"Cokelat batangan rasa almond itu untuk apa?" Chandresh menautkan alisnya ke Lintang saat ia melihat Lintang mengambil dua buah cokelat batangan dari rak yang ada di dekat meja kasir dan meletakkannya ke meja kasir.
Lintang meringis ke Chandresh, "Untuk aku. Aku butuh oba capek kalau habis bikin kue. Obat capek aku, tuh, cokelat, hehehehe"
Chandresh hanya bisa menghela napas panjang dan kembali menghela napas lebih panjang lagi saat mbak kasir membacakan nominal total belanjaannya. Kenapa juga percobaanku bikin kue yang pertama gagal, dompetku trully, madly, deeply, kempes, nih Huuuffttt, sabaaaarrrr! Batin Chandresh.
Sesampainya di rumah, Lintang langsung memakai celemek dan mulai membuat adonan kue. Chandresh membantu dengan memasukkan beberapa bahan ke dalam mangkok mixer satu per satu sementara Lintang terus mengaduk semua bahan dengan mixer yang di awal memakai kecepatan rendah lalu lama kelamaan ia menambah kecepatan mixernya.
Setelah menuangkan ke loyang berbentuk bundar berlapis margarin ke dalam kukusan dan di tutup kukusan itu, Lintang mengikat serbet makan sambil berucap, "Tutup kukusan harus dilapisi serbet kayak gini, biar airnya tidak menetes ke adonan" lalu ia memasukkan loyang ke dalam kukusan. Lintang kemudian menyiapkan adonan kedua dengan bahan dan cara yang sama sambil berucap, "Kecepatan mixer harus diperhatikan, memasukan bahan juga harus diperhatikan"
Chandresh menatap Lintang dengan sorot mata penuh kekaguman dan berkata, "Aku nggak nyangka, di balik sikap 'semua Gue' kamu, kamu pandai bikin kue"
Lintang menimpali ucapannya Chandresh sambil terus mengaduk bahan kue yang kedua, "Aku juga bisa masak"
"Benarkah? Wah, kamu calon ibu yang baik dong. Bisa masak bisa bikin kue" sahut Chandresh.
Lintang tidak berani menoleh ke Chandresh karena ia bisa merasakan wajahnya memerah malu mendengar pujian yang dilontarkan oleh Chandresh.
Chandresh yang murni hanya mengganggap Lintang sebagai adik perempuannya, tidak bisa menangkap tanda merah di kedua pipinya Lintang yang timbul karena desiran hangat akibat dari pujian yang ia lontarkan secara tulus.
Kesalahpahaman mulai terjadi di antara mereka. Lintang mengira kalau Chandresh memperhatikan dia karena, Chandresh menyukainya, sedangkan Chandresh memeprhatikan Lintang karena, Lintang sudah ia anggap sebagai adik perempuannya sendiri.
Adonan kedua sudah matang saat kukusan mahal yang mamanya Chandresh dapatkan saat menang lomba jalan sehat acara tujuh belasan kampung mereka, mengeluarkan bunyi seperti bunyi kereta api uap kuno, yang menandakan kalau kue sudah matang sempurna.
Chandresh membuka tutup kukusan dan tersenyum lebar, "Wah, kamu bener-bener pinter Tang. Kuenya matang sempurna dan bentuknya cantik banget"
Lintang kembali merona malu menerima pujian dari Chandresh dan saat ia bersitatap dengan Chandresh, ia justru kebingungan mau menyembunyikan wajahnya ke mana dan karena, kikuk, dia langsung saja mengambil loyang tanpa memakai sarung tangan yang terbuat dari kain tebal. Alhasil, Lintang berteriak, "Aduh!" saat jari telunjuk dan jari jempolnya menyentuh loyang yang sangat panas.
Chandresh langsung memegang tangan Lintang dan menarik Lintang ke wastafel. Chandresh langsung mengguyur jari telunjuk dan jari jempolnya Lintang di bawah air dingin dan setelah itu, ia mengelap tangannya Lintang dengan kaosnya lalu meniup jari jempol dan jari telunjuknya Lintang, lalu ia mulai mengomel, "Baru saja dipuji bisa bikin kue, udah muncul aja sikap ceroboh kamu. Untung cuma luka bakar minor. Gimana masih sakit?"
Lintang tertegun menatap Chandresh meniup jari jemarinya dengan sangat lembut. Ada desiran hangat di hati Lintang dan jantungnya mulai berdegup kencang.
Chandresh mengarahkan pandangannya ke wajah Lintang, "Malah bengong. Jangan diulangi lagi kayak gini! Kalau kamu kenapa-napa, Kakak juga ikutan merasa sakit dan langsung panik"
"Ke......kenapa be.....gitu?" Lintang bertanya dengan canggung karena, jantungnya ia rasakan semakin kencang berdetak.
