Lintang dan Chandresh sampai di rumahnya Lintang, mereka makan siang bersama dan Lintang terus melukis bahagia di wajahnya yang berjerawat.
"Ma, latihan ujiannya Lintang, untuk Matematika dapat seratus dan untuk bahasa Inggris dapat 90, yang lainnya belum dibagikan" Lintang tersenyum lebar ke mamanya.
"Wah, akhirnya nilai Matematika kamu tembus di angka seratus. Makasih ya, Nak Chandresh, udah mengajari Lintang dengan penuh kesabaran. Kamu nggak hanya sabar, tapi juga pinter dan tampan. Beruntung banget seorang Ibu jika punya menantu kayak kamu"
Chandresh tersenyum malu mendapatkan pujian dari mamanya Lintang, lalu remaja berwajah tampan itu, mengucapkan, "Sama-sama Tante"
Lintang langsung menundukkan kepalanya karena malu mendengar keceriwisan mamanya yang nggak jelas itu.
Setelah menyelesaikan tugasnya menjadi guru privatnya Lintang, Chandresh pamit pulang dan saat ia melangkah keluar dari pintu gerbang rumahnya Lintang, Chandresh melihat ada seorang gadis remaja berdiri di depan rumahnya. Chandresh langsung berlari dan berdiri di depan gadis itu, "Shinta? Apa kamu mencariku?"
Gadis remaja yang dipanggil Shinta oleh Chandresh itu tersentak kaget dari lamunannya dan langsung panik melihat Chandresh ada di depannya. Shinta langsung berputar badan dan hendak berlari meninggalkan Chandresh, namun Chandresh dengan sigap bisa mencekal lengannya Shinta dan menahan laju larinya Shinta dengan tanya, "Kenapa kau ingin lari? Bukankah kau ada di sini karena, mencariku? Kau ingin menjelaskan ke aku,kan, kenapa kau menghindariku selama ini, kenapa kau tidak membalas pesan text dan email dariku? Aku terus mencari kamu, Shin"
Shinta menoleh ke Chandresh dan berkata, "Kita ke hotel tempatku menginap saja. Aku akan jelaskan semuanya di sana" Shinta memggandeng tangannya Chandresh dan membawa Chandresh masuk ke dalam mobilnya dan pergi ke hotel tempat ia menginap.
Chandresh dan Shinta duduk di tepi ranjang di dalam kamar hotel tempat Shinta menginap.
Shinta berkata ke Chandresh, "Maafkan aku. Aku tidak pernah mencintaimu. Aku hanya ingin merasakan berkencan dengan anak yang lebih muda dariku karena, aku ingin melupakan pacarku yang jauh lebih tua dariku, tapi ternyata aku tetap nggak bisa mencintaimu dan melupakan pacarku, maaf"
"Apa?! Kamu berpacaran dengan pria yang jauh lebih tua dari kamu?" Chandresh langsung bangkit dan berdiri di depan Shinta.
"Aku lebih tua dari kamu dua tahun. Panggil aku, Kak Shinta mulai dari sekarang karena, hubungan kita sudah berakhir sejak aku meninggalkan kamu, Chan"
"Siapa pria itu?" Chandresh menatap Shinta dengan hati terluka dan wajah penuh dengan kecemburuan.
"Dia sudah menikah, punya anak dan Istri, tapi aku tidak bisa melepaskannya. Aku sudah tidak punya Ayah dan pria itu bisa menjadi Ayah sekaligus kekasih yang sempurna bagiku" Shinta berkata dengan terus menunduk tanpa melihat Chandresh.
"Apa kamu mencintainya karena, dia bisa kamu ajak bermain di atas ranjang? Karena, aku selalu menolaknya"
"Entahlah. Bisa jadi. Kamu bahkan tidak pernah mau kalau aku ajak berciuman. Aku bosan hanya kamu cium di kening dan pipi saja. Aku kurang merasakan sensasi lebih saat aku berpacaran dengan kamu"
"Aku menolak setiap kali kamu memintaku berciuman atau mengajak aku bermain di atas ranjang karena, aku pikir aku ingin menjaga kesucian kamu sampai kita menikah nanti. Sial! Pria itu justru sudah mengambil kesucian kamu" Chandresh meraup wajah tampannya untuk mengusap air mata yang mulai menetes di sana.
Shinta terus menunduk, membisu dan mematung di depan Chandresh.
Chandresh lalu memegang kedua bahunya Shinta dan ia berkata, "Kalau aku mengajakmu berciuman saat ini dan mengajakmu bermain di atas ranjang, apa kamu bersedia meninggalkan pria tua itu dan kembali padaku?"
Shinta langsung memagut bibirnya Chandresh dan menarik Chandresh hingga mereka berdua rebah di kasur dengan terus berciuman. Chandresh merasakan debaran jantung yang sangat luar biasa. Chandresh juga merasakan pening di kepala karena sensasi indah dan manis di diri Shinta yang belum pernah ia reguk selama ini.
Tangan Chandresh bergerak ragu dan Shinta membantu Chandresh untuk menggerakkan tangan Chandresh di titik-titik sensitifnya dan itu membuat Chandresh mengerang frustasi dan hampir kehilangan akal sehatnya. Chandresh lalu menarik tangannya dari titik sensitifnya Shinta, lalu ia menarik bibirnya dari pagutan bibirnya Shinta. Shinta membuka kedua kelopak matanya dengan bingung dan bertanya, "Kenapa kau menarik diri? Apa aku kurang oke?"
