Keesokan harinya, Lintang terbangun dan langsung duduk di atas ranjang dengan wajah kebingungan, "Ini kamar siapa?" Lintang menunduk dan melihat satu kancing blus paling atas terbuka. Lintang mengancingkan kembali kancing itu dengan tangan gemetar dan bergumam, "Apa aku sudah tidak........" Lintang lalu melompat dari atas ranjang dan memeriksa seprei, "Ah, tidak ada noda darah. Aman berarti. Tapi, kenapa kancing bajuku terbuka satu? Sial! Berarti aku telah dilecehkan"
Gadis remaja yang sangat cantik dan sangat populer di sekolahnya itu bergegas berlari keluar dan dia langsung mengerem laju larinya saat kedua bola mata hitamnya menangkap ada seorang pria tidur meringkuk di atas sofa.
Lintang bergumam, "Apa dia yang sudah melecehkan aku? Dasar kurang ajar!" Lintang melangkah lebar lalu berdiri di samping sofa lalu menarik kerah baju laki-laki tersebut sampai laki-laki itu jatuh terguling di atas lantai dan punggung laki-laki itu terantuk kaki meja sofa.
Laki-laki itu mengaduh, mengelus tulang ekornya yang terasa berdenyut karena terantuk kaki meja lalu ia membeliakkan kedua matanya yang masih ngantuk sambil berusaha untuk bersila di atas lantai.
Lintang berdiri menjulang di depan pria itu dan langsung menampar.pipi pria itu dengan wajah memerah karena amarah. Lintang kemudian berteriak, "Apa yang sudah kau lakukan padaku! Dasar laki-laki brengsek!"
Pria itu mengelus pipinya sambil bangkit berdiri, dia menghela napas panjang, lalu ia berkata, "Aku tidak melakukan apapun. Aku justru menolongmu kemarin dari......"
Lintang menggertakkan gerahamnya, menatap pria itu penuh selidik, lalu berkata, "Kau pakai seragam hotel ini? Kau karyawan hotel ini, ya? Kau menjebak para tamu hotel ini dengan cara menjijikkan seperti ini?, Cih!"Lintang mencekal pergelangan tangan kanan pria itu dengan mata melotot.
Pria itu tampak kebingungan, ia menarik pergelangan tangannya lalu menganggukkan kepalanya untuk pertanyaan bahwa ia adalah karyawan hotel The Baron dan dengan cepat menggelengkan kepalanya saat ia mendengar tuduhan yang tidak benar atas dirinya.
"Kenapa cuma mengangguk dan menggelengkan kepala?" Lintang mendelik ke pria itu.
"Itu karena kamu berkata dengan sangat cepat dan tidak memberikan kesempatan padaku untuk.........."
"Aish! Aku tidak butuh penjelasan kamu karena aku nggak percaya sama kamu. Ayok kita ke ruang CCTV, kita periksa rekaman CCTV! Kau pasti tahu di mana ruang rekam CCTV, kan, tunjukkan padaku!" Lintang bersedekap masih dengan mata melotot dan wajah memerah penuh amarah
Pria itu hanya bisa menghela napas panjang lalu berkata, "Oke. Akan aku tunjukkan padamu kalau aku tidak bersalah. Ikuti aku!"
Lintang sedikit berlari mengikuti langkah lebar pria itu.
Pria itu membuka sebuah ruangan dengan kartu chip yang dia bawa. Di dalam ruangan itu tampak meja panjang yang di atasnya berjejer banyak laptop dan di tembok di depan meja panjang itu, terpasang TV LED cukup besar yang menayangkan keadaan di setiap Selasar hotel The Baron dari lantai dasar sampai lantai atas secara bergantian.
Ruangan itu masih sepi. Lalu ia menekan mouse, menggerakkan mouse itu dan klik! Di layar TV LED terpampang nyata kejadian kemarin malam saat Lintang digotong oleh dua orang pria dan dimasukkan ke dalam sebuah kamar. Lalu ada satu anak laki-laki masuk ke dalam. Dan ketiga pria itu bukan pria yang tengah menatap layar TV LED bersama dengan dirinya.
