Gondo Kembang

Gondo Kembang

Bab 1: Bolo Laru

Malam hujan deras, gemuruh menggelegar. sebuah mobil hitam melintas diatas tanah berlumpur, dibawah hujan deras yang tak kunjung reda, tampak kilatan petir yang saling bersahutan memecahkan keheningan diantara dua orang yang saling duduk bersebelahan.

Mobil masih melaju membawa kedua orang ini terus masuk jauh kedalam hutan, dari kejauhan, tampak sebuah rumah kayu diantara pepohonan besar, suasana mencengkeram sangat kental dari penampakan rumah yang tanpa penerangan.

Pria yang mengemudikan mobil turun menerobos hujan yang masih belum reda, tak peduli tubuh nya yang kini basah kuyup ia membuka pintu mobil dan segera membopong perempuan yang dalam keadaan tidak sadar kan diri.

Pintu berderit, ia menelusuri lorong gelap yang pengap, tanpa penerangan sekalipun tidak ada rasa ragu. Langkah nya menggema di ruangan dengan dinding kayu, lukisan usang tergantung disepanjang lorong gelap,  kilatan cahaya dari luar Menampakan potret lawas dengan orang orang yang berpose di depan bangunan tua ini.

Akhir langkah nya, sebuah ruangan dengan dipan yang di tutupi tirai putih transparan, perempuan itu Wijaya letak kan diatas dipan yang berdebu, mata nya masih terpejam.

Namun ada yang aneh, tubuh nya mengeluarkan bau busuk yang menyengat tak jauh berbeda layaknya mayat yang telah lama diawetkan, kulit nya pucat dengan beberapa luka yang menghitam, luka-luka membusuk dengan belatung yang menggerogoti hingga mengeluarkan nanah kental. Namun, wanita ini bukan lah mayat, ia masih bernafas meskipun sangat lemah.

Wijaya mengambil sebuah kotak kayu dengan ukiran bunga ber sulur, kotak berdebu yang sama sekali belum terjamah. Gembok yang menyegel kotak ini ia buka dengan paksa, di dalam nya terdapat buku berwarna hitam dengan tulisan aksara jawa "Lebur Sukma" .

Ia terdiam memandangi buku bersampul hitam, tatapan nya nanar, ada keraguan sebelum ia mengalah dengan batin nya. Lebur Sukma ritual yang telah lama keluarga nya tinggalkan, kini ia harus kembali mengambil jalan hitam. Akan ada banyak darah yang tumpah, semua berawal dari Alas Ruwah tempat iblis itu bersemayam, Bolo Laru ingon keluarga Wijaya adhitama akan kembali meminta Tumbal.

Wijaya duduk bersila di hadapan wanita yang tubuhnya mulai melemah, mulutnya berkomat kamit mengucap kan mantra yang tersusun rapi di dalam kepala nya. Lilin yang sebelumnya nya ia nyalakan tiba tiba saja Padam, terdengar suara mengerang dari sudut ruangan yang gelap.

" Kowe pengen mateni aku karo Bolo Pathi " (kamu ingin membunuh aku dengan Bolo Pathi) Suara berat terdengar samar dari mahkluk hitam di atas tubuh sang wanita,

" Nyuwun sewu Kulo wes gagal nepati janji " Wijaya berlutut memohon di hadapan mahkluk tersebut

"Opo kowe uwis lali aku karo Bolo Pathi ngelayani Ratu, tapi koe malah ngentek ne ndoro ne nggae murka ne junjungan ku." (Apa kamu sudah lupa aku dengan Bolo Pathi melayani Ratu, tapi kamu Malah menghabisi tuan nya membuat junjungan kami marah).

"Bakal tak lebur sukma ku ngge mbukak Gerbang Segoro" ucap Wijaya sembari berlutut. Melebur sukma berarti menggadai kan nyawa nya sendiri, ia tak peduli lagi dengan resiko nya selagi tujuan nya tercapai.

"Satus tumbal neng purnama Seloso legi, bakal tak wujud ne kabeh sng mbok karep ne "( Seratus tumbal di purnama selasa legi akan ku berikan semua keinginan mu) ucap mahluk tersebut Sembari menjilati borok si wanita .

Duarr..

Suara gunntur mengejutkan Wijaya, mahkluk hitam tadi telah menghilang hanya menyisakan Wijaya seorang diri, sedangkan si wanita telah lenyap menjadi tumbal pertama  atas perjanjian nya dengan Demit Alas Ruwah "Bolo Laru" .

Wijaya tersenyum, hanya dengan satu langkah kini bolo laru telah kembali dalam genggaman nya, namun ia lupa sesuatu yang hitam hanya memberikan bayangan semu. Dia memulai kembali kesalahan yang di buat leluhurnya, di tempat ini semua bermula dan di tempat inilah segala nya harus di akhiri.

