Bel tanda kegiatan belajar dan mengajar di hari itu telah usai. Mira menoleh ke Lintang, "Kamu ke ruang guru dulu, kan?"
"Iya" Sahut Lintang dengan wajah lesu.
"Kalau gitu, aku langsung pulang, ya Ibukku udah menunggu di depan" Mira melambaikan tangannya ke
"Oke" Lintang membalas lambaian tangannya Mira lalu berbalik badan menuju ke ruang guru.
Masih ada banyak guru di ruang guru saat Lintang mengetuk pintu ruang guru yang terbuka separuhnya.
"Cari siap?" Seorang guru wanita yang cukup cantik dan sepertinya tidak mengajar di kelas X, menoleh ke Lintang.
"Emm, Pak Chandresh Kusuma" Lintang tersenyum sopan di depan guru wanita yang cantik itu.
"Oh. Meja Pak Chandresh ada di ujung pojok sebelah kanan" sahut guru wanita yang cantik itu.
"Terima kasih, Bu" Lintang kemudian melangkah ke tempat di mana mejanya Chandresh berada.
Lintang berdiri di belakang kursi yang ada di depan meja kerjanya Chandresh dan melihat Chandresh tengah memberikan nilai di atas kertas latihan.
"Selamat siang, Kak" Tanpa sadar Lintang memanggil Kak ke Chandresh.
Chandresh tersentak kaget dan menghentikan gerakan pulpennya di atas sebuah kertas, lalu secara perlahan ia mengangkat wajahnya. Chandresh menyuruh Lintang untuk duduk di kursi yang ada di depan meja kerjanya.
Lintang duduk dan bertanya, "Ada apa Kakak memanggil saya?"
"Kakak? Apa aku ini kakak kamu?" Chandresh menatap dingin ke Lintang sambil secara perlahan bersandar di kursinya dan bersedekap.
Kenapa dia dingin dan sombong banget. Apa dia masih marah soal kejadian di hotel. Batin Lintang bergumam kesal.
"Ah, iya, maaf. Ada apa Bapak Chandresh yang terhormat memanggil saya?"
"Kenapa kamu berkata kalau kamu benci dengan pelajaran Kimia?"
"Iya karena, banyak hapalan rumus dan nama rumusnya aneh-aneh. Seperti tadi yang Bapak ajarkan cukup menggelikan bagi saya, seperti Hali nakal. H untuk Hidrogen, Li untuk Lithium, Na untuk natrium dan Kal untuk kalium. Aneh bagi saya dan saya nggak suka" Lintang berkata dengan ekspresi wajah polos tanpa dosa.
"Itu kamu sudah hapal beberapa nama unsur senyawa kimia. Berarti kamu tidak membencinya. Kamu cuma perlu rajin menghapalnya" Chandresh mencondongkan wajahnya ke Lintang dengan meletakkan kedua sikunya di atas meja kerjanya.
"Saya nggak mau. Biar aja nilai Kimia saya jeblok, yang penting, kan, nilai saya di bidang studi yang lain di atas rata-rata" Sahut Lintang dengan santainya.
"Harus mau karena, mulai hari ini, saya akan mengajari kamu cara belajar Kimia dengan happy" Chandresh tersenyum lebar ke Lintang.
"Hah?! Saya nggak mau. Permisi. Saya pulang" Lintang langsung bangkit berdiri dan di saat Lintang hendak melangkah kabur, Chandresh langsung mencekal tas punggungnya Lintang dan berkata, "Kita akan pulang bareng. Mama kamu sudah mengijinkan aku memberikan les kimia secara private ke kamu, mulai hari ini"
Lintang menarik diri dengan keras dan berhasil melepaskan tas punggungnya dari cengkeramannya Chandresh dan dia langsung berlari keluar dari ruang guru.
Chandresh terkekeh geli melihat tingkahnya Lintang. Lalu dengan santainya ia membereskan mejanya, mencangklong tas selempangnya dan melangkah menyusul Lintang sembari pamit ke beberapa koleganya yang ia lewati mejanya.
Chandresh bergumam, "Lari sekencang apapun, nanti juga kita akan berjumpa di rumah kamu. Dasar bocah"
Chandresh langsung berlari kencang ke depan gerbang sekolah saat ia melihat ada lima siswinya berkelahi.
"Lintang!" Chandresh melotot kaget saat ia melihat Lintang membanting seorang siswi di atas aspal dan Lintang menendang satpam sekolahan yang berniat melerai perkelahian antar siswi itu, setelah itu.
Lintang lalu berjongkok di depan siswi yang terlentang di atas aspal dan menarik kerah seragam sekolah siswi itu. Keempat teman dari siswi itu bergidik ngeri melihat keberingasan Lintang sekaligus berdecak kagum melihat kehebatan bela diri yang Lintang miliki, tidak berani memberikan pertolongan ke teman mereka. Mereka tidak mau bernasib sama seperti temannya, dibanting dengan sangat keras di atas kerasnya aspal.
Chandresh dengan sigap menarik tas punggungnya Lintang tepat di saat ia melihat Lintang hendak memberikan bogem mentah ke wajah putih mulus siswi yang sudah tidak berdaya terlentang di bawah kungkungannya Lintang.
Tanpa menengok ke belakang, Lintang melepaskan tas ransel dari punggungnya begitu saja dan kembali mengangkat.kepalan tangannya ke udara untuk memberikan final touch ke siswi yang telah berani menghadang dan menantangnya berkelahi untuk alasan sepele.
Chandresh menggeram kesal lalu dengan sigap ia menggelungkan kedua lengannya di pinggang rampingnya Lintang dan mengangkat tubuh Lintang lalu menariknya.
