandanganku," celotehnya seorang diri. Ia menyandarkan tubuh di kursi kebanggaannya, terus melamunkan wajah sang istri.

"Ehk, Iya." Angkasa terhenyat. "Biasanya hari senin Sekar akan mengantar makan siang. Aku yakin kebiasaan itu tidak akan dilupakannya. Tunggu saja lah, sekarang sudah jam sebelas lebih. Sebentar lagi dia pasti muncul untuk memberi kejutan."

Angkasa memandangi daun pintu. Tidak sabar menunggu Sekar muncul dihadapannya dengan rantang kembang-kembang yang biasa dibawanya.

Tok! Tok! Tok!

"Nah itu dia." Angkasa sengaja memutar kursi memunggungi agar Sekar memeluknya dari belakang lalu memberinya satu kecupan manis.

"Selamat siang, Pak!" sapa seorang pria, membuat Angkasa terkejut dan menoleh. Mengamati punggung Asistennya memastikan adanya Sekar disana.

"Lo kok kamu?" tanyanya.

"Apa? Bos sedang menunggu seseorang?" tanya Bayu. Lelaki yang setia pada Angkasa. Sudah menikah dan memiliki anak berusia 6 bulan.

Terpopuler

Comments

🌸 andariya❤️💚

🌸 andariya❤️💚

datang yg sabar ya👍👍
kamu pasti sembuh😘😘😘😘

2022-05-22

3

🌸 andariya❤️💚

🌸 andariya❤️💚

wah...wah...angkasa menuggu Sekar mengantar makanan..itu gak mungkin

karena dia ada d rs😂😂😂😂😂

2022-05-22

3

❥⃟𝄞EL✪⃢⃟𒍜

❥⃟𝄞EL✪⃢⃟𒍜

sekar gk akan datang angkasa..

