"Tante, Lintang masuk ke kamar dulu, ya? Lintang udah kenyang dan capek banget hari ini" Lintang bisa cepat akrab dengan mamanya Chandresh yang hangat dan menyayanginya.
Mamanya Chandresh memeluk lIntang, mencium keningnya Lintang dan berkata, "Iya. Selamat tidur. Mimpi indah, ya, sayangku"
Mamanya Chandresh menoleh ke belakang saat ia mendengar langkah kakinya Chandresh dan langsung berputar badan saat ia melihat Chandresh berpakaian rapi. Wanita berumur lima puluh lima tahun itu kemudian bertanya, "Mau ke mana jam segini?"
"Ada acara Ma. Ketemuan dengan teman lama. Ini aja Diah terlambat. Harusnya jam tujuh tadi acaranya. Ini udah jam setengah delapan. Aku berangkat dulu, ya, Ma" Chandresh mencium pipi mamanya, lalu bergegas pergi.
Chandresh menyetir mobil sedan tuanya yang masih tampak bening dengan bergumam, "Untuk apa aku ke apartemennya Shinta? Tapi, kenapa hatiku tidak bisa menghentikan diriku menuju ke sana? Dasar gila kau, Chan!"
Ting tong! Ting tong! Chandresh memencet bel yang ada di pintu apartemennya Shinta dan dengan cepat pintu itu terbuka dan wajah cantiknya Shinta menyembul, "Ah, udah datang" Shinta lalu membuka lebar pintunya dengan berkata, "Masuklah, Chan! Aku sudah menunggumu dari tadi"
Chandresh melangkah masuk dengan keraguan dan ucapannya Shinta yang mengajaknya langsung ke ruang makan,"Kita langsung aja makan, yuk!" Membuat Chandresh tersentak kaget.
Shinta terkekeh geli lalu berkata, "Nggak usah takut, Chan! Aku nggak nggigit,kok. Lagian kamu udah sangat mengenal aku, kan? Jadi, santai aja"
Chandresh tersenyum canggung lalu melangkahkan kedua kakinya dengan berat mengikuti Shinta menuju ke ruang makan.
Chandresh duduk dan tertegun menatap semua hidangan yang ada di atas meja makan, lalu ia bertanya, "Sejak kapan kau bisa masak? Dulu, kan aku yang sering masak untuk kamu"
"Sejak menjadi Istri Papa kamu. Kamu kan tahu kalau Papa kamu, nggak suka makan di luar dan........."
Shinta menghentikan ucapannya saat ia melihat perubahan di raut mukanya Chandresh yang tampak tidak suka dia bercerita tentang papanya Chandresh.
"Ah, maaf, Bukan maksudku untuk......." Shinta menggantung kalimatnya dan menatap Chandresh dengan wajah sendu.
"Nggak papa. Salahku juga kenapa aku bertanya hal nggak penting tadi" Chandresh tersenyum tipis lalu menghela napas panjang. Wajah sendunya Shinta memang sangat ampuh untuk meluluhkan hati semua pria termasuk hatinya Chandresh.
Selesai makan, Chandresh membantu Shinta mencuci semua perabot makan yang kotor dan tanpa sengaja, tangan mereka bersentuhan.
Chandresh kemudian bersitatap dengan Shinta cukup lama. Dia mengumpat kesal ke hatinya, karena hatinya masih saja berdesir dan diam-diam menghardik jantungnya, karena jantungnya masih berdegup kencang saat kulitnya bersentuhan dengan kulitnya Shinta.
Shinta lalu menggenggam tangannya Chandresh, meremasnya sambil berjinjit dan wanita yang masih memiliki pesona selangit itu, menempelkan bibirnya ke bibirnya Chandresh.
Chandresh tersentak kaget dan di saat Chandresh mundur selangkah untuk melepaskan diri dari Shinta, Shinta menggelungkan kedua lengannya ke lehernya Chandresh, menarik lehernya Chandresh untuk memperdalam ciumannya. Dia mulai memagut dan mengunci bibirnya Chandresh.
Pening langsung menyambar kepalanya Chandresh dan bukannya menghindar, dia justru membalas ciumannya Shinta yang membuat Shinta semakin menggila.
Shinta membuka satu kancing di kemejanya Chandresh di saat lidahnya berdansa dengan lidahnya Chandresh dan Chandresh melirik pergerakan tangannya Shinta, lalu ia menarik wajahnya untuk melepaskan ciumannya dan berhasil berkata, "Cukup sampai di sini, Shinta! Aku nggak bisa melakukannya, maaf"
Shinta membuka kedua kelopak matanya yang semula terpejam. Lalu bertanya, "Kenapa? Aku bisa merasakan kalau kamu masih sangat mencintaiku. Dulu, saat kita masih berpacaran, kita belum pernah berciuman seperti yang barusan kita lakukan dan .........."
