Sebelum sampai ke rumah, Chandresh mengajak Lintang makan di warung tenda pinggir jalan yang menawarkan bakso dan mie ayam. Dia pikir, setelah terjun ke dalam air, Lintang butuh sesuatu yang hangat.
Di saat bakso pesanannya datang, Chandresh berkata ke Abang yang mengantarkan mangkok bakso ke mejanya, "Ada karet gelang, Bang?"
"Ada. Sebentar, ya, Mas" Sahut si Abang itu dan beberapa detik kemudian, si abang kembali lagi dengan membawa satu jumput Karet gelang warna-warni.
Lintang yang tengah menyendok kuah bakso tersentak kaget saat ia merasakan rambut hitam panjangnya, disentuh oleh Chandresh. Lintang menoleh dan menarik kepalanya ke samping dengan tanya, "Mau apa?"
"Mau mengucir rambut panjang kamu. Kalau makan makanan berkuah, rambut harus dikucir biar rambut kamu nggak masuk ke kuah" Chandresh berucap sembari mencengkeram semua rambutnya Lintang dan dengan pelan ia menarik kepalanya Lintang dan mengucir semua rambutnya Lintang memakai karet gelang yang berwarna kuning.
Lintang yang sudah kelaparan dan kedinginan, membiarkan begitu saja Chandresh mengucir rambutnya dan tidak ada debaran jantung di kala itu.
Chandresh lalu menepuk pucuk kepalanya Lintah dengan pelan sambil berucap, *Nah, kalau begini ini, kamu baru lah mirip anak gadis yang manis"
Lintang mencebikkan bibirnya sambil terus menikmati bakso hangat yang ada di depannya.
Begitu sampai di rumah, malam sudah mengantikan senja dan Chandresh menoleh ke Lintang, dia melihat Lintang tidur lelap dengan wajah polos tanpa dosa.
Untuk sejenak, Chandresh wajahnya Lintang dan bergumam lirih, "Kalau anteng seperti ini, anak ini cantik dan manis juga. Sayangnya, dia anteng kalau pas tidur aja, hadeeehhh" Chandresh lalu keluar dari jok kemudi, berlari pelan memutari mobilnya untuk melepaskan sabuk pengamannya Lintang dan membopong Lintang masuk ke dalam rumah.
Chandresh lalu membaringkan lintang dengan perlahan di atas kasurnya, melepaskan sepatunya Lintang dan menyelimuti lintang. Setelah ia merapikan rambutnya Lintang, Chandresh melangkah keluar dari dalam kamarnya tanpa bersuara dan menutup pintu kamarnya dengan pelan.
Dan saat Chandresh duduk di sofa ruang tamu ponselnya berdering, "Shinta?" Chandresh mengernyit untuk beberapa saat, lalu ia memutuskan untuk menerima panggilan dari mantan terindahnya itu, "Halo, ada apa?"
"Kenapa sedari tadi, kamu nggak bisa aku telpon?"
"Ponselku ada di dalam tas dan tasku, aku tinggal di mobil. Memangnya ada perlu apa kamu mencariku?" Sahut Chandresh.
"Aku sudah mulai bekerja di hotel yang kamu rekomendasikan. Aku ingin berterima kasih padamu secara langsung, tapi kamu kok nggak ada di hotel? Kata salah satu karyawan hotel, manajer hotel tempat aku diterima bekerja itu adalah kamu"
"Aku ijin hari ini karena, harus mengantarkan Mamaku ke stasiun" Sahut Chandresh
"Oh, kalau begitu besok aja kita ketemuan dan kebetulan besok adalah hari ulang tahunku, kamu nggak lupa, kan, hari ulang tahunku?" Shinta berkata dengan nada lembut menggoda.
Pendengarannya Chandresh terhanyut dimanjakan oleh Sura lembut menggodanya Shinta dan membuat Chandresh diam membisu.
"Halo, Chan? Kau masih di sana?"
Chandresh tersentak dari lamunannya dan langsung berkata, "Iya"
"Aku ingin merayakan ulang tahunku denganmu sekalian merayakan pekerjaan yang sudah aku terima dan itu berkat kamu" Sahut Shinta dengan nada ceria menggoda.
Chandresh menghela napas panjang dan berkata, "Baiklah. Kau masih suka kue bolu pandan?" tanya Chandresh kemudian.
"Ah, aku tersanjung, Chan. Ternyata kau masih ingat kue kesukaanku" sahut Shinta.
"Kalau gitu, besok, aku akan bawakan kue bolu pandan untukmu" sahut Chandresh.
"Oke, aku tunggu kamu di apartemenku jam tujuh petang, ya?"
"Iya" Chandresh menjawab singkat dan klik! Karena canggung dia justru mematikan sambungan teleponnya dengan Shinta begitu saja.
Chandresh laku menatap layar ponselnya dan bergumam kesal, "Ah, sial! Kenapa justru aku matikan sambungan teleponku dengan Shinta? Aku, kan, masih ingin mendengar suara indah nan merdunya Shinta?"
