Missing You

Missing You

Perjumpaan Pertama

Kisah bermula di masa kecilnya anak gadis bertubuh tambun, bernama Lintang Rajendra.

Anak gadis tidak akan pernah melupakan anak laki-laki pertama yang ia suka. Walaupun kenangan perjumpaan pertamanya dengan anak laki-laki tersebut bukanlah kenangan yang indah.

Lintang Rajendra, anak gadis yang masih berumur sepuluh tahun, bertubuh tambun, dengan rambut yang selalu dikepang dua, dan pipinya merah karena jerawat, suka mengurung diri di rumah sepulang sekolah. Dan hanya bermain di taman dekat rumahnya sendirian jika ia jenuh berada di dalam rumah. Lintang tidak memiliki teman karena dia memang bukan anak gadis yang cantik dan tidak unggul di dalam hal apapun. Dia hanya unggul dalam hal menggemukkan badan.

Adalah seorang pemuda bernama Chandresh Kusuma, berumur tujuh belas tahun. Chandresh Kusuma merupakan anak tunggal dari seorang pengusaha yang tengah naik daun bernama Wintang Kusuma dan memiliki seorang mama yang mulai sakit-sakitan

Chandresh Kusuma, seorang pemuda yang sangat tampan, bertubuh jangkung dengan bentuk badan yang proporsional. Karena, Chandresh Kusuma adalah kapten tim basket di sekolahnya. Berkat ketampanan, kesempurnaan fisik, kecerdasan, dan keunggulannya di dalam bermain basket, membuat Chandresh Kusuma menjadi idola para kaum Hawa baik di sekolahan maupun di lingkungan tempat tinggalnya,

Di sebuah taman bermain yang tidak begitu luas, Lintang yang biasa bermain pasir di siang dan sore hari di taman itu, melihat Chandresh Kusuma tengah duduk seorang diri di bangku taman, tengah membaca buku sembari mendengarkan musik dari ponselnya. Lintang melihat ada headphone terpasang di kedua telinganya Chandresh.

Lintang terpesona melihat pemuda yang memiliki rambut lurus hitam, yang selalu Lintang dambakan karena, Lintang tidak memiliki rambut sesempurna pemuda itu. Rambut Lintang bergelombang dan itu sebabnya ia selalu mengepang dua rambutnya. Karena kalau tidak dikepang, rambutnya akan mengembang parah seperti jajanan anak-anak yang bernama Arum Manis.

Rambutnya Chandresh yang berkibar apik diterpa angin sepoi-sepoi membuat Lintang semakin terpaku menatap pemuda itu. Tanpa Lintang inginkan, dada Lintang berdebar kencang saat pandangannya teralihkan dari rambut ke hidung alis tebal, hidung mancung, bentuk kelopak mata yang indah, kulit putih bersih yang melekat pas di wajah tampan pemuda yang masih asyik membaca buku sambil mendengarkan musik yang mengalir indah di headphone.

"Dia seperti dewa yang turun dari kahyangan. Tampan sekali" Gumam Lintang dengan hati yang berdebar kencang.

Lintang tersentak kaget pada saat kedua bola matanya bersitatap dengan kedua bola mata pemuda yang duduk di bangku taman dengan buku dan headphone di atas kepala. Lintang semakin kebingungan, dia melompat lalu menggeser langkahnya ke kanan kemudian ke kiri dan panik ke mana harus melangkah ketika pemuda itu bangkit berdiri dan berjalan pelan ke tempat ia masih berdiri mematung tidak jelas.

Di jarak satu meter, akhirnya Lintang memiliki kesadarannya kembali untuk berbalik badan lalu berlari kencang meninggalkan pemuda tampan itu.

Pemuda tampan yang memiliki nama Chandresh Kusuma itu mengernyit lalu membungkuk untuk mengambil jepit rambut berbentuk capung yang jatuh dari salah satu kepangan rambut anak gadis bertubuh tambun yang lari darinya.

Chandresh Kusuma lalu menghela napas panjang dan berlari menyusul laju lari anak gadis bertubuh tambun, berambut keriting yang dikepang dua itu.

Di saat itu, untuk kesekian kalinya, Lintang membenci tubuh gemuknya karena, ia tidak pernah bisa berlari kencang. Ia bisa merasakan pemuda tampan yang ia kagumi di pandangan pertama sewaktu ia bermain di taman itu, mengejarnya, tapi ia tidak bisa berlari lebih kencang lagi.

