Keesokan harinya, mamanya Chandresh menemukan putranya tidur dengan merebahkan kepalanya ke sandaran sofa dan Lintang tidur di atas pahanya Chandresh. Dengan diam-diam, mamanya Chandresh mengambil ponsel pintarnya, menyentuh tombol kamera dan cekrek! Momen yang bagi mamanya Chandresh sangat manis itu, terabadikan di dalam memori ponsel pintarnya.
Mamanya Chandresh tidak membangunkan keduanya. Ia melangkah menuju ke dapur dengan semringah dan bergumam lirih, "Kedua anak itu manis sekali. Saling menyayangi dan aku senang banget kalau Chandresh dan Lintang saling menyayangi" Lalu wanita yang masih tampak cantik di usia yang sudah menginjak kepala lima itu, mulai memasak.
Mamanya Chandresh teringat perkataannya Chandresh kemarin sore, saat ia bertanya, "Bukannya Mama nggak suka, Lintang ada di sini. Tapi, kok bisa, ada murid kamu yang dititipkan di sini? Selama ini, kan, belum pernah ada kejadian seperti ini?"
"Itu karena Lintang anak spesial, Ma. Dia sangat bandel, suka berkelahi dan suka melanggar peraturan di sekolah" Sahut Chandresh.
"Apa karena Mama dan adiknya sudah meninggal?" tanya mamanya Chandresh.
"Iya. Rasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga di hidupnya di saat ia masih berumur sepuluh tahun, membuat dia menjadi berubah. Dia butuh teman sepertinya. Teman untuk berbagi kesedihannya" sahut Chandresh.
"Maka jadilah teman untuk Lintang. Ubah Lintang menjadi lebih baik selama seminggu ini" Sahut mamanya chandresh.
"Baik, Ma" sahut Chandresh.
Mamanya Chandresh tersenyum manis sambil terus menguleg cabai keriting, bawang putih, bawang merah di atas cobek yang terbuat dari batu andesit (batu vulkanik gunung berapi), oleh-oleh dari Chandresh saat Chandresh mengantar murid-muridnya berwisata ke gunung Merapi yang berada di kota Magelang-Jawa Tengah, kala ia mengingat percakapannya kemarin sore dengan putra tunggal kesayangannya.
Nasi goreng ayam, andalannya mamanya Chandresh telah matang dan dia melirik ke ruang TV, Chandresh dan Lintang belum terbangun dari mimpi terindah mereka. Mamanya Chandresh kembali tersenyum dengan perasaan senang.
Lalu, wanita cantik yang membuka warung kelontong di rumahnya untuk mengisi waktunya itu, kembali menghadap ke kompornya untuk membuat telur mata sapi dan di tungku kompor yang satunya lagi, ia memanasi opor ayam, hasil masakannya kemarin malam dengan bantuannya Lintang.
Lintang dan Chandresh membuka mata secara bersamaan dan untuk beberapa detik, pandangan mereka beradu dengan dengan wajah kebingungan. Lalu Lintang bangun dan Chandresh menundukkan kepala berniat untuk bangkit berdiri. "Aduh!" Keduanya mengaduh kencang dan secara refleks mereka mengelus kening mereka masing-masing, karena kening mereka beradu dengan sangat keras.
"Pantes kalau kamu tuh bandel, batok kepala kamu keras banget. Sakit, nih!" Chandresh melotot ke Lintang.
Lintang bangun dan langsung melompat berdiri, lalu mendelik di depannya Chandresh, "Kepala Kakak juga keras, sakit banget, nih keningku!"
Mamanya Chandresh terkikik geli melihat kejadian itu. Mamanya Chandresh lalu berkata, "Sudah sana, mandi semuanya"
"Mana bisa mandi semuanya, Ma. Kamar mandinya, kan, cuma satu" Chandresh langsung menoleh ke mamanya.
Lintang langsung berlari kecil ke dapur dan berkata, "Masak apa, Tante? Aku bantuin, ya?"