Bolo Laru satu dari banyak nya Iblis di Alas Ruwah yang banyak di incar para pemburu pesugihan. Namun tujuan Wijaya bukan hanya untuk pesugihan, ia ingin menguasai Alam lelembut setelah terbebas nya sang Ratu dari kutukan yang menyegelnya.

Semua disebabkan karena kesalahannya nya sendiri, hanya karena daerah kekuasaan, mereka saling membunuh satu sama lain. Wijaya menghabisi seluruh keluarga Ki Sedo tak bersisa, diakhir hayat nya Ki Sedo mengirimkan santet dari Getih Ireng nya untuk membalas perbuatan Wijaya sampai ke akar nya. Seluruh keluarga Wijaya telah tewas,  Sanak saudaranya telah di babat habis Bolo Pathi.

Tibalah waktu Mayang putri Bungsunya yang akan menemui ajal, Wijaya tidak terima dan berusaha keras menyelamatkan. Dia kembali menemui Bolo Laru yang telah di lepas oleh ayahnya bertahun-tahun lalu dengan mengorbankan nyawanya sendiri. Namun, dengan bodohnya Wijaya datang ketempat ini dan memulai kembali ikatan yang telah lama terputus. Dia tergoda kekuasaan, tujuan awal yang hanya ingin menangkal santet tapi kini ia menginginkan lebih.

Dia kembali menjadi abdi lelembut, menjadi kan darah nya kembali hitam setelah bersusah payah Sardi Wijaya memerahkan nya. Keserakahan akan menelan nya dalam kegelapan Abadi.

Suasana semakin dingin, Wijaya tidak bergeming . Dia masih duduk bersila membaca mantra mantra kuno dari buku hitam lebur sukma.

~Satu detik kemudian

Lilin menyala dengan sendirinya, Wijaya membuka matanya perlahan. Wanita yang sebelumnya menghilangkan kini terlihat masih terbaring di atas dipan bertirai transparan, Wijaya Kembali tersenyum, "Berhasil" ucap nya dalam hati.

Dia beranjak dari tempatnya bersila menghampiri wanita yang terbaring, Wijaya membelai lembut rambut wanita tersebut.

Sratt..

Tanpa belas kasihan Wijaya memenggal kepala si wanita hingga terpisah dengan batang leher nya. Darah mengalir memberikan genangan pada dipan berdebu, kental, amis, dan memuakkan. Aroma anyir darah tercium dari penciuman Wijaya yang tajam. Namun,  ia tidak sedikit pun terganggu dengan hal itu .

Wijaya menampung darah yang masih mengalir dari sisa tebasan, cukup banyak . lagi lagi bibir nya tersungging cukup puas dengan apa yang sudah dilakukan nya.

Mayat yang masih hangat ia seret melewati ruangan demi ruangan menuju tanah lapang di halaman nya yang penuh lumpur, sedangkan kepala nya Wijaya simpan ke dalam akuarium kaca besar yang di beri alkohol untuk mengawetkan.

Entah apa tujuan nya memajang nya kedalam akuarium. Namun dilihat dari sifatnya, Wijaya ingin menunjukkan taringnya, mengembalikan puncak kejayaan keluarga nya saat leluhurnya masih Menjadi bagian Alas Ruwah, di tanah lapang, Wijaya melemparkan tubuh yang sudah tak bernyawa tersebut kedalam lubang galian nya sendiri, cukup dalam agar tidak di bongkar kembali Anjing liar. Setelah pekerjaan nya selesai ia kembali kedalam rumah, membersihkan darah yang tertinggal sepanjang jalan ia membawa mayat tadi. darah memang sudah bersih, mayat pun tidak ditemukan. Namun, bukan berarti perbuatan nya tidak pernah terjadi. Semua sudah terekam dalam catatan pemberat milik sang Pencipta.

***

Terpopuler

Comments

TDT Angreni

TDT Angreni

awalan yang bagus dan buat merinding.

