"Tunggu!" Suara menggemanya Chandresh menahan langkah Lintang saat Lintang hendak masuk ke dalam kelasnya untuk mengikuti pelajaran di jam terakhir sebelum bel tanda usai kegiatan belajar mengajar di hari itu, usai.
Lintang memutar badannya dengan pelan lalu menatap Chandresh dengan kening berkerut dan tanya, "Ada apa?"
"Papa kamu meminta Bapak, mengajak kamu pulang bareng ke rumah Bapak sepulang sekolah nanti. Tunggu Bapak di ruang guru ya, nanti!? Bapak harus menyelesaikan pemasukan nilai sebentar"
"Kalau saya nggak mau?" Lintang menyipitkan matanya ke tengah.
"Maka sanksi yang kamu terima akan lebih buruk dari ini"
"Seperti apa?" Lintang memajukan wajahnya.
Chandresh menghela napas panjang, "Kamu bisa dikeluarkan dari sekolahan dan kalau sudah dikeluarkan dengan tanpa hormat, tidak ada sekolahan lain yang mau menampung kamu. Kamu mau seperti itu?"
Lintang langsung memundurkan wajahnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Baiklah" sambil memutar badan dan masuk ke dalam kelas.
Chandresh menggeleng-gelengkan kepalanya dan setelah menghela napas panjang ia berbalik badan sembari bergumam, "Dasar bocah bandel. Semoga Mama bisa bersabar menghadapi Lintang selama seminggu ke depan"
Shinta membenahi apartemen pemberian dari papanya Chandresh dan mulai menata hati untuk melupakan Wiku dan melanjutkan hidupnya. Saat membuka kopernya, dia menemukan foto dirinya dengan Chandresh. Foto dirinya dan Chandresh dengan seragam SMA itu terselip di kantong paling dalam yang ada di kopernya.
Shinta menatap foto lama itu dengan bergumam, "Kenapa dulu aku menyimpan foto ini? Dan kenapa ada di dalam koperku?"
Shinta kemudian tersenyum dan mengusap foto itu dengan berkata lirih, "Kita tampak bahagia, Chan. Maafkan aku. Aku salah memilih orang. Apakah kamu akan memberikan kesempatan lagi untuk aku, jika aku ingin mengulang kebersamaan kita, Chan?"
Shinta kemudian meletakkan foto itu di atas nakas dan melanjutkan kegiatannya membereskan apartemennya. Lalu, Shinta memutuskan untuk berbelanja menggunakan mobil pemberiannya dari Wiku sebagai hadiah pernikahannya dulu. Mobil sedan berwarna merah itu, masih terawat degan sangat baik, tapi tidak demikian dengan pernikahannya. Pernikahannya tidak terawat dengan baik
Shinta tersenyum di salah satu supermarket saat ia mengingat kembali momen di mana Chandresh membantunya memasak di tempat kontrakannya. Shinta bisa menempati kontrakan yang cukup bagus, karena saat itu, dia sudah menjadi simpanannya Wiku Kusuma tanpa sepengetahuannya Chandresh.
Shinta berdiri cukup lama di rak sayuran dan bergumam, "Kamu suka makan sayur dan sangat suka cap cay. Aku akan masak cap cay untuk kamu dan mengundangmu makan nanti malam, Chan" Shinta lalu memasukan beberapa sayuran ke dalam keranjang belanjaannya dengan senyum cerah. Setelah memasukkan pokcoy, wortel, tomat, dan brokoli, ke dalam keranjang belanjaannya, Shinta menuju ke rak telur dan daging ayam, "Kamu juga sangat suka omelet. Aku juga akan bikin omelet untuk kamu" ucap Shinta sembari memasukkan telur dan daging ayam ke dalam keranjang belanjaannya.
Shinta mengerem laju roda keranjang belanja nya saat ia melewati rak minuman. Shinta tersenyum dan mengambil satu botol minuman soda berukuran jumbo dan memasukkan beberapa kudapan manis dan beberapa camilan ke dalam keranjangnya saat ia melewati rak camilan. "Buah. Aku belum beli buah. Chandresh suka sekali buah semangka" Shinta memutar balik arah keranjang belanjanya yang berada tiga, ke rak buah-buahan. Beberapa menit kemudian Shinta membayar semua belanjanya di meja kasir dengan senyum puas.
