Part 05 Kebahagian Angkasa

prang! Preng! Prang!

Terdengar banyak suara benda pecah dari arah kamar Angkasa. Pak Dewok dan Arumi langsung tersentak kaget dan berlari menuju kamar. Sedangkan Bulan mendadak takut, Ia khawatir jika Angkasa memiliki kepribadian tempramental yang bisa saja menyakiti dirinya suatu saat nanti.

Ihk, kok serem sih? jangan-jangan pemuda itu beneran sudah gila lagi?

Tubuh Angkasa luruh kelantai, setiap tulang belulangnya seakan remuk dan lesu hingga akhirnya Ia menangis meraung-raung seperti anak kecil.

"Huhuhu... Sekar belum mati. Dia masih hidup. Sayang, kamu dimana? bukankah kita sudah berjanji untuk selalu bersama selamanya. Kenapa kamu bohong, ha? Aku kangen...."

Angkasa terus melontarkan kekesalan hatinya, menagih janji setia dari sang wanita idaman.

Pak Dewok dan Bu Arumi yang menempelkan telinga kedaun pintu sangat kasihan. Sudah sebulan lebih, Angkasa belum juga merelakan istrinya.

"Yah, Ibu tidak sanggup. Cepat pertemukan Angkasa dengan gadis itu, Yah." Bu Arumi menggoyang-goyang lengan suaminya untuk segera menjalankan rencana mereka.

Pak Dewok menoleh kearah Bulan yang menatap kearah mereka. Ayah Angkasa dapat membaca gurat ketakutan diwajah Bulan. Tapi Ia harus mengorbankan hidup gadis itu demi anaknya Angkasa.

Pak Dewok memutuskan meminta Bulan mendekat, dengan langkah ragu-ragu Gadis itu datang menghampiri. Tidak punya pilihan lain, sebab Ia sudah berhutang ratusan juta pada Pak Dewok.

"Kamu siap, nak?" Pak Dewok memastikan.

Bulan mengangguk pelan dan pasrah dengan apa pun resikonya. Meski kehilangan nyawa, asal Fatan kembali sehat Ia pun rela.

Diiringi tangan bergetar Pak Dewok mengetuk pintu kamar Angkasa, sejenak menghela nafas dalam agar suaranya tidak terlalu gugup. "Nak, ayo keluar ada yang mau bertemu!" teriak Pak Dewok, keras.

"Pergi, Ayah! Angkasa ingin sendiri," jawab Angkasa, enggan.

"E... i_ itu, kamu yakin?" Pak Dewok gelagapan. "Sekar ada diluar, Nak," ucapnya bohong.

Angkasa langsung mendongakkan kepala memandangi daun pintu dimana suara sang Ayah berasal. "Ayah tidak bohong?"

Pak Dewok pura-pura tertawa. "Hahaha... Te_ tentu sa_ saja tidak? ayo buka pintunya!"

Angkasa terpancing untuk melihat, lekas Ia berdiri dan menuju ke pintu. Antara percaya dan tidak, Angkasa memberanikan menarik kenop hingga menampakan tiga orang yang berdiri sejajar di depannya. Angkasa mengamati wajah mereka satu persatu lalu senyumnya mengembang sempurna saat Ia mendapati sosok Bulan didepannya.

"Sekar, sayang!" Angkasa menyambar tubuh Bulan dan memeluknya erat-erat membuat nya kesulitan bernafas sampai terbatuk-batuk.

Uhuk... Uhuk...

"Maaf aku kekencangan ya." Angkasa mengendurkan lengannya dan mengusap pipi Bulan dengan sayang. "Kamu dari mana saja sih? kenapa setelah menikah kamu menghilang, Ha?"

Bulan tidak tahu harus menjawab apa. Namun Pak Dewok dan Bu Arumi nampak bahagia melihat respon positif dari reaksi Angkasa.

"Ayah, Ibu, aku mau makan sama istriku," pintanya, tiba-tiba. Padahal Angkasa tidak pernah mau makan meski di bujuk. Kalau pun makan, tidak akan Ia lahap hingga habis.