2022-05-17

3

lihat semua
Episodes
1 Part 01 Gadis mirip Sekar
2 Part 02 Tawaran
3 Part 03 Tidak Ada Pilihan
4 Part 04 Menyetujui
5 Part 05 Kebahagian Angkasa
6 Part 06 Sport Jantung
7 Part_07 Kehilangan
8 Part 08 Serba Salah
9 Part 09 Merayakan Hari Jadi
10 Part 10 Biang Kerok
11 Part 11 Bertemu Pacar
12 Part 12 Memastikan
13 Part 13 Alasan
14 Part 14 Hampir
15 Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16 Part 16 Kemo Pertama
17 Part 17 Pengetahuan Baru
18 Part 18 Sakit Hati
19 Part 19 Cemas
20 Part 20 Usaha Angkasa
21 Part 21 Cemberut
22 Part 22 Cerita
23 Part 23 Tak Sadar
24 Part 24 Bertemu Bu Widya
25 Part 25 Pikiran Konyol
26 Part 26 Ucapan Indah
27 Part 27 Masa Lalu
28 Part 28 Alergi
29 Part 29 Angkasa Bikin Keder
30 Part 30 Beradu
31 Part 31 Anfal
32 Part 32 Pilihan
33 Part 33 Menenangkan
34 Part 34 Sabar Lagi
35 Part 35 Di bawa Pergi
36 Part 36 Menyiapkan Pesta
37 Part 37 Pengertian Angkasa
38 Part 38 Heart
39 Part 39 Nambah Kerjaan
40 Part 40 Bersiap
41 Part 41 Rule(Aturan)
42 Part 42 Duet
43 Part 43 Pengakuan
44 Part 44 Runyam
45 Part 45 Menggemaskan
46 Part 46 Kecelakaan
47 Part 47 Kabur
48 Part 48 Perhatian
49 Part_ 49 Harapan
50 Part 50 Menarik
51 Part 51 Cemburu
52 Part 52 Makan Malam
53 Part 53 Menegangkan
54 Part 54 Balasan
55 Part 55 Malam Istimewa
56 Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57 Part 57 Dihasut
58 Part 58 Bingung
59 Part 59 Sakit Kepala
60 Part 60 Menyadarkan
61 Part 61 Ronde Berlanjut
62 Part 62 Mulai Curiga
63 Part 63 Mencari Tahu
64 Part 64 Ketulusan Cinta
65 Part 65 Harinya Pelangi
66 Part 66 Salah Paham
67 Part 67 Dipertemukan
68 Part 68 Membuktikan
69 Part 69 Belum Menerima
70 Part 70 Tidak Sesuai
71 Part 71 Bersiap
72 Part 72 Mengharu Biru
73 Part 73 Berubah
74 Part 74 Marah
75 Part 75 Nasib
76 Part 76 Maaf
77 Part 77 Hasilnya
78 Part 78 Membandingkan
79 Part 79 Mengaku
80 Part 80 Terungkap
81 Part 81 Aneh
82 Part 82 Bayangan
83 Part 83 Rezeki Tak Kemana
84 Part 84 Berubah
85 Part 85 Benarkah?
86 Part 86 Di Peralat
87 Part 87 Memberi Tahu
88 Part 88 Pernikahan
89 Part 89 Fakta Baru
90 Part 90 Akhir
91 Part 91 Bonus
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Part 01 Gadis mirip Sekar
2
Part 02 Tawaran
3
Part 03 Tidak Ada Pilihan
4
Part 04 Menyetujui
5
Part 05 Kebahagian Angkasa
6
Part 06 Sport Jantung
7
Part_07 Kehilangan
8
Part 08 Serba Salah
9
Part 09 Merayakan Hari Jadi
10
Part 10 Biang Kerok
11
Part 11 Bertemu Pacar
12
Part 12 Memastikan
13
Part 13 Alasan
14
Part 14 Hampir
15
Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16
Part 16 Kemo Pertama
17
Part 17 Pengetahuan Baru
18
Part 18 Sakit Hati
19
Part 19 Cemas
20
Part 20 Usaha Angkasa
21
Part 21 Cemberut
22
Part 22 Cerita
23
Part 23 Tak Sadar
24
Part 24 Bertemu Bu Widya
25
Part 25 Pikiran Konyol
26
Part 26 Ucapan Indah
27
Part 27 Masa Lalu
28
Part 28 Alergi
29
Part 29 Angkasa Bikin Keder
30
Part 30 Beradu
31
Part 31 Anfal
32
Part 32 Pilihan
33
Part 33 Menenangkan
34
Part 34 Sabar Lagi
35
Part 35 Di bawa Pergi
36
Part 36 Menyiapkan Pesta
37
Part 37 Pengertian Angkasa
38
Part 38 Heart
39
Part 39 Nambah Kerjaan
40
Part 40 Bersiap
41
Part 41 Rule(Aturan)
42
Part 42 Duet
43
Part 43 Pengakuan
44
Part 44 Runyam
45
Part 45 Menggemaskan
46
Part 46 Kecelakaan
47
Part 47 Kabur
48
Part 48 Perhatian
49
Part_ 49 Harapan
50
Part 50 Menarik
51
Part 51 Cemburu
52
Part 52 Makan Malam
53
Part 53 Menegangkan
54
Part 54 Balasan
55
Part 55 Malam Istimewa
56
Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57
Part 57 Dihasut
58
Part 58 Bingung
59
Part 59 Sakit Kepala
60
Part 60 Menyadarkan
61
Part 61 Ronde Berlanjut
62
Part 62 Mulai Curiga
63
Part 63 Mencari Tahu
64
Part 64 Ketulusan Cinta
65
Part 65 Harinya Pelangi
66
Part 66 Salah Paham
67
Part 67 Dipertemukan
68
Part 68 Membuktikan
69
Part 69 Belum Menerima
70
Part 70 Tidak Sesuai
71
Part 71 Bersiap
72
Part 72 Mengharu Biru
73
Part 73 Berubah
74
Part 74 Marah
75
Part 75 Nasib
76
Part 76 Maaf
77
Part 77 Hasilnya
78
Part 78 Membandingkan
79
Part 79 Mengaku
80
Part 80 Terungkap
81
Part 81 Aneh
82
Part 82 Bayangan
83
Part 83 Rezeki Tak Kemana
84
Part 84 Berubah
85
Part 85 Benarkah?
86
Part 86 Di Peralat
87
Part 87 Memberi Tahu
88
Part 88 Pernikahan
89
Part 89 Fakta Baru
90
Part 90 Akhir
91
Part 91 Bonus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!