Lintang akhirnya bisa bernapas lega dan tersenyum lebar sambil mencoba berlari lebih kencang lagi, ketika ia melihat ke arah depan dan menemukan pintu rumahnya hanya tinggal beberapa meter saja dari dia, tapi Bruk! Lintang jatuh tersungkur di depan pintu rumahnya saking semangatnya ingin segera membuka pintu rumahnya.

Anak laki-laki tampan yang mengejar Lintang, berdiri di sampingnya Lintang, lalu tanpa membantu Lintang bangkit berdiri, anak laki-laki itu menjatuhkan kucir rambutnya Lintang begitu saja sambil berkata, "Itu kucir kamu. Jatuh di taman tadi"

Lintang memungut kucir rambutnya sembari bangkit berdiri dengan susah payah karena kegemukannya. Lintang akhirnya berhasil bangkit dan berdiri di depan anak laki-laki tampan itu, menatapnya dan berkata, "Ka.....kamu, eh, Ka....Kakak mengejarku karena kucir rambut i.....ini?"

Anak laki-laki itu menganggukkan kepalanya dengan wajah datar dan sikap acuh tak acuh.

"Te.......terima kasih" Lintang lalu berlari untuk membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalamnya dengan napas menderu dan debaran jantung yang tidak biasanya.

Anak laki-laki itu melihat ke arah perginya Lintang dengan bergumam, "Anak yang aneh" Lalu ia masuk ke rumahnya yang letaknya bersebelahan dengan anak gadis yang ia katakan aneh barusan.

Dan seperti biasanya, Chandresh hanya bertemu dengan mamanya karena, papanya selalu pergi ke luar kota. Papanya adalah pemilik perusahaan yang sedang berkembang yang bergerak di bidang desain interior.

Mamanya Chandresh mulai sakit-sakitan sejak ia menemukan beberapa bukti bahwa suaminya berselingkuh, namun ia tidak menceritakannya ke Chandresh, ia simpan sendiri semua fakta yang mengatakan bahwa suaminya berselingkuh. Mamanya Chandresh tidak ingin putra tunggal kesayangannya terganggu studinya jika putranya itu tahu bahwa papanya berselingkuh. Mamanya Chandresh juga tidak mendamprat suaminya, wanita tangguh itu cukup puas suaminya masih pulang ke rumah untuk dia dan Chandresh, cukup puas suaminya masih memberikan nafkah lahir dan batin kepadanya walaupun hatinya sakit menahan kecewa karena, suaminya memiliki wanita idaman lain

"Ma, kenapa Mama masih memasak? Kita beli aja lauk lewat aplikasi online mulai dari sekarang. Mama, kan beberapa bulan ini sering pusing dan batuk yang Mama derita, nggak sembuh-sembuh" Chandresh memeluk mamanya dari belakang saat ia menemukan mamanya batuk-batuk di depan kompor.

Chandresh lalu membantu mamanya membawa mangkok besar berisi bakmi goreng Jawa ke meja makan lalu ia bergegas balik ke dapur untuk memapah mamanya yang masih saja batuk-batuk. Chandresh membantu mamanya duduk di meja makan lalu berkata sambil mengelus pipi mamanya, "Ma, kita periksa ke dokter lagi setelah ini, ya?"

Mamanya Chandresh mengelus pipi putra tunggalnya yang sangat tampan itu sambil menggelengkan kepalanya dan berkata, "Mama baik-baik saja. Mama cuma kebanyakan minum es sirup. Kamu tahu sendiri, kan, Mama nggak bisa minum minuman manis sedikit aja"

"Tapi, pusing dan batuk yang Mama derita, nggak sembuh-sembuh sebulan ini. Chandresh rasa, Mama perlu kontrol lagi ke dokter. Mau, ya, Ma?" Chandresh menatap kedua bola mata hitam mamanya dengan sendu.

"Nggak usah. Papa kamu sebentar lagi pulang. Mama nggak mau pergi kalau Papa kamu ada di rumah. Papa kamu, kan, pulangnya seminggu sekali"

Chandresh hanya bisa menghela napas panjang lalu duduk di sebelah mamanya dengan wajah muram.

"Lintang! Tolong kamu kasih kue bolu pandan bikinannya Mama ini ke tetangga baru kita" Mamanya Lintang langsung menahan langkahnya Lintang masuk ke ruang makan

"Tetangga baru?"