Bu Arumi menyenggol Pak Dewok dan saling memainkan bulan sabit yang bertengger di atas bulatan bola mata keduanya.

"Biar Ibu siapkan," jawab Bu Arumi bersemangat. Berbeda dengan Bulan yang merasa terkungkung akan aksi Angkasa.

Tangan pria itu terus bertengger di pundaknya, membuat berat tubuh Bulan. "Ya Allah, haruskah ini terjadi? pria yang jelas-jelas bukan suamiku menyentuh tubuh ini tanpa batasan," gumam Bulan dalam hati.

Angkasa terlihat begitu bahagia, dia terus merangkul gadis yang dianggap Sekar kemeja makan lalu mengambilkan menu makanan kesukaan sang istri yaitu Sushi dan steak.

Bulan mengerutkan dahi, Ia tidak menyukai itu. Tapi Angkasa menyodorkan suapan ke arah mulutnya. "Ayo makan, ini kan kesukaan mu," ucapnya, merayu.

Bulan bingung, Ia alergi dengan makanan tersebut. Meski ada di kaffe tempatnya bekerja. Sekali pun Bulan tidak pernah menyentuhnya.

"E... Itu Ang_," ucapnya kaku.

Angkasa menautkan alisnya. "Ang? sejak kapan kau memanggil namaku, biasanya juga panggil, Sweety?" Angkasa menaruh curiga.

"Oh, iya mak_ maksudku, a_ aku mau yang itu aja, iya. Kayaknya enak!" tunjuknya pada Sambel udang pete.

Angkasa lagi-lagi menaikan satu alisnya. "Bukannya kamu anti makanan berbauk?"

Pak Dewok dan Bu Arumi saling melempar pandang, takut Angkasa akan emosi dan marah. "I_ iya emang gak boleh coba ya? a_ aku bosan dengan itu." Menatap kearah piring ditangan Angkasa.

"Oh... begitu? baiklah aku ganti yang lain tapi harus pakek nasi ya?" ujarnya menawarkan.

Bulan terpaksa tersenyum. Hadeh, bisa ikutan gila kalau begini?

Angkasa sudah merubah isi pering yang masih berada di genggamannya lalu bermaksud menyuapi Bulan lagi.

"Ayo, buka mulutnya!"

Bulan menurut, sesekali melirik kearah kedua pasangan paruh baya yang sibuk mengamati mereka.

Apa pria ini tidak tau malu? seenaknya bermesraan didepan orang tua? jangan-jangan dengan Sekar pun begitu?

Bulan mengunyah pelan suapan Angkasa menyusul suapan berikutnya. "Ayo, makan yang banyak. Biar nanti kamu subur," ujar Angkasa tidak tau malu membuat Bulan tersedak .

Uhuk... Uhuk...

Bulan memukul pelan dadanya.

"Ya ampun, Sayang. Pelan-pelan dong." Angkasa menyambar gelas didepannya lalu membantu Bulan untuk minum.

"Sudah baikan?" tanyanya, menatap lekat wajah Bulan yang sedikit salah tingkah.

Begitu sayangkah Angkasa pada Sekar? dia terlihat begitu perhatian dan juga cekatan

"Masih mau?" Angkasa belum lelah memperlakukan Bulan bak ratu di rumahnya tapi Bulan menjadi tidak nyaman.

"Sudah, A_ itu kamu saja. Aku belum melihatmu makan sejak tadi!" Bulan menundukkan sedikit wajahnya karena hampir salah panggil nama lagi.

"Baiklah, karena ini hari yang membahagiakan maka aku akan makan banyak untukmu." Angkasa melahap sisa nasi milik Bulan dan menambah lagi dengan porsi besar.

Pak Dewok dan Bu Arumi memilih diam dan membiarkan Angkasa bahagia dengan kehadiran Bulan.

"Pa, lusa aku mau bulan madu sama Sekar," celotehnya tiba-tiba, kali ini Pak Dewok yang tersedak.

uhuk... uhuk...