"Karena, kamu sangat penting bagi Kakak" sahut Chandresh tanpa melepaskan pandangannya dari kedua bola matanya Lintang.
Lintang langsung menarik tangannya dari genggaman dan dari depan bibirnya Chandresh lalu bergegas memutar badan untuk menyembunyikan detak jantung dengan membelakangi Chandresh dan berkata, "Angkat kuenya dari kukusan dan kita akan kukus adonan kedua" Lintang berucap sembari menuangkan adonan kedua di atas loyang yang sudah dilapisi mentega. Setelah Chandresh mengambil kue pertama yang sudah jadi dengan sangat sempurna, Lintang memasukkan adonan kedua dan mengganti serbet di tutup kukusan dengan yang baru lalu menutup kukusan dan memutar timer ke waktu yang ia inginkan.
"Kue yang pertama ini trs diapakan? Didiamkan saja?" tanya Chandresh.
Lintang memutar badan dan langsung menarik kue yang ada di depannya Chandresh tanpa menoleh ke Chandresh dan saat kue itu akhirnya berada tepat di depannya, gadis remaja yang cantik itu, mulai mengoleskan buttercream di atas kue pertama tanpa menoleh ke Chandresh.
Chandresh menautkan alisnya sambil menatap Lintang dari arah samping dan bertanya ke Lintang, "Kakak, bantu apa nih?"
Lintang yang tengah asyik mengoleskan buttercream berkata tanpa menoleh ke Chandresh, "Cuci aja semua perabot yang kotor"
"Oke, siap" Chandresh langsung mengumpulkan semua perabot kotor dan membawanya ke wastafel untuk dicuci" Setelah ia selesai mencuci semua perabot yang kotor, Chandresh mengelap tangannya yang basah dengan lap kain yang bersih lalu menerima panggilan telepon dengan berlari kecil ke ruang tengah.
Panggilan telepon itu dari Shinta yang mengingatkan Chandresh jam kencan mereka berdua dan Chandresh mengatakan kalau ia tidak lupa dan Chandresh juga mengatakan ke Shinta, kalau ia akan membawakan kejutan. Setelah mematikan panggilan ponsel itu, Chandresh memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana kainnya lalu ia memutar badan dan langsung dikejutkan dengan tampilan kue yang sangat cantik. "Lho, udah jadi?"
Lintang tersenyum bangga, "Kue bolu pandan dengan keju parut dan hiasan Cherry, ala Lintang. Yuk, kita cicipi dan......."
"Stop!" Chandresh langsung berlari dan mengamankan kue cantik itu dari potongan pisau kue yang ada di genggaman tangannya Lintang.
"Kok diambil kuenya? Kakak nggak boleh maruk lho. Kalau makan kue itu sendirian tanpa berbagi sama Lintang, Lintang doakan Kakak sakit perut" Lintang bersedekap dan merengut ke Chandresh.
"Ini kue bukan untuk kita makan, Tang. Tapi, Kakak mau kasih ke temen Kakak. Temen Kakak ulangtahun hari ini dan kue bolu pandan adalah kue kesukaannya. Jadi, kue ini mau Kakak pakai sebagai kado ulangtahun untuknya" Sahut Chandresh sambil masukkan kue ke dalam kardus makan berbentuk bundar yang sudah dia beli di saat ia membeli sendiri bahan kue pertamanya yang gagal total dia buat dengan mengandalkan tutorial yang dia temukan dari internet.
Lintang menatap Chandresh dengan wajah memelas dan berkata, "Kakak akan pergi dan Lintang ditinggal sendirian di rumah? Kakak tega? Padahal kue itu, Lintang yang bikin" Lintang berucap dengan mengunyah cokelat batang rasa almond favoritnya.
Chandresh menoleh ke Lintang setelah ia selesai menempelkan hiasan pita cantik di atas kardus berisi kue bolu pandan bertabur keju dan Cherry hasil kreasinya Lintang, lalu berucap, "Kamu udah makan cokelat, kan?"
Lintang melancipkan bibirnya dan berkata, "Aku ingin ikut Kakak pergi. Aku takut sendirian di rumah dan aku juga ingin makan kue bolu pandan bikinanku itu, karena aku juga suka kue bolu pandan. Karena, kue bolu pandan selalu membuatku merasa dekat dengan almarhum Mama.
"Oke, oke. Kamu boleh ikut Kakak ke rumah temennya Kakak. Tapi, di sana nanti, kamu nggak boleh rewel dan nggak boleh bikin ulah" Chandresh akhirnya mengijinkan Lintang ikut karena, hatinya tersentuh mendengar ucapannya Lintang.
"Oke" Lintang mengacungkan ibu jarinya dengan senyum lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Author yang kece dong
aduh kok ikut sich tang...
2022-08-24
0
Author yang kece dong
lengkap banget 😁 kempes
2022-08-24
0
Zhree
lanjuuut kak..
2022-08-05
0