Sesampainya di rumah, Chandresh langsung berlari masuk ke kamarnya tanpa menyapa mamanya. Mamanya kebingungan melihat tingkah Chandresh. Mamanya Chandresh bergegas masuk ke kamar Chandresh dan menemukan Chandresh menangis di atas lantai dengan bersandar pada ujung ranjang yang terbuat dari kayu jati kualitas tinggi.
Wiku, papanya Chandresh menatap Shinta dan berkata setelah menghela napas panjang beberapa kali, "Aku sudah bilang berulangkali, kan, kalau hubungan kita ini hubungan yang tidak biasa. Katanya kamu cukup puas dengan cinta kita yang tersembunyi ini. Itulah kenapa aku selalu melarang kamu untuk datang ke kota ini, aku selalu menyuruhmu menungguku di Bali"
"Itu karena aku sangat merindukanmu, Mas. Kamu sudah lima hari berada di sini. Itu cukup lama bagiku" Shinta berucap di dalam dekapan hangatnya Wiku.
"Itu karena Istriku sakit" Sahut Wiku.
Shinta diam membisu dan Wiku langsung mengecup keningnya Shinta lalu berkata, "Aku akan selesaikan dulu masalahku dengan Chandresh, kamu balik dulu ke Bali, aku akan menyusulmu, besok"
"Baik, Mas" Sahut Shinta dengan senyum manjanya yang selalu membuat hari Wiku berdebar-debar layaknya anak remaja. Wiku mengecup bibirnya Shinta lalu memutar badan melangkah pergi meninggalkan Shinta.
Wiku tersentak kaget saat ia membuka pintu, Niken istrinya langsung memukul dadanya tanpa henti sambil menangis deras dan berucap, "Tega kamu, Mas. Tega!"
Wiku memegang kedua tangannya Niken istrinya dan bertanya, "Apa Chandresh sudah bilang ke kamu kalau aku ........"
Niken langsung lemas kedua kakinya dan di saat ia jatuh bersimpuh di atas lantai, Wiku langsung merengkuh tubuh istrnya,.mendekapnya dan berkata, "Maafkan aku"
"Apa maaf kamu ini berarti, kamu akan meninggalkan wanita itu selamanya, Mas?" Niken bertanya dengan nada lemas dan masih terisak menangis.
Wiku mempererat pelukannya, menengadahkan wajahnya ke langit-langit rumahnya, menghela napas panjang dan berkata, "Aku mencintai kalian berdua. Aku tidak bisa meninggalkan dia dan tidak mau berpisah denganmu"
Niken langsung mendorong tubuhnya Wiku dengan sangat keras. Lalu ia berteriak histeris, "Apa kekuranganku, Mas? Apa karena aku mulai sakit-sakitan beberapa bulan ini? Aku seperti ini karena aku menahan kecemburuanku. Aku sudah tahu Mas berselingkuh sejak lama. Aku bukan wanita bodoh, Mas. Tapi, aku tahan semuanya karena, aku nggak ingin Chandresh tahu dan........."
Chandresh berlari keluar dari kamarnya dan langsung berteriak ke papanya, "Aku benci Papa. Aku sangat membencimu, Pa dan aku juga membenci wanita murahan yang menjijikkan itu!"
Wiku langsung melangkah lebar dan menampar pipinya Chandresh dengan sangat keras.
Niken tersentak kaget dan langsung menampar Wiku.
Wiku menoleh ke Niken dengan sorot mata dan tajam sambil mengusap pipinya dia berkata, "Kau berani menamparku?"
"Karena kau lebih memilih membela wanita itu daripada anak kamu sendiri" Niken berteriak kesal ke Wiku.
Chandresh langsung masuk ke kamarnya dan tidak begitu lama, ia keluar kembali sambil menarik koper, lalu ia memegang tangan mamanya, "Kita pergi dari sini, Ma"
"Kalian mau ke mana? Kalau kalian melangkah keluar dari rumah ini, aku akan menceraikanmu Niken, aku juga akan berhenti membiayai sekolah kamu, Chan, dan kalian jangan pernah kembali lagi ke rumah ini!" Wiku berteriak kencang
Teriakan Wiku itu sebenarnya hanyalah gertak sambal belaka yang Wiku lontarkan untuk mencegah kepergian anak dan istrinya karena, ia tidak ingin kehilangan Chandresh dan Niken.