"Minum, Bu!" pinta Pak Dewok pada Bu Arumi dan langsung di suguhi istrinya.

Pak Dewok merasa lebih baik lalu membuka suara. "Angkasa, istrimu baru saja pulang dan masih lelah. Masak Ia kamu mau ngajak dia pergi lagi. Tunggulah beberapa hari lagi ya?"

"Bener, Nak. Kasihan Sekar, nanti dia sakit lo," sambung Ibu Arumi hingga Angkasa menoleh kearah Bulan dan tersenyum.

"Iya, iya, aku tidak sabar, Ayah," bisiknya pelan,tapi Bulan dapat mendengar dengan jelas.

Bulan mematung, Ia bagai terjebak dalam kubangan lumpur yang dalam. Situasi itu pasti akan menyulitkan langkahnya kedepan.

Angkasa melakukan ritual terakhir setelah makan yaitu meneguk satu gelas air putih sampai habis. "Oke, aku sudah kenyang. Ayo kita kekamar!" Angkasa menggaet lengan Bulan yang tidak bisa melakukan penolakan sama sekali.

Terpopuler

Comments

Senajudifa

Senajudifa

hahaha...emang tanaman

2022-06-22

0

Rika Jhon

Rika Jhon

ahaha ya ampun bnr2 penuh kejutan c angkasa ini,slu bikin org terkejut hingga tersedak😀😀