Mamanya Chandresh tersenyum ke Lintang dan menganggukkan kepalanya. Chandresh melangkah ke dapur untuk mengambil minum sambil berucap ke Lintang, "Saya. Kalau sama orang yang bukan orangtua kamu atau bukan saudara kandung dan orang itu lebih tua dari kamu, kamu harus biasakan pakai kata saya bukan aku"
Lintang menatap mamanya Chandresh dengan wajah bersalah dan mamanya Chandresh langsung memeluk Lintang dan berkata, "Nggak papa. Kalau sama Tante, kamu pakai bahasa informal, nggak papa. Tante, kan, juga Mama kamu"
Chandresh mendengus kesal dan langsung berkomentar, "Jangan dimanjakan, Ma! Lintang perlu memahami tata Krama, karena........"
Mamanya Chandresh melirik ke Chandresh dan berkata, "Udah jangan protes. Mama mau seperti itu biar Lintang nggak canggung sama Mama. Titik nggak pakai koma!"
Chandresh menghela napas panjang saat ia melihat Lintang menjulurkan lidah ke arahnya.
Saat ketiganya akhirnya berkumpul di meja makan yang berbentuk bulat yang terbuat dari kayu jati dan bertaplak merah kotak-kotak, mamanya Chandresh nyeletuk, "Lho, Lintang nggak makan nasi gorengnya?"
"Dia nggak suka pedas, Ma. Tadi aku suruh dia cicipi nasi gorengnya dan ternyata pedas" Sahut Chandresh.
Lintang menoleh ke Chandresh dengan senyum senang. Dia sungguh tidak menyangka kalau ternyata di balik wajah kakunya, Chandresh juga memiliki sisi yang hangat dan perhatian.
"Oh, maaf ya, Tante nggak tahu. Soalnya Tante dan Chandresh, suka pedas" Sahut Mamanya Chandresh.
Lintang menggerakkan kedua bola matanya untuk menatap mamanya Chandresh dan berkata, "Nggak papa, Tante. Lintang makan opor ayam dan telur mata sapi aja udah mantap banget"
Mamanya Chandresh tertawa senang dan berkata, "Kamu bukan hanya cantik" Mamanya Chandresh menekan nada bicaranya di kata cantik sambil melirik Chandresh, lalu melanjutkan kalimatnya, "Tapi, juga manis dan baik hati. Tante sayang banget sama kamu"
"Lintang juga sayang banget sama Tante. Mmuaaah, mmuuaahh" Lintang memonyongkan bibirnya membentuk sebuah bibir yang siap mencium dan mamanya Chandresh langsung tergelak geli, lalu berkata, "Mmmuah mmuaaah, mmuaaah" dengan menirukan bentuk bibirnya Lintang.
Chandresh hanya bisa tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya saat ia melihat sikap konyol yang ditunjukkan mamanya dan Lintang. Namun, jauh di dasar hatinya, Chandresh bersyukur karena, Lintang bisa merasa nyaman tinggal di rumahnya dan bisa langsung akrab dengan mamanya. Bahkan mamanya dan Lintang bisa saling menyayangi dan hal itu sangat jauh dari ekspektasinya.
"Mama, nanti siang akan berangkat ke Bandung. Putri dari sepupunya Mama menikah. Mama akan tinggal di Bandung selama tiga hari, jadi ......."
Chandresh langsung mendelik, "Kenapa aku bisa lupa soal itu. Maafkan Chan, Ma. Chandresh nggak bisa anter Mama, karena ........"
"Nggak papa. Mama akan bilang kalau kamu sibuk. Saudara-saudara kita pasti akan paham" Sahut mamanya Chandresh Lalu wanita berwajah cantik dan lembut itu, menoleh ke Lintang, "Maaf kalau Tante terpaksa meninggalkan kamu"
"Nggak papa, Tante. Yang penting jangan lupa oleh-olehnya, hehehehe"
Mamanya Chandresh langsung menggemakan tawa renyahnya ke udara, lalu berkata, "Siap anakku cantik. Tante pasti bawa oleh-oleh spesial untuk kamu. Kalau Chandresh galak sama kamu selama Tante nggak ada di sini, kamu lapor sama Tante, ya?! Kita udah bertukar nomer ponsel, kan, kemarin?" Mamanya Chandresh mengedipkan matanya ke Lintang.
"Siap, Tante!" Lintang tersenyum lebar ke mamanya Chandresh sambil melirik Chandresh dan Chandresh hanya bisa menghela napas panjang.
Beberapa jam kemudian, Chandresh dan Lintang mengantarkan mamanya Chandresh, ke stasiun dan sepulang dari stasiun, Chandresh melajukan mobil sedan tuanya sambil bertanya ke Lintang, "Kau ingin ke mana?"