Namun, Chandresh yang sudah terbakar emosi dan merasa diinjak-injak harga dirinya, menoleh tajam ke papanya dan menggeram, "Lakukan saja apa yang Papa mau" Lalu Chandresh menarik tangan mamanya melangkah keluar dari rumah mewah milik papanya sambil menarik koper.
Wiku mundur selangkah karena syok, dia hanya bisa diam membisu menatap tas ransel yang ada di punggungnya Chandresh.
Niken terus menangis saat ia dan Chandresh masuk ke dalam taksi.
Chandresh menoleh ke mamanya, "Kita ke mana, Ma?"
"Kita ke rumah peninggalan kakek kamu saja. Tidak begitu besar, tapi bisa kita tempati dengan nyaman. Letaknya tidak jauh dari sekolahanmu juga" Sahut Niken.
Chandresh lalu memberikan alamat rumah peninggalan kakeknya ke supir taksi online yang akan mengantarkan dia dan mamanya ke sana.
Sesampainya di rumah peninggalan kakeknya Chandresh, Chandresh langung menyuruh mamanya untuk duduk beristirahat dan dia segera menyingsingkan lengan baju untuk membersihkan rumah itu karena rumah warisan dari kakeknya Chandresh itu sudah lama terbengkalai,i tampak sangat kotor dan sangat berdebu itu dikarenakan Niken adalah putri tunggal dari kakeknya Chandresh dan Nike tidak memiliki waktu untuk membersihkan rumah warisan itu setiap hari.
Alih-alih mengejar anak dan istrinya, Wiku memilih kembali ke hotel, ia memilih tidur bersama kekasih mudanya yang bernama Shinta, untuk melepaskan stresnya.
Ucapan Chandresh tentang Gajah, terus terngiang-ngiang di telinganya Lintang. Anak gadis dengan wajah berjerawat itu, terus mengulas senyum, lalu bergumam, "Kak Chandresh suka Gajah. Apa itu berarti Kak Chandresh suka sama aku?" Lintang langsung menutup wajahnya dan terkikik dengan sendirinya.
Lintang kemudian menyobek kertas di buku tulisnya dan menuliskan beberapa kalimat pernyataan sukanya pada Chandresh dan rencananya, ia akan memberikan surat itu ke Chandresh besok dengan sebuah cokelat. Lintang akan membeli cokelat.itu sepulang sekolah. Setelah menulis surat pernyataan sukanya, ia memasukkan surat pernyataan sukanya untuk seorang lali-laki, yang pertama kalinya itu, ke dalam kantong yang ada di depan tas sekolahnya yang berbentuk ransel dan berwarna pink. Lalu, Lintang merebahkan tubuhnya di atas ranjang, tapi kedua kelopak matanya tidak bisa terpejam sampai larut malam karena terus terbayang-bayang wajahnya Chandresh.
Chandresh duduk di depan mamanya setelah ia selesai membersihkan rumah peninggalan kakeknya.
Niken menatap Chandresh dan berkata, "Kamu pasti capek, Mama akan beli makanan untuk kamu. Di sekitar sini ada warung makan sederhana"
"Biar Chandresh saja, Ma. Mama istirahat aja" Sahur Chandresh.
"Ini uangnya. Mama habis dikasih uang bulanan sama Papa kamu kemarin"
"Chandresh ada uang kok. Dari Mamanya Lintang. Per dateng kasih les ke Lintang, Mamanya Lintang kasih dua ratus ribu rupiah, Ma. Lumayan"
Mamanya Chandresh menatap putra tunggal tampannya dengan tersenyum bangga berbalut haru
Chandresh membalas senyuman mamanya lalu pergi keluar rumah sebentar untuk membeli nasi dan lauk pauk sederhana lalu kembali lagi beberapa menit kemudian. "Hanya ada nasi sama telur balado, Ma. Chandresh juga beli teh hangat"
"Iya itu udah lebih dari cukup. Makasih ya, Nak. Mama bangga punya kamu. Kita makan seadanya aja dulu, besok Mama akan belanja"
Keesokan harinya, seperti biasanya Chandresh berangkat ke sekolah dan karena kekecewaan dan luka batin yang sangat besar terhadap papanya dan Shinta, Chandresh terus muram sampai jam pelajaran sekolah usai.
