Lintang ingin melompat turun dari gendongannya Chandresh, namun kepalanya terasa sangat penting dan membuat dia justru menyandarkan kepalanya di dada Chandresh dan merangkul erat lehernya Chandresh karena, ia takut terjatuh.
Lintang merona malu saat ia menyadari, Chandresh membopongnya tanpa memakai kaos. Dadanya Chandresh yang polos menempel di pelipisnya dan terasa hangat. Lintang bergumam di dalam hatinya, dadanya Kak Chandresh atletis juga. Nggak nyangka, Kak Chandresh memiliki tubuh yang sangat keren. Dan blush! rona merah tersamar di wajahnya Lintang, rasa panas menyambar wajahnya, napasnya menjadi terburu-buru dan Lintang jatuh pingsan.
Chandresh bisa merasakan kepala Lintang terkulai jatuh melemas dan dia segera berlari menuju ke hotel yang berada di belakang pantai dan langsung membuka satu kamar VIP untuk Lintang dengan kartu kreditnya, sambil terus mencoba membangunkan Lintang dengan cara memanggil-manggil namanya Lintang, namun usahanya sia-sia, Lintang tetap tidak sadarkan diri
Chandresh bergegas membawa Lintang ke kamar dan setelah merebahkan Lintang di atas kasur, dia membuka kaosnya Lintang yang basah dan langsung membungkus Lintang dengan selimut tebal yang tersedia di atas kasur kamar hotel tersebut.
Dia kemudian berlari keluar kamar untuk membeli satu potong dress untuk Lintang dan satu kaos dengan celana pendek bernuansa pantai untuknya sendiri. Chandresh bahkan tidak menyadari bahwa dadanya yang kekar dengan enam tonjolan otot perut yang seksi mengundang decak kagum banyak orang yang ia lewati. Bahkan pramuniaga butik yang ada di pojok lantai satu hotel tersebut terpana melihat badannya Chandresh yang seksi.
"Apakah di sini ada dress simple untuk anak remaja?" Tanya Chandresh ke pramuniaga butik itu.
Pramuniaga itu masih terpana melihat dadanya Chandresh yang kekarnya pas dan saat kedua bola mata pramuniaga itu turun ke perutnya Chandresh untuk menikmati keseksian enam tonjolan otot di perutnya Chandresh, Chandresh mulai menggeram dan berkata, "Saya diburu waktu, Mbak. Tolong berikan saya dress simple untuk anak remaja dan satu step kaos oblong dengan celana pantai!"
Pramuniaga itu langsung tersentak kaget dan dengan tersipu malu dia segera berlari ke rak dress dan mempersilakan Chandresh untuk memilih sendiri.
Chandresh mengambil secara acak satu dress yang sekiranya pas di badannya Lintang lalu dengan cepat mengambil satu kaos oblong dan satu celana pantai dan segera membawa semua baju pilihannya ke kasir untuk membayarnya.
Mbak yang berjaga di kasir beberapa kali menahan napas saat ia berhadapan dengan pria ganteng dan seksi. Bahkan saat mbak kasir itu menyerahkan uang kembalian ke Chandresh karena, butik tersebut hanya menerima uang cash, dia salah ucap, "Ini six pack Anda, Mas"
Chandresh langsung menautkan alisnya.
"Oh, maaf. Maksud saya, ini enam ribu, Anda. Emm, kembaliannya" Mbak kasir itu berkata dengan nada gugup dan kikuk.
Chandresh menerima uang kembalian tersebut dengan menghela napas panjang.
Setelah mendapatkan sepotong dress untuk Lintang dan baju ganti untuk dirinya sendiri di butik batik yang ada di pojok lantai satu hotel tersebut, Chandresh kembali berlari ke kamar yang dia pesan Dan tanpa berpikir panjang, di menurunkan celana panjangnya Lintang yang basah dengan menutup kedua matanya lalu ia memakaikan dress yang dia beli ke tubuhnya Lintang, masih dengan memejamkan kedua matanya.