2023-03-30

1

VLav

VLav

waah episode pertama sudah mendebarkan
salam dari keluarga besar arsgaf 🙏

2023-03-28

0

🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™

🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™

keren banget, kental banget magisnya, sukses selalu kakak

2023-03-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Bolo Laru
2 Bab 2: Bolo Pathi
3 Bab 3:Penghuni baru
4 Bab 4: Sajen
5 Bab 5: Kamar sebelah
6 Bab 6: Piring kenikmatan
7 Bab 7: Gelap
8 Bab 8: Ganjang
9 Bab 9: Mentari bersinar
10 Bab 10: Teman lama
11 Bab 11: Gerbang besar
12 Bab 12: Kemuning
13 Bab 13: Laras
14 Bab 14: Terjebak
15 Bab 15: Omah Dongko
16 Bab 16: Malam Bulan Purnama
17 Bab 17:Ruang penyimpanan
18 bab 18: Kebenaran
19 Bab 19: Dalam pekat
20 Bab 20: Pelarian
21 Bab 21: Masa lalu
22 Bab 22: Ruang tersembunyi
23 Bab 23:Hutan
24 Bab 24:Sisi lain
25 Bab 25: Kota sebelah
26 Bab 26: Kotak misterius
27 Bab 27: Seimbang
28 Bab 28: Lewung
29 Bab 29: Perjalanan ke desa
30 Bab 30: Tamu tak diundang
31 Bab 31: Desa Laweh
32 Bab 32: Jagat lelembut
33 Bab 33: Cahaya terang
34 Bab 34: Kematian
35 Bab 35: Rumah sakit
36 Bab 36: Kampung
37 Bab 37: Gubuk
38 Bab 38: Meminta miliknya
39 Bab 39: Malam hari
40 Bab 40: Pagi yang cerah
41 Bab 44: Bantuan
42 Bab 41: Langit senja
43 Bab 42: Buku tua
44 Bab 43: Penyesalan
45 Bab 45: Hujan Gerimis
46 Bab 46: Ladang jagung
47 Bab 47: Rumah Guru
48 Bab 48: Kembali
49 Bab 49: Tersadar
50 Bab 50: Gadis Kecil
51 Bab 51: Perundingan
52 Bab 52: Hilang
53 Bab 53: Kesepakatan
54 Bab 54: Kosong
55 Bab 55: Gosib
56 Bab 56: Alasan
57 Bab 57: kesepakatan bersama
58 Bab 58: Terjatuh
59 Bab 59: Gudang
60 Bab 60: Peti Mati
61 Bab 61: Hutan Barat
62 Bab 62: Rumah Tengah Hutan
63 Bab 63: Waktu yang Salah
64 Bab 64: Kembali Lagi
65 Bab 65: Lebih banyak Rahasia
66 Bab 66: Pantulan Wajah
67 Bab 67: Wanita Itu
68 Bab 68: End
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Bab 1: Bolo Laru
2
Bab 2: Bolo Pathi
3
Bab 3:Penghuni baru
4
Bab 4: Sajen
5
Bab 5: Kamar sebelah
6
Bab 6: Piring kenikmatan
7
Bab 7: Gelap
8
Bab 8: Ganjang
9
Bab 9: Mentari bersinar
10
Bab 10: Teman lama
11
Bab 11: Gerbang besar
12
Bab 12: Kemuning
13
Bab 13: Laras
14
Bab 14: Terjebak
15
Bab 15: Omah Dongko
16
Bab 16: Malam Bulan Purnama
17
Bab 17:Ruang penyimpanan
18
bab 18: Kebenaran
19
Bab 19: Dalam pekat
20
Bab 20: Pelarian
21
Bab 21: Masa lalu
22
Bab 22: Ruang tersembunyi
23
Bab 23:Hutan
24
Bab 24:Sisi lain
25
Bab 25: Kota sebelah
26
Bab 26: Kotak misterius
27
Bab 27: Seimbang
28
Bab 28: Lewung
29
Bab 29: Perjalanan ke desa
30
Bab 30: Tamu tak diundang
31
Bab 31: Desa Laweh
32
Bab 32: Jagat lelembut
33
Bab 33: Cahaya terang
34
Bab 34: Kematian
35
Bab 35: Rumah sakit
36
Bab 36: Kampung
37
Bab 37: Gubuk
38
Bab 38: Meminta miliknya
39
Bab 39: Malam hari
40
Bab 40: Pagi yang cerah
41
Bab 44: Bantuan
42
Bab 41: Langit senja
43
Bab 42: Buku tua
44
Bab 43: Penyesalan
45
Bab 45: Hujan Gerimis
46
Bab 46: Ladang jagung
47
Bab 47: Rumah Guru
48
Bab 48: Kembali
49
Bab 49: Tersadar
50
Bab 50: Gadis Kecil
51
Bab 51: Perundingan
52
Bab 52: Hilang
53
Bab 53: Kesepakatan
54
Bab 54: Kosong
55
Bab 55: Gosib
56
Bab 56: Alasan
57
Bab 57: kesepakatan bersama
58
Bab 58: Terjatuh
59
Bab 59: Gudang
60
Bab 60: Peti Mati
61
Bab 61: Hutan Barat
62
Bab 62: Rumah Tengah Hutan
63
Bab 63: Waktu yang Salah
64
Bab 64: Kembali Lagi
65
Bab 65: Lebih banyak Rahasia
66
Bab 66: Pantulan Wajah
67
Bab 67: Wanita Itu
68
Bab 68: End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!