Setelah bolak-balik dari apartemen ke parkiran mobil, Shinta duduk di atas sofa dengan kantong plastik terakhir yang berhasil ia bawa naik ke apartemennya dengan helaan napas panjang, lalu wanita cantik berumur dua puluh tujuh tahun itu, bergumam, "Belanja sendirian itu ternyata capek sekali. Aku perlu istirahat sebentar sebelum mulai memasak" Shinta lalu meletakkan kantong plastik yang ia pegang di atas lantai, untuk mengambil ponselnya. Shinta mengirim pesan text, meminta Chandresh datang ke apartemennya jam tujuh malam.
Chandresh memasukkan nilai para siswa yang didiknya ke dalam komputer sambil sesekali melirik Lintang yang tengah duduk mengobrol santai dengan salah satu rekan gurunya yang mengajar bidang studi sejarah.
"Kenapa sejarah itu tidak pernah saya sukai, Bu?" tanya Lintang ke ibu gurunya yang mengajar bidang studi sejarah.
"Kenapa?" Tanya Ibu guru itu dengan wajah penasaran.
"Karena sulit untuk diingat sesulit hati kita mengingat mantan kita" Sahut Lintang dengan wajah ceria.
Chandresh langsung menghardik Lintang, "Lintang, jaga ucapan kamu!"
Guru sejarah yang berwajah lembut dan manis itu terkekeh geli dan berkata ke Chandresh, "Nggak papa, Pak Chandresh. Saya justru suka dengan gayanya Lintang. Apa adanya dan tidak basa-basi"
Lintang mencebikkan bibirnya ke Chandresh lalu menoleh ke guru sejarahnya, "Tapi, mulai hari ini saya suka sama sejarah"
"Kenapa?" tanya ibu gurunya Lintang.
"Karena ibu suka sama saya"
Lintang dan ibu gurunya tertawa bersama sedangkan Chandresh hanya bisa menghela napas panjang dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Setelah selesai memasukkan semua nilai siswa didiknya ke dalam komputer, Chandresh mengecek ponselnya, "Datang ke apartemenku jam tujuh malam. Aku ingin berterima kasih sama kamu dengan masakanku" Chandresh membaca lirih pesan text dari Shinta itu dengan menautkan alisnya, lalu ia mematikan layar ponselnya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas kerjanya, kemudian bangkit berdiri dan berkata ke Lintang, "Ayok kita pulang!"
Lintang mencium punggung tangan ibu guru sejarahnya dengan berkata, "Saya pamit, Bu. Dan besok saya janji, nilai sejarah saya akan dapat seratus terus"
Ibu guru yang manis itu langsung tertawa renyah dan berkata, "Oke. Ibu tunggu janji kamu itu"
Sesampainya di rumah Chandresh, Lintang dan Chandresh berdiri di depan mamanya Chandresh dengan kaku.
"Siapa ini?" Tanya mamanya Chandresh.
"Ini Lintang Rajendra dan dia akan tinggal di sini selama seminggu karena, kena sanksi dan......."
Grab! Mamanya Chandresh langsung meraih tubuh rampingnya Lintang ke dalam pelukannya dan mengusap rambut indahnya Lintang dengan kata, "Lintang! Kamu udah besar sekarang dan kamu sekarang tambah cantik. Kamu nggak gemuk lagi, kamu ramping dan cantik"
Lintang melepaskan diri dari pelukan mamanya Chandresh degan perlahan lalu menatap mamanya Chandresh dan berkata, "Maafkan saya, Tante. Saya akan merepotkan Tante selama seminggu dan ......"
Mamanya Chandresh menarik Lintang ke dalam pelukannya lagi dan berkata, "Tinggal di sini selamanya juga nggak papa. Tante justru senang bisa bertemu lagi denganmu"
Lintang berkata, "Terima kasih, Tante" di dak pelukan hangatnya mamanya Chandresh
Pelukan hangat yang nyaman dirasakan oleh Lintang terganggu dengan kehadirannya papa dan mama tirinya Lintang.
"Ini siapa?" Tanya mamanya Chandresh dengan mata terarah ke wanita cantik yang berdiri di sampingnya dokter Andi Rajendra.
Lintang diam mematung dan wanita itu langsung menyalami mamanya Chandresh dengan kata, "Saya mamanya Lintang"
"Bukan. Mama saya cuma satu dan dia sudah meninggal!" Lintang berkata lantang di depan semuanya, lalu membuang muka dan sialnya dia justru bersitatap dengan Chandresh.
Dan Chandresh langsung meletakkan telunjuk di depan bibir, dengan diam dan menatap Lintang dengan tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Author yang kece dong
Aku mampir kak 😁😍
2022-08-20
1
Asni J Kasim
Kan ngeselin kalau lagi ngambek tapi bersitatap sama yang bikin kesal 🤣
2022-07-17
0
Embun Kesiangan
like 3x
2022-06-05
1