Lintang menoleh ke Chandresh dengan wajah semringah, "Boleh minta ke mana saja?"
Chandresh menganggukkan kepalanya tanpa menoleh ke Lintang, karena ia masih harus fokus menyetir.
Lintang langsung bersila di atas jok mobilnya Chandresh tanpa melepaskan tatapannya dari Chandresh, dan dengan wajah semringah dia berkata, "Emm, ke mana ya? Ke pantai, boleh?"
Chandresh menoleh sekilas ke Lintang dan langsung menyemburkan protes, "Ke mana aja boleh, tapi ya, jangan ke pantai juga. Itu kan, jauh"
Lintang langsung merengut dan bersedekap kesal.
Chandresh melirik Lintang dan karena nggak tega melihat ada gurat kekecewaan di wajahnya Lintang, dia akhirnya berkata, "Oke. Kita ke pantai. Tapi, duduknya nggak boleh kayak gitu. Duduk yang bagus!"
Lintang berkata, "Hore, yeeeeaaayyy!" Sambil menjulurkan kedua kakinya ke bawah.
Tiga jam kemudian, Chandresh dan Lintang sampai di pantai. Lintang langsung melompat turun dari dalam mobil sedan tuanya Chandresh dan berlari kencang menuju ke bibir pantai. Chandresh berteriak, "Tunggu! Jangan lari!" sambil bergegas berlari kencang menyusul Lintang.
Chandresh memilih menunggu Lintang bermain pasir dengan duduk di warung sederhana yang menjual kelapa muda. Dia memesan dua kelapa muda utuh untuk dia dan Lintang. Chandresh beberapa kali berteriak, "Jangan terlalu dekat dengan bibir pantai!"
Lintang menoleh ke Chandresh, melambaikan tangan, tersenyum ceria, dan berteriak, "Iya Kak!"
Chandresh lalu tersenyum dan kemudian ia menatap kelapa mudanya. Pria ganteng berkepala plontos itu asyik menikmati kelapa mudanya hingga terdengar suara orang berteriak, "Ada yang hampir tenggelam!" Chandresh menoleh dan langsung bangkit untuk berlari kencang saat ia melihat Lintang terbawa arus dan kedua tangannya Lintang terjulur ke atas.
Tanpa berpikir panjang, Chandresh langsung terjun ke air untuk menolong Lintang. Setelah berhasil membawa Lintang Keluar dari Air dan membawa Lintang ke tempat yang aman, ia mengecek napasnya Lintang dengan menempelkan telinganya di dadanya Lintang. Kemudian ia segera memeriksa denyut nadinya Lintang dan bergegas melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Chandresh Memberikan tekanan atau kompresi dada (compression) Kompresi dada dilakukan dengan cara meletakkan salah satu telapak tangan di bagian tengah dada korban dan tangan lainnya di atas tangan pertama, untuk membuka jalur napas (airways) , kemudian memberikan bantuan napas (breathing) dengan cara, memberikan napas buatan dengan menjepit hidung korban, kemudian posisikan mulut Anda di mulut korban. Chandresh memberikan napas atau udara dari mulutnya sebanyak dua kali sambil memperhatikan apakah dada korban Lintang terlihat mengembang dan mengempis layaknya orang yang bernapas.
Dan saat ia belum melihat tanda-tanda Lintang sadarkan diri, Chandresh kembali menempelkan bibirnya ke bibirnya Lintang,
Lintang membuka kedua kelopak matanya dan bersitatap dengan kedua bola mata hitamnya Chandresh dan saat kesadarannya merasakan bibirnya bersentuhan dengan kehangatan bibirnya Chandresh, dia langsung mendorong Chandresh dengan sejuta tenaga dan langsung terbatuk-batuk dan memuntahkan air cukup banyak.
Lintang yang masih tampak lemas, menoleh ke Chandresh dengan wajah memerah malu saat ia mengingat kembali, bibirnya Chandresh menempel ke bibirnya.
Chandresh langsung bangkit dan membopong tubuhnya Lintang tanpa persetujuan dari Lintang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nenie desu
mampir lagi nih kak
2022-09-11
1
Author yang kece dong
Aduh nafas buatan 😁😍
2022-08-22
0
R.F
baru baca lg
2022-08-22
0