Pria itu menoleh ke Lintang dan berkata, "See! Bukan aku, kan? aku justru menyelamatkan dan menjagamu semalaman"
"Mana rekaman CCTV yang ada di dalam kamar?" Lintang melotot ke pria itu.
Pria itu menghela napas panjang dan berkata, "Dek, aku udah banyak bersabar menghadapi kamu. Pertama, kamu lebih muda dariku dan langsung bicara tidak sopan ke aku, dan sekarang kau kembali meragukan aku. Tidak ada kamera CCTV di dalam kamar karena itu melanggar privasi para tamu hotel, jadi......."
"Tetap saja aku curiga padamu" Lintang mendelik dan bersedekap.
"Kalau gitu, kita ke kantor polisi. Pasti ada sidik jari pelaku di tubuh kamu dan......"
"Stop! Aku nggak mau ke kantor polisi" Lintang tidak ingin ke kantor polisi karena, ia tidak ingin nama baik papanya sebagai pemilik rumah sakit swasta terkemuka di kota itu tercemar dengan adanya panggilan dari pihak kepolisian.
"Lalu gimana sekarang?" Pria itu bersedekap dan mendelik ke Lintang.
"Kita sudahi sampai di sini saja" Lintang kemudian berbalik badan dan berlari kencang meninggalkan pria itu.
"Hei, Dek! Kau bahkan belum meminta maaf sama aku!!!!" Pria itu berteriak dan teriakannya menguap begitu saja karena, gadis remaja yang bahkan belum ia ketahui namanya itu, terus berlari kencang menjauh darinya dan mengabaikan teriakannya.
Pria itu lalu menghapus rekaman CCTV tersebut karena, ia ingin menjaga martabat bosnya. bosnya adalah laki-laki yang sangat baik untuk itulah ia ingin melindungi nama baik bosnya, walaupun anak dari bosnya itu, tidak mewarisi sifat baik dari bosnya.
"Manajer Chan? Kenapa ada di sini sepagi ini?" tanya kolega dari pria itu yang bertugas di ruang rekam CCTV.
"Ada tamu yang meminta rekaman CCTV tentang kejadian semalam yang berkaitan dengan dirinya dan itu urgent"
"Ooooo, begitu"
Pria itu mengangguk, tersenyum dan setelah menepuk pundak koleganya sekali, ia melangkah keluar dari ruang rekam CCTV dengan wajah lelah karena, semalaman dia tidak bisa tidur dengan nyenyak dan di pagi harinya dia mendapat amukan salah alamat dari anak gadis aneh. "Sial bener nasibku" Gumam pria itu sembari melangkah masuk ke ruangannya untuk membersihkan diri dan berganti baju.
Saat ia keluar dari ruangannya untuk melakukan briefing, pundaknya ditepuk oleh seseorang. Pria itu menoleh dan langsung memutar badan untuk menundukkan kepala, "Selamat pagi, Bos"
"Chandresh. Senang melihatmu semangat di pagi ini" Bosnya Chandresh menepuk pundaknya Chandresh.
Chandresh mengangkat wajahnya dan tersenyum, "Saya selalu semangat bekerja di sini, Bos. Itu sebagai balas Budi saya karena, Bos sudah memberikan saya pekerjaan di sini di saat saya sedang putus asa kala itu. Saya tidak akan pernah melupakan kebaikannya Bos"
"Hahahahahaha. Sama-sama, Chan" Bosnya Chandresh lalu mengajak Chandresh melangkah bersama ke ruang briefing.
Selesai briefing, Chandresh ditahan oleh bosnya, "Chan, putriku yang selama ini kuliah di Amerika, akan pulang"
"Kapan, Bos?*
"Sekitar tiga bulan lagi. Nanti, aku akan kenalkan ke kamu dan tolong bimbing dia mengelola manajemen hotel ini, ya?"
"Kenapa bukan Bos yang mengajari putri Bos?"
"Aku nggak sabar mengajari putriku sendiri. Pokoknya setelah putriku nanti balik ke sini, aku minta kamu nanti mengajari dia manajemen hotel ini dan aku akan memberikan bonus spesial untukmu kalau putriku bisa mengelola hotel ini dengan baik seperti kamu"
"Baik, Bos" Chandresh tersenyum.