Shinta tersenyum menetap ponselnya dan berkata, "Kau masih menggemaskan kayak dulu, Chan. Kau akan matikan sambungan telepon kita kalau kamu kebingungan mau ngomong apalagi. Kamu masih mencintaiku, Chan. Aku bisa merasakannya dan aku akan membuatmu menikahiku tidak lama lagi. Aku ingin balas dendam sama Papa kamu dengan cara membuatmu bertekuk lutut padaku dan kita akan lihat bagaimana reaksi Mas Wiku saat ia melihat aku menikahi kamu, Chan"
Keesokan harinya, Lintang terbangun karena ia mendengar suara ribut di dapur. Lintang tertegun di atas kasur selama beberapa detik lalu bergumam, "Apa Kak Chandresh yang kemarin malam membopongku ke kamar?" Wajah Lintang memerah seiring dengan desiran aneh di hatinya. Lintang lalu menyibak selimut dan bergegas keluar dari dalam kamar. Dia kemudian melihat dapur berantakan. Dia mendekati Chandresh yang tengah menatap loyang untuk mengukus kue, dan Lintang bertanya, "Apa ini?"
"Kue bolu pandan" Sahut Chandresh.
"Pppffttt! Buahahahahaha, kayak gini kamu sebut kue? Ini dilemparkan ke anak kucing, anak kucingnya bisa langsung masuk UGD, buahahahahha" Lintang langsung melepaskan tawa renyahnya ke udara saat ia melihat gundukan aneh berwana hijau.
Chandresh merengut dan mendelik ke Lintang, "Jangan ketawa! Belum tentu kamu bisa buat kue bolu pandan"
"Bikin kue itu pekerjaan kecil bagi Lintang. Mamaku sering mengajariku bikin kue. Apa masih ada bahannya? Emm, aku butuh telur, mentega, pewarna makanan hijau, tepung terigu pasta pandan, ovalet, vanili, susu bubuk vanila, buah Cherry, keju, dan buttercream?" Lintang berkacak pinggang di depan Chandresh dan Chandresh melongo, "Wah, kau tahu betul resepnya"
"Tahu, dong. Sekarang ada nggak semua bahan itu?"
"Tadi ada, tapi sekarang udah habis dan jadinya gundukan hijau ini. Padahal aku sudah buat sesuai dengan instruksi chef terkenal yang ada di internet" Sahut Chandresh.
"Aku punya hutang sama Kakak berapa totalnya?" tanya Lintang.
"Banyak" Sahut Chandresh.
"Oke, kita pergi keluar sekarang, ambil uang untuk bayar hutangku dan kita belanja bahan kue" Lintang tersenyum lebar ke Chandresh dan berkata di dalam hatinya, mulai sekarang, Lintang memutuskan kalau Lintang menyukaimu lagi, Kak Chandresh dan akan melakukan apapun untuk Kak Chandresh.
"Kenapa butuh buah Cherry dan buttercream, juga keju? Ini pemborosan namanya. Kamu mau bikin aku bangkrut?" Sahut Chandresh dengan wajah kesal saat ia melihat Lintang dengan seenaknya memasukkan semua bahan kue ubah ia mau ke dalam keranjang belanja tanpa minta ijinnya Chandresh
Lintang mendelik ke Chandresh, "Aku akan bikin kue bolu pandan keju berlapis dua dengan hiasan buah Cherry di atasnya? keberatan? Kalau keberatan ya udah dikembalikan. aja semuanya ke tempatnya dan kita nggak usah bikin kue"
"Oke, oke, Kakak nurut, deh" Chandresh langsung menghela napas panjang dan bergumam, "Sebenarnya yang berhak ngomel di sini siapa, sih?"
"Aku. Aku, kan, chef-nya. Udah nggak dibayar dan bersedia bikin kue untuk Kakak, eh, belanja bahan aja malah dipelototin" Lintang menoleh ke Chandresh dengan wajah kesal.
Chandresh kembali mengehla napas panjang dan berucap, "Iya, iya" dengan nada lemas karena, semua bahan kue yang dipilih oleh Lintang kualitas premium semua dan dia bisa bayangkan berapa isi dompetnya akan melayang, nanti pas di depan meja kasir. Chandresh berucap di dalam hati, Aku tadi belanja bahan kue sudah habis cukup banyak dan kenapa harus gagal, hiks, hiks hiks! Dan sekarang, aku harus keluar uang lagi dan kali ini pasti habisnya dua kali lebih banyak daripada yang tadi aku keluarkan, hiks, hiks, hiks.
Sementara itu, Lintang melangkah ke meja kasir dengan wajah cerah karena, ia membayangkan akan membuat kue dengan Chandresh dan setelah itu, dia akan makan kue berdua dengan Chandresh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Author yang kece dong
kue bolu 😍👍🤤
2022-08-24
0
Zhree
semangat
2022-07-19
0
Ana Yulia
Hadir lagi
2022-06-27
0