Sepulang sekolah, Chandresh menuju ke rumahnya Lintang untuk memberikan les ke Lintang. Sesampainya di rumah Lintang, Mamanya Lintang langsung bertanya, "Mama kamu pergi?"
"Memangnya kenapa Tante?"
"Tante tadi mengantarkan sayur ke rumah Mama kamu, tapi nggak ada yang buka pintu padahal Tante sampai pegal mencet bel pintu rumah kamu"
"Oh, Mama pergi belanja" Chandresh berkata seperti itu karena ia tidak ingin siapa pun tahu masalah yang menimpa keluarganya semalam.
"Baiklah. Ini sayurnya. Nanti pulang ke rumah jangan lupa kamu bawa, ya, untuk Mama kamu. Dan ini amplop untuk kamu"
"Makasih banyak Tante" Chandresh menerima amplop dari mamanya Lintang dengan rasa terima kasih yang tulus.
"Tante tinggal dulu sebentar belanja bulanan" Mamanya Lintang lalu pergi meninggalkan Lintang dan Chandresh sambil menggandeng adiknya Lintang. Chandresh dan Lintang mengantarkan mamanya Lintang sampai ke teras depan dan setelah mamanya Lintang masuk ke dalam mobil, Chandresh menoleh ke Lintang, "Kita belajarnya di teras depan aja ya? Ganti suasana baru"
Lintang tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Papanya Chandresh terbang bersama dengan Shinta ke Bali dan mulai mengurus perceraiannya dengan istrinya .
Sedangkan mamanya Chandresh mulai berpikir untuk mencari uang.
Lintang berlari keluar sambil membawa paper bag berisi sayur masakan mamanya untuk mamanya Chandresh. "Kak, ini sayur untuk Mamanya Kakak"
"Ah, iya. Makasih. Aku pulang dulu ya, sampaikan ke Mama kamu, terima kasih banyak" Chandresh menerima paper bag dari Lintang.
Di saat Chandresh hendak memutar badan untuk pulang, Lintang langsung berteriak, "Tunggu Kak!"
Chandresh menahan langkahnya dan menatap Lintang dengan tanya, "Ada apa?"
Lintang memberikan lipatan kertas berwarna pink dan cokelat ke Chandresh.
Chandresh menerimanya dengan kerutan di keningnya, lalu bertanya, "Apa ini?"
Lintang menundukkan kepalanya sambil berkata, "Aku menyukai Kak Chandresh"
Chandresh langsung meletakkan surat dan cokelat di atas meja teras lalu menatap tajam ke Lintang dan berkata, "Berani-beraninya kau menyukaiku? Kau tidak mengaca, hah?! Dasar cewek nggak tahu malu!" Setelah mengucapkan kata itu, Chandresh pergi meninggalkan Lintang begitu saja.
Dan......Dhuarrrrr! Petir serasa menyambar tubuhnya dan dada Lintang langsung terasa perih. Lintang yang masih menunduk akhirnya meneteskan air mata dan di saat air matanya semakin deras mengalir, ia berlari masuk ke dalam rumahnya sembari meraih surat dan cokelat yang masih tergeletak di meja teras.
Chandresh berlari menuju ke halte bus dengan napas tersengal-sengal karena luka batinnya pada Shinta kembali terkuak dan ia menyesal karena telah mencoba menghempaskan perih di hatinya ke Lintang dengan kata-kata yang menyakitkan. Chandresh membungkukkan badan dan memegang kedua lututnya di depan halte bus dengan perasaan campur aduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Rozh
semngat
2022-08-14
0
Nenie desu
langsung favorit alurnya bagus kak semangat terus 😇🙏
2022-08-14
0
Author yang kece dong
aduh buaya darat,tua-tua keladi makin menjadi
2022-08-13
0