"Terima kasih, Chan" Bosnya Chandresh menepuk bahunya Chandresh lalu melangkah pergi meninggalkan Chandresh.
Chandresh bergumam, "yeaahhh, setidaknya hari Mingguku ini tidak sepenuhnya buruk. Bos akan memberikan bonus kalau aku berhasil mengajari putrinya terang manajemen hotel ini"
Lintang memutuskan ke rumah temannya untuk menanyakan tasnya. Dan setelah mendapatkan Kemabli tasnya, Lintang bertanya, "Apa Mamaku nelpon kemarin?"
"Iya" Jawab Mira, teman dekatnya Lintang.
"Lalu kau bilang apa?"
"Aku bilang kalau kamu menginap di rumahku dan sudah tidur, jadi tidak bisa menerima telepon" Sahut Mira.
Lintang langsung memeluk teman dekatnya itu dan berkata, "Terima kasih, Mira. Aku akan mentraktirmu makan enak nanti"
Mira terkekeh geli dan berkata, "Iya, sama-sama"
Dan berkat Mira, Lintang bisa pulang ke rumahnya dengan suasana rumah yang kondusif, aman, damai dan tenteram
Di hari berikutnya, semua murid kelas MiPA X menunggu guru wali kelas mereka yang belum pernah mereka jumpai di hari sebelumnya. Hari Senin itu adalah hari dimulainya kegiatan belajar dan mengajar secara resmi.
Seorang guru laki-laki masuk ke dalam kelas dan berdiri di depan murid-muridnya dengan senyum ramah dan sapaan, "Selamat pagi, anak-anak. Saya adalah wali kelas kalian"
"Selamat pagi, Pak" Sahut semua murid secara serempak.
Dan Lintang langsung menarik rahang bawahnya lebar-lebar dan secara spontan ia langsung menundukkan wajahnya, menoleh ke Mira dan berbisik ke Mira, "Kok dia wali kelas kita?"
Mira menoleh ke Lintang, "Kau kenal sama wali kelas kita itu?"
Lintang menggelengkan kepalanya.
"Kalau nggak kenal, kenapa kau menundukkan wajah kamu dan........." Mira langsung terdiam saat ia melihat wali kelasnya telah berdiri di depan meja dia dan Lintang.
Lintang bisa melihat ekspresi wajahnya Mira dan bisa merasakan bulu kuduknya merinding. Lintang mengumpat di dalam hatinya, Sial, cepat sekali dia sampai sini. Aku harus gimana, nih?
"Kenapa kamu menundukkan wajah kamu?"
Lintang mewek dan semakin menundukkan wajahnya saat ia mendengar suara wali kelasmya itu.
"Angkat wajah kamu! Nggak sopan bener jadi anak. Ada wali kelas masuk ke dalam kelas kok malah menundukkan wajah. Nama kamu pasti Kunti, kan?"
Lintang masih menunduk dan wajahnya masih tertutup sempurna rambutnya yang panjang, lurus, lebat dan hitam. Lalu, secara spontan ia bertanya, "Siapa Kunti, Pak?"
"Kuntilanak" Sahut wali kelasnya Lintang dengan nada kesal dan langsung disambut gelak tawa seisi kelas.
"Kok Kuntilanak, Pak?" Mira memberanikan diri melempar tanya.
"Kau lihat teman kamu tuh! Wajahnya tertutup rambut semua. Bukankah mirip dengan kuntilanak kalau kayak gitu?
Geerrrr! Seisi kelas.kembali tertawa.
Lintang merasa tersinggung dan langsung mengangkat wajahnya.sambil menyibak rambutnya yang menutupi semua wajahnya.
Wali kelasnya kelas MIPA X itu, tersentak kaget saat ia bersitatap dengan. Lintang, "Kamu?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Syhr Syhr
Kamu!
2022-08-24
0
Author yang kece dong
aduh...
2022-08-13
0
Asni J Kasim
Kupanggil candra saja 🤣
2022-07-04
0