"Maafkan aku. Ini salah. Aku pulang dulu" Chandresh bergegas berputar badan, lalu berlari pergi meninggalkan Shinta sembari mengancingkan kembali kancing kaosnya.
Shinta menatap punggungnya Chandresh yang menjauh laku menghilang dari pandangannya dengan kesal, karena rayuannya gagal malam itu.
Chandresh meraup kasar wajahnya beberapa kali sebelum melajukan mobilnya dan memukul keras setir mobil sedan tuanya dengan berteriak, "Aaarrrggg!!!"
Beberapa jam kemudian, Chandresh sampai di rumahnya dan menemukan rumahnya sepi. Mamanya dan Lintang telah masuk ke dalam kamar mereka masing-masing. Chandresh langsung masuk ke ruang kerjanya yang sekaligus ruang baca mini, karena selama satu Minggu ke depan, kamarnya dipakai oleh Lintang dan ia tidur di ruang baca itu.
Chandresh merebahkan diri di atas sofa panjang single dengan memakai lengannya untuk menopang kepalanya, namun kedua bola matanya tidak bisa terpejam. Chandresh menghela napas panjang lalu bangun dan berjalan menuju ke ruang tengah untuk menonton televisi di sana. Ruang tengah itu berada di antara ruang makan dan ruang tamu dan tidak bersekat karena, rumah yang dibeli oleh Chandresh hanya tipe 45 dengan luas bangunan empat puluh lima meter persegi saja dan berada di perumahan guru yang sederhana. Namun, Chandresh sudah merasa sangat beruntung, dia bisa mencicil rumah itu dengan hasil keringatnya sendiri sampai lunas.
Lintang keluar dari dalam kamar yang berhadapan dengan sofa yang ada di ruang tengah sambil mendekap boneka gajahnya. Dia lalu duduk di sebelahnya Chandresh dan bertanya, "Kakak, nonton TV kok nggak ada suaranya?"
Chandresh menyalakan televisi, namun pikirannya berkelana ke sana kemari dan tidak menyadari keberadaannya Lintang.
Lintang menusuk bahunya Chandresh dengan jari telunjuknya dan kembali bertanya, "Kakak lihat TV kok nggak ada suaranya?"
Chandresh melonjak kaget lalu menoleh ke Lintang, "Sejak kapan kamu duduk di situ?"
Lintang terkekeh geli lalu bertanya, "Kakak melamun ternyata. Pantes lihat TV nggak ada suaranya"
Chandresh menatap layar TV-nya laku memencet tombol plus di volume yang ada di remote TV-nya dan sambil berkata, "Aku belum sempat membunyikan, tadi"
"Kakak melamun kenapa? Ada masalah? Ada yang membully Kakak? Laporkan ke Lintang, Lintang akan membuat tepar orang itu, katakan siapa, Kak!"
Chandresh terkekeh tanpa bersuara laku berucap, "Nggak ada yang membully Kakak. Kakak cuma nggak terbiasa libur. Seminggu ke depan kita kan libur, ada ujian anak kelas dua belas, jadi Kakak bingung aja mau ngapain"
"Oh. Kakak suka drama Korea?" Lintang menatap layar TV dengan menautkan alisnya.
"Nggak" Sahut Chandresh.
"Kok nonton drama Korea?" Lintang semakin menautkan alisnya.
"Kakak asal pencet aja tadi. Kamu suka drama Korea?" tanya Chandresh, "Kalau suka nggak akan aku ganti. Aku temani kamu nonton, toh aku nggak ada kerjaan dan belum ngantuk"
"Aku nggak suka nonton TV. Tapi, drama Korea ini lumayan lucu juga" Lintang tertawa renyah dan Chandresh menoleh untuk melihat Lintang dan dia pun tersenyum . Dia bersyukur, Lintang akhirnya bisa tertawa lepas dan tampak bahagia.
Satu jam berlalu dan Pluk! Kepalanya Lintang jatuh dia atas pahanya Chandresh karena kantuk berat.
Chandresh tersentak kaget dan langsung kebingungan harus bagaimana karena dia belum pernah mendapati seorang gadis merebahkan kepala di atas pahanya. Chandresh mendongakkan wajahnya ke atas sambil bergumam lirih, "Ya, Tuhan, saya harus gimana, nih. hiks, hiks, hiks"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Author yang kece dong
Semangat kak
2022-08-21
2
Eva Santi Lubis
Semangat terus
2022-06-25
0
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
hadir
2022-06-24
0