"Iya. Kita punya tetangga baru. Rumah di sebelah kita persis sudah ditempati penghuni baru. Kamu nggak tahu emangnya?"

Lintang menggelengkan kepalanya.

"Nih! Kasih kue bolu pandan bikinannya Mama ke tetangga baru kita. Nanti sore pas Papa kamu pulang kerja, kita berempat berkunjung ke sana"

Lintang melihat adiknya yang masih berumur lima tahun, duduk di meja makan sambil menikmati kue bolu pandan bikinan mama mereka.

Lintang menenteng paper bag berisi kue bolu pandan hasil kreasi mamanya dan berbalik badan lalu melangkah keluar rumah dengan malas-malasan.

Ting tong! Begitulah bunyi bel pintu rumah yang ia pencet.

Lintang tersentak kaget dan langsung mematung saat ia melihat anak laki-laki yang telah membuat hatinya berdesir nggak jelas membukakan pintu dan berdiri di depannya. Wangi cologne anak laki-laki itu menusuk hidungnya Lintang dan Lintang sangat menyukai wangi segarnya.

"Kamu?" Chandresh menatap Lintang dengan menautkan alisnya.

Mamanya Chandresh muncul di depan pintu dan langsung tersenyum ramah ke Lintang, "Ada apa, Nak?"

"Ah, i......ini, Tante" Lintang langsung menyodorkan paper bag yang ia pegang dengan kedua tangannya ke wanita cantik yang dia panggil Tante.

Mamanya Chandresh menerima paper bag tersebut dengan tanya, "Apa ini?"

"I......itu kue bolu pandan bikinan Mama saya, Tante. Saya permisi" Lintang menganggukkan kepalanya dengan cepat dan langsung memutar badan ke samping kiri, lalu berlari kencang yang ia pikir kencang, untuk masuk kembali ke dalam rumahnya.

Chandresh dan Mamanya sampai melongokkan kepala cukup jauh ke luar untuk melihat laju larinya anak Hadi bertubuh tambun dan berkepang dua itu, lalu Chandresh menoleh ke mamanya saat anak gadis itu sudah menghilang dari penglihatan mereka dan Chandresh berkata, "Dia anak yang aneh. Suka banget berlari padahal ia nggak bisa berlari dan dia pergi sebelum kita sempat mengucapkan terima kasih?"

Mamanya Chandresh menutup kembali pintu rumahnya sambil tersenyum lebar ia menepuk bahunya Chandresh dan berkata, "Iya tentu saja lucu, Chan, dia, kan, masih kecil"

Sore harinya, Lintang terus didorong oleh mamanya untuk pergi ke rumah tetangga baru mereka. "Kamu tuh berat banget tahu, nggak? Kenapa harus Mama dorong dari belakang kayak gini? Jangan direm terus kaki kamu! Ayok kita bersilaturahmi ke tetangga baru kita!" mamanya Lintang terus berteriak karena, Lintang terus menahan kakinya.

Lintang terus mengerem langkahnya dan berteriak, "Aku nggak mau pergi, Ma!"

Lintang nggak mau pergi karena, ia tidak mau bertemu lagi dengan anak laki-laki tampan yang sudah membuatnya salah tingkah. Lintang juga merasa malu karena anak laki-laki itu telah melihatnya jatuh tersungkur di aspal. Lintang tidak mau merasa malu dan canggung lagi, untuk itulah ia tidak mau diajak bersilaturahmi dengan tetangga barunya itu.

"Oke, cukup!" Mamanya Lintang menarik kedua tangannya dari punggung lebarnya Litbang laku ia bersedekap dan menoleh ke suaminya, "Pa, gendong Lintang dan ........."

Lintang langsung berlari menjauhi papa dan mamanya, namun tanpa ia sadari, ia justru berlari keluar dari rumahnya dan berdiri termangu di depan pintu rumah tetangga barunya.

Lintang mengumpat kesal di dalam hatinya saat ia gagal memutar badan untuk kembali masuk ke dalam rumahnya karena, mamanya langsung menahan langkahnya Lintang dan papanya langsung memencet bel pintu rumah tersebut sambil menggendong adik laki-lakinya Lintang.