Lintang meronta sambil berteriak, "Lepaskan aku!"
Chandresh mendekap Lintang dengan sekuat tenaga lalu berteriak ke kelima siswi di depannya, "Cepat kalian pergi dari sini!"
Kelima siswi itu langsung kabur dari Lintang dan Chandresh.
Lintang menyikut perutnya Chandresh dan berhasil melepaskan diri dari dekapannya Chandresh. Lintang mengambil tas ranselnya, memasang kembali tasnya di atas punggungnya lalu memutar badan dengan cepat untuk melihat siapa yang telah berani membiarkan musuhnya pergi tanpa bogem mentahnya.
Lintang mendelik, "Pak Chandresh? Kenapa Bapak ikut campur urusanku?"
"Kenapa kamu berkelahi di sekolah?" Chandresh melotot ke Lintang denhan masih membungkuk dan memegangi perutnya.
Lintang menjawab dengan acuh tak acuh, "Ini sudah di luar sekolah. Kita berada di depan gerbang sekolah itu berarti nggak di dalam sekolahan, kan?"
Chandresh sedikit menegakkan badan, namun masih memegang perutnya, lalu setelah menghela napas panjang, ia kembali bertanya, "Kenapa kamu membanting teman kamu?"
"Karena, dia yang telah mencari gara-gara. Aku dituduh merebut cowoknya"
"Kenapa bisa begitu? Kalau ada tuduhan berarti ada hal yang mencurigakan sebelumnya" Chandresh meringis dan mulai mengerakkan badannya.
"Entahlah aku lupa. Ada banyak cowok yang suka sama aku. Aku lupa siapa aja mereka. Aku pulang" Lintang lalu berputar badan, menyeberang jalan dengan cepat dan berlari kencang meninggalkan Chandresh.
Chandresh hendak mengejar Lintang, namun perutnya masih belum nyaman untuk diajak berlari. Chandresh hanya bisa menghela napas panjang melihat tas punggungnya Lintang yang semakin menjauh darinya.
Chandresh akhirnya sampai di rumah mewah milik papanya Lintang. Di kediaman Dokter Andi Rajendra, pemilik rumah sakit swasta terbesar di kota itu.
Papanya Lintang menyambut Chandresh dengan tangan terbuka dan berkata setelah memeluk Chandresh, "Om senang bisa bertemu lagi dengan kamu. Om minta tolong sama Nak Chandresh untuk membantu Om menangani Lintang.
"Tapi, Maaf Om. Di mana Tante dan........"
Sorot mata Andi Rajendra berubah sendu lalu dokter dengan gelas profesor itu berkata, "Mama dan adiknya Lintang meninggal di dalam kecelakaan mobil beberapa bulan setelah Nak Chandresh pindah rumah"
Kedua mata Chandresh langsung berkaca-kaca dan laki-laki ganteng dan gagah itu, kemudian berkata, "Saya ikut berduka yang sedalam-dalamnya, Om. Saya menyesal tidak menghantarkan jenazah almarhum untuk yang terakhir kalinya padahal Tante dan Bima sangat baik sama saya"
Andi menepuk pundaknya Chandresh dan berkata, "Terima kasih untuk cinta kasihmu pada anak dan Istriku. Dan itu yang menyebabkan Lintang berubah seratus delapan puluh derajat dan semakin menjadi-jadi setelah dua bulan kemudian, Om menikah lagi. Om menikah lagi dengan cepat karena, Om pikir Lintang butuh seorang Mama, namun Lintang yang saat itu masih berumur sepuluh tahun, justru mengira Om telah berselingkuh saat Mamanya masih hidup karena, dengan cepat menikah lagi dengan teman kerjanya Om"
"Saya bisa memahami kenapa Lintang menjadi berubah, Om" Chandresh tersenyum getir di depannya Andi karena di dalam hatinya dia juga ikut merasa bersalah. Dia merasa kalau dia juga ikut andil di dalam perubahan sikapnya Lintang. Dia telah menolak Lintang dengan sangat kejam kala itu.
"Untuk itulah Lintang Om sekolahkan ke SMA Bina Kasih, karena kalau sekolah di SMA negeri, Om takut dia bertambah liar. Om dulu alumni SMA Bina Kasih maka Om merasa tenang menyekolahkan Lintang di SMA Bina Kasih.
Chandresh tersenyum dan berkata, "Keputusan Om sangat tepat saya rasa"
Lintang keluar dari dalam kamarnya dan tersentak kaget saat ia menemukan Papanya dan wali kelasnya, mengobrol di meja makan.
Papanya Lintang menoleh ke Lintang dan berkata, "Mulai hari ini, Pak Chandresh akan memberikan les private ke kamu, setiap hari kecuali hari Sabtu dan Minggu"
"Oke. Kalau gitu, ayo ke kamarku!" Lintang lalu melangkah acuh tak acuh meninggalkan papa dan wali kelasnya.
Andi tersenyum, menganggukkan kepala dan berkata ke Chandresh, "Silakan Nak Chandresh menyusul Lintang. Om serahkan Lintang ke dalam bimbingannya Nak Chandresh"
"Saya akan membimbing dan menjaga Lintang dengan sangat baik sebagai balas budi saya atas kebaikan almarhum Tante, Om"
Andi tersenyum lebar lalu berkata sambil menepuk bahunya Chandresh, "Terima kasih, ya, Nak"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Author yang kece dong
bagus lintang
2022-08-15
0
Asni J Kasim
Nyicil bacanya ya, Kak. Lampu mati dan ponselku lobet 😫
2022-07-04
0
oyttigiz
msntap kak liezbeth
2022-05-17
2