Beberapa kali dia menghela napas panjang untuk mengusir pikiran yang aneh-aneh ketika telapak tangannya tanpa sengaja menyentuh sebuah gundukan yang terasa kenyal dan dia langsung mengangkat telapak tangannya dengan mengumpat, "Sial! Kenapa pakai nyasar juga sih tanganku ini" Dan setelah beberapa kali dia menahan napas karena tangannya tanpa sengaja nyasar ke beberapa titik terlarang, Chandresh meraba dari pundak sampai ke lututnya Lintah dan tersenyum senang karena, ia telah berhasil memasang dress yang dia beli ke tubuhnya Lintang dengan sempurna. Kemudian, ia membuka kedua kelopak matanya, menyelimuti Lintang kembali, dan ia segera berlari masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti baju.
Chandresh mengguyur kepalanya dengan air dingin dan bergumam di sana, "Kenapa salah sentuh yang tidak aku sengaja aja, napasku menjadi terburu-buru dan wajahku menjadi panas seperti ini. Sial! Apa yang kau pikirkan Chan? Kenapa otakmu kotor sekali? Lintang itu adik kamu, ingat itu! Lagian cewek pembuat onar dan kekanak-kanakan seperti Lintang itu, bukanlah tipe kamu"
Chandresh keluar dari dalam kamar dan melihat Lintang duduk di atas kasur dengan wajah kebingungan. Lintang menunduk dan melihat bajunya telah diganti. Lalu ia menoleh ke Chandresh dengan menarik selimut sampai ke lehernya dan berteriak, "Apa yang telah Kakak lakukan padaku! Kakak harus menikahiku! Sekarang juga!"
Chandresh meraup kasar wajah gantengnya, lalu ia mencoba berjalan pelan mendekati Lintang dengan kata, "Jangan berpikiran yang nggak-nggak! Aku nggak melakukan apa-apa, aku cuma mengganti baju kamu dengan memejamkqn kedua mataku, sumpah!"
Lintang mencengkeram kedua ujung selimutnya dan menatap Chandresh yang telah berdiri di depan ranjang dengan sorot mata tidak percaya.
Chandresh menghela napas panjang, "Kalau kamu tidak percaya, kita bisa periksa ke dokter untuk melihat apakah kamu ternodai atau tidak"
Lintang akhirnya bisa mengendurkan kewaspadaannya dan melenyapkan amarahnya, lalu berteriak dengan wajah kesal, Oke! Aku percaya pada Kakak! Tepi, mulai hari ini, aku akan menempel terus sama Kakak dan kakak jangan sampai menjauh dariku!"
Chandresh menautkan alisnya dan bertanya, "Kenapa harus seperti itu? Aku sibuk, Lin. Mana bisa kamu menempel terus sama aku"
"Pokoknya, aku akan menempel terus sama Kakak karena, Kakak sudah mencium bibirku dan Kakak sudah mengganti bajuku!" Lintang berteriak sambil memejamkan kedua matanya, karena malu.
Chandresh mengusap kepala botaknya dan berkata, "Itu bukan ciuman. Itu napas buatan, Lin. Dan aku mengganti baju kamu, karena takut kamu kedinginan dan aku juga memejamkan kedua mataku saat aku mengganti baju kamu. Aku tidak melihat apapun, sumpah!"
Lintang membuka kedua kelopak matanya dan menatap Chandresh, "Tapi, tetap saja Kakak yang pertama bagiku. Dan itu sangat berarti bagiku, titik!" Lintang lalu melompat turun dari atas kasur dan berlari cepat ke kamar mandi untuk mandi air hangat.
Kedua bola matanya Chandresh mengikuti langkah perginya Lintang dengan teriakan, "Apanya yang pertama! Nggak ada kata pertama di sini, Lin!"
"Bodo amat!" Lintang berteriak dari dalam kamar mandi.
Chandresh duduk lemas di ujung ranjang dengan helaan napas frustasi, lalu pria ganteng bertubuh bagus dan berperawakan tegap itu bergumam, "Baru jalan dua hari bersama dengan Lintang, udah cukup membuat stres berat kayak gini. Padahal masih ada lima hari lagi ke depannya. Hiks, hiks, hiks. Apa yang akan terjadi lagi nantinya? Oh, Tuhan, tolong!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
R.F
smt kak
2022-08-24
0
Author yang kece dong
tanggung jawab nich kak chandresh... 😁✌
2022-08-22
0
Eva Santi Lubis
keren
2022-06-25
1