Lintang hanya bisa menundukkan kepala dan berdoa di dalam hatinya semoga ia tidak melakukan hal bodoh lagi, nanti

Terpopuler

Comments

Author yang kece dong

Author yang kece dong

Aku mampir kak semangat 😍

2022-08-10

1

Rozh

Rozh

mulai baca

2022-07-29

0

Nay⚘

Nay⚘

jejak

2022-07-19

0

lihat semua
Episodes
1 Perjumpaan Pertama
2 Santai
3 Bahagia Tiada Tara
4 Kejutan
5 Luka Batin
6 Pertemuan Tidak Terduga
7 Kaget
8 Tersedak
9 Perubahan Sikap Lintang
10 Shinta
11 Bandel
12 Sanksi
13 Bertemu Dengan Mamanya Chandresh
14 Hari Pertama.
15 Rayuannya Shinta
16 Napas Buatan
17 Hari Kedua
18 Tanggung Jawab
19 Kue Bolu Pandan Keju
20 Ikut
21 Lintang dan Shinta
22 Barbar
23 Kecelakaan
24 Dewasa dan Anggun
25 Menikah
26 Butuh
27 Satu Kamar
28 Wajah Memerah
29 Melindungi
30 Sup Ayam
31 Puisi
32 Kesal
33 Bukti
34 Ciuman Pertama
35 Cantik
36 Membeliak Kaget
37 Mencium Yang Benar
38 Berdesir Hangat
39 Naik Motor Berdua
40 Boleh
41 Luar Biasa
42 Missing You
43 Merindu
44 Malu
45 Ulah Shinta
46 Melindungi
47 Menyadari
48 Mencintaimu
49 Berdesir
50 Sayang
51 Istriku
52 Pesta Ulang Tahun
53 Cerah
54 Main Basket
55 Pemintaan Sulit
56 Rindu
57 Malu
58 Maafkan Aku!
59 Wanita Cantik dan Seksi
60 Kamu?!
61 Menang
62 Rumah
63 Godaan
64 Godaan Lagi
65 Rumah Baru
66 Menyesal
67 Insting Lintang
68 Maafkan Aku
69 Nomer Asing
70 Kejutan
71 Maafkan Aku!
72 Cemburu
73 Sudah Berakhir
74 Masakan
75 Lupakan Aku!
76 Rekaman Video
77 Histeris
78 Maafkan, Aku!
79 Menata Hidup
80 Brak!!!!!
81 Bahagia
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Perjumpaan Pertama
2
Santai
3
Bahagia Tiada Tara
4
Kejutan
5
Luka Batin
6
Pertemuan Tidak Terduga
7
Kaget
8
Tersedak
9
Perubahan Sikap Lintang
10
Shinta
11
Bandel
12
Sanksi
13
Bertemu Dengan Mamanya Chandresh
14
Hari Pertama.
15
Rayuannya Shinta
16
Napas Buatan
17
Hari Kedua
18
Tanggung Jawab
19
Kue Bolu Pandan Keju
20
Ikut
21
Lintang dan Shinta
22
Barbar
23
Kecelakaan
24
Dewasa dan Anggun
25
Menikah
26
Butuh
27
Satu Kamar
28
Wajah Memerah
29
Melindungi
30
Sup Ayam
31
Puisi
32
Kesal
33
Bukti
34
Ciuman Pertama
35
Cantik
36
Membeliak Kaget
37
Mencium Yang Benar
38
Berdesir Hangat
39
Naik Motor Berdua
40
Boleh
41
Luar Biasa
42
Missing You
43
Merindu
44
Malu
45
Ulah Shinta
46
Melindungi
47
Menyadari
48
Mencintaimu
49
Berdesir
50
Sayang
51
Istriku
52
Pesta Ulang Tahun
53
Cerah
54
Main Basket
55
Pemintaan Sulit
56
Rindu
57
Malu
58
Maafkan Aku!
59
Wanita Cantik dan Seksi
60
Kamu?!
61
Menang
62
Rumah
63
Godaan
64
Godaan Lagi
65
Rumah Baru
66
Menyesal
67
Insting Lintang
68
Maafkan Aku
69
Nomer Asing
70
Kejutan
71
Maafkan Aku!
72
Cemburu
73
Sudah Berakhir
74
Masakan
75
Lupakan Aku!
76
Rekaman Video
77
Histeris
78
Maafkan, Aku!
79
Menata Hidup
80
Brak!!!!!
81
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!