2022-06-14

0

Rika Jhon

Rika Jhon

🤣🤣🤣🤣 subur dan sabar

2022-06-14

0

lihat semua
Episodes
1 Part 01 Gadis mirip Sekar
2 Part 02 Tawaran
3 Part 03 Tidak Ada Pilihan
4 Part 04 Menyetujui
5 Part 05 Kebahagian Angkasa
6 Part 06 Sport Jantung
7 Part_07 Kehilangan
8 Part 08 Serba Salah
9 Part 09 Merayakan Hari Jadi
10 Part 10 Biang Kerok
11 Part 11 Bertemu Pacar
12 Part 12 Memastikan
13 Part 13 Alasan
14 Part 14 Hampir
15 Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16 Part 16 Kemo Pertama
17 Part 17 Pengetahuan Baru
18 Part 18 Sakit Hati
19 Part 19 Cemas
20 Part 20 Usaha Angkasa
21 Part 21 Cemberut
22 Part 22 Cerita
23 Part 23 Tak Sadar
24 Part 24 Bertemu Bu Widya
25 Part 25 Pikiran Konyol
26 Part 26 Ucapan Indah
27 Part 27 Masa Lalu
28 Part 28 Alergi
29 Part 29 Angkasa Bikin Keder
30 Part 30 Beradu
31 Part 31 Anfal
32 Part 32 Pilihan
33 Part 33 Menenangkan
34 Part 34 Sabar Lagi
35 Part 35 Di bawa Pergi
36 Part 36 Menyiapkan Pesta
37 Part 37 Pengertian Angkasa
38 Part 38 Heart
39 Part 39 Nambah Kerjaan
40 Part 40 Bersiap
41 Part 41 Rule(Aturan)
42 Part 42 Duet
43 Part 43 Pengakuan
44 Part 44 Runyam
45 Part 45 Menggemaskan
46 Part 46 Kecelakaan
47 Part 47 Kabur
48 Part 48 Perhatian
49 Part_ 49 Harapan
50 Part 50 Menarik
51 Part 51 Cemburu
52 Part 52 Makan Malam
53 Part 53 Menegangkan
54 Part 54 Balasan
55 Part 55 Malam Istimewa
56 Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57 Part 57 Dihasut
58 Part 58 Bingung
59 Part 59 Sakit Kepala
60 Part 60 Menyadarkan
61 Part 61 Ronde Berlanjut
62 Part 62 Mulai Curiga
63 Part 63 Mencari Tahu
64 Part 64 Ketulusan Cinta
65 Part 65 Harinya Pelangi
66 Part 66 Salah Paham
67 Part 67 Dipertemukan
68 Part 68 Membuktikan
69 Part 69 Belum Menerima
70 Part 70 Tidak Sesuai
71 Part 71 Bersiap
72 Part 72 Mengharu Biru
73 Part 73 Berubah
74 Part 74 Marah
75 Part 75 Nasib
76 Part 76 Maaf
77 Part 77 Hasilnya
78 Part 78 Membandingkan
79 Part 79 Mengaku
80 Part 80 Terungkap
81 Part 81 Aneh
82 Part 82 Bayangan
83 Part 83 Rezeki Tak Kemana
84 Part 84 Berubah
85 Part 85 Benarkah?
86 Part 86 Di Peralat
87 Part 87 Memberi Tahu
88 Part 88 Pernikahan
89 Part 89 Fakta Baru
90 Part 90 Akhir
91 Part 91 Bonus
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Part 01 Gadis mirip Sekar
2
Part 02 Tawaran
3
Part 03 Tidak Ada Pilihan
4
Part 04 Menyetujui
5
Part 05 Kebahagian Angkasa
6
Part 06 Sport Jantung
7
Part_07 Kehilangan
8
Part 08 Serba Salah
9
Part 09 Merayakan Hari Jadi
10
Part 10 Biang Kerok
11
Part 11 Bertemu Pacar
12
Part 12 Memastikan
13
Part 13 Alasan
14
Part 14 Hampir
15
Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16
Part 16 Kemo Pertama
17
Part 17 Pengetahuan Baru
18
Part 18 Sakit Hati
19
Part 19 Cemas
20
Part 20 Usaha Angkasa
21
Part 21 Cemberut
22
Part 22 Cerita
23
Part 23 Tak Sadar
24
Part 24 Bertemu Bu Widya
25
Part 25 Pikiran Konyol
26
Part 26 Ucapan Indah
27
Part 27 Masa Lalu
28
Part 28 Alergi
29
Part 29 Angkasa Bikin Keder
30
Part 30 Beradu
31
Part 31 Anfal
32
Part 32 Pilihan
33
Part 33 Menenangkan
34
Part 34 Sabar Lagi
35
Part 35 Di bawa Pergi
36
Part 36 Menyiapkan Pesta
37
Part 37 Pengertian Angkasa
38
Part 38 Heart
39
Part 39 Nambah Kerjaan
40
Part 40 Bersiap
41
Part 41 Rule(Aturan)
42
Part 42 Duet
43
Part 43 Pengakuan
44
Part 44 Runyam
45
Part 45 Menggemaskan
46
Part 46 Kecelakaan
47
Part 47 Kabur
48
Part 48 Perhatian
49
Part_ 49 Harapan
50
Part 50 Menarik
51
Part 51 Cemburu
52
Part 52 Makan Malam
53
Part 53 Menegangkan
54
Part 54 Balasan
55
Part 55 Malam Istimewa
56
Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57
Part 57 Dihasut
58
Part 58 Bingung
59
Part 59 Sakit Kepala
60
Part 60 Menyadarkan
61
Part 61 Ronde Berlanjut
62
Part 62 Mulai Curiga
63
Part 63 Mencari Tahu
64
Part 64 Ketulusan Cinta
65
Part 65 Harinya Pelangi
66
Part 66 Salah Paham
67
Part 67 Dipertemukan
68
Part 68 Membuktikan
69
Part 69 Belum Menerima
70
Part 70 Tidak Sesuai
71
Part 71 Bersiap
72
Part 72 Mengharu Biru
73
Part 73 Berubah
74
Part 74 Marah
75
Part 75 Nasib
76
Part 76 Maaf
77
Part 77 Hasilnya
78
Part 78 Membandingkan
79
Part 79 Mengaku
80
Part 80 Terungkap
81
Part 81 Aneh
82
Part 82 Bayangan
83
Part 83 Rezeki Tak Kemana
84
Part 84 Berubah
85
Part 85 Benarkah?
86
Part 86 Di Peralat
87
Part 87 Memberi Tahu
88
Part 88 Pernikahan
89
Part 89 Fakta Baru
90
Part 90 Akhir
91
Part 91 Bonus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!