Chandresh bangkit, berisi di depan Shinta dan berkata, "Maaf. Aku sangat mencintai kamu dan tidak bisa melakukan hal itu bersama denganmu sebelum kita menikah. Aku akan meminta Papa dan Mamaku untuk melamar kamu. Aku akan pulang dan segera balik ke sini untuk melamar kamu" Chandresh berlari keluar dari kamar hotel itu, pergi meninggalkan Shinta dengan keluguan cintanya dan Shinta hanya bisa menghela napas panjang lalu menangis meraung-raung di dalam kamar itu.
Chandresh menghentikan langkahnya saat ia melihat sekelebat sosok pria yang mirip dengan sosok papanya. Chandresh memutar badan lalu bergeming di saat ia menemukan fakta bahwa sosok pria yang melintasinya itu adalah benar papanya.
Chandresh bergumam, "Kenapa Papa ke sini? Apa Papa akan menemui kliennya? Tapi kenapa masuk lift dan memencet tombol nomer lima? Itu kan........" Chandresh mulai merasakan sesuatu yang tidak nyaman di hati dan benaknya lalu ia berlari menuju ke anak tangga dan terus menaiki anak tangga itu satu demi satu dengan berlari kencang menuju ke lantai lima.
Shinta membuka pintu kamarnya dan langsung menarik papanya Chandresh masuk ke dalam kamarnya. Mereka berdua langsung melepaskan kerinduan dan gairah terlarang mereka dengan liar tanpa memikirkan apapun.
Setelah puas melepaskan gairahnya pada gadis muda yang masih segar dan sangat cantik yang memiliki nama Shinta, papanya Chandresh berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri dengan menarik Shinta. Pasangan gila itu, melakukan penyatuan raga mereka kembali di bawah guyuran shower dan keluar dari dalam kamar mandi dengan balutan jubah mandi.
Papanya Chandresh membopong tubuh Shinta dan membaringkan Shinta di ranjang saat ia mendengar pintu kamarnya Shinta berbunyi belnya. "Mas Wiku, biar aku yang bukakan pintunya"
Wiku, papanya Chandresh, mengelus pipinya Shinta dan berkata, "Itu pasti makanan yang aku pesan datang. Aku memesan makanan sebelum ke sini karena, aku pikir kita pasti akan sangat lelah untuk sekadar turun ke lantai bawah untuk makan"
Shinta tersenyum ke Wiku dengan penuh cinta. Wiku mengecup bibir Shinta lalu ia melangkah menuju ke pintu kamar. Saat Wiku membuka pintu itu, hatinya Wiku bagai terhantam gada dan Chandresh memandang nanar papanya, seluruh jiwa dan raganya Chandresh meradang penuh amarah.
Chandresh mendorong pintu itu dan bagai tersambar petir di siang bolong, dia menemukan Shinta terbaring di atas ranjang dengan balutan handuk mandi yang sama dengan yang dipakai papanya. Chandresh lalu menoleh ke papanya, "Sejak kapan, Pa?"
Shinta langsung bangkit dan berdiri karena, kaget saat ia mendengar Chandresh memanggil Wiku dengan kata pa.
Wiku diam membisu menatap Chandresh.
"Sejak kapan Papa berselingkuh?! Dan kenapa harus Shinta, Pa? Dia pacarku, Pa" Chandresh mulai meraup wajahnya yang terus meneteskan air mata.
"Pulanglah! Papa akan jelaskan di rumah" Wiku menyentuh bahunya Chandresh dan Chandresh langsung menepis tangan papanya dengan kasar.
Chandresh menatap papanya dengan berkali-kali membuang napas pendek untuk mengusir rasa sakit di hatinya, namun usahanya itu tidak berhasil. Chandresh justru semakin terisak menangis dan bahkan dia kesulitan untuk mengeluarkan kata karena, hatinya terasa sangat sesak dan napasnya menjadi tersengal-sengal. Setelah terbatuk beberapa kali, Chandresh akhirnya berhasil mengeluarkan kata, "Kalian kenapa tega melakukan semua ini? Kenapa, kenapa???!!!!"
Shinta memeluk Chandresh berusaha untuk menenangkan Chandresh, namun Chandresh mendorong tubuh Shinta dan berteriak, "Jangan menyentuhku dasar Iblis! Aku jijik denganmu"
Plak! Wiku menampar Chandresh dengan sangat keras dan segera berlari ke Shinta untuk membantu Shinta berdiri, "Apa kau terluka? Apa yang sakit?"
Chandresh menyeringai melihat kemesraan papanya dengan wanita yang masih berstatus pacarnya, bahkan Chandresh dan wanita yang bernama Shinta baru saja berciuman dengan sangat intim beberapa menit yang lalu. Chandresh lalu berkata, "Kalian sangat menjijikkan"
"Aku mencintainya, Chan. Maafkan aku, aku sangat mencintai Mas Wiku, Papa kamu"
"Aku juga sangat mencintai Shinta" Wiku berkata dengan tanpa rasa malu di usainya yang sudah menginjak empat puluh tahun"
"Kalian sadar, umur kalian beda jauh. Kamu masih dua puluh tahun dan Papaku udah empat puluh tahun? Kalian gila dan benar-benar menjijikkan! Aku benci kalian, benci!!!!!! Dasar wanita murahan, brengsek, pelakor yang menjijikkan!!!!!"
Wiku melotot ke Chandresh, "Pulang dan Papa akan bicara denganmu di rumah!"
Chandresh memutar badan lalu berlari meninggalkan kamarnya Shinta dengan derai air mata. Kejutan yang dia terima benar-benar bukanlah kejutan yang menyenangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Rozh
💓
2022-08-14
0
Author yang kece dong
terkejut aku ,kasihan chandresh
2022-08-13
0
Syhr Syhr
Gak nyangka aku... 😳😳
2022-07-28
0