pov Zainal
Angin malam berhembus kencang menggoyang kan ranting ranting pepohonan tinggi. Suara hewan malam bernyanyi menemani alam yang tengah gelisah, Sama seperti ku yang sedari tadi tak tenang mewanti-wanti Alingga yang belum Kembali.
Aku yakin ada banyak hal yang menggangu anak itu, sebagai teman nya terkadang aku merasa bersalah tidak bisa membantu tetapi selalu menyulitkan nya.
Sebaiknya aku mencarinya, tapi hari sudah malam. Mengingat kejadian semalam di halaman bunga , tentu aku tak punya nyali lagi melangkah kan kaki di malam hari.
"Nal?"
Syarif menegur sebab sedari tadi aku hanya mondar-mandir di depan pintu.
"Kenapa kamu?"
Aku diam tak memperdulikan, seharusnya dia tau apa yang tengah ku khawatirkan .
Tok.. tok.. tok
Suara ketukan di pintu kayu? Siapa?.
Syarif melirik ku was was, suara ketukan bertempo lambat masih terdengar. tidak ada Suara lain, apa mungkin Alingga? kenapa dia mengetuk?
Saat itu aku berfikir itu Alingga, namun mas Yanto menahan ku. Mas yanto maju menarik ku mundur menjauhi pintu, mungkin dia khawatir aku akan melakukan hal ceroboh.
"Ojo di buka!" (jangan dibuka!) ucap mas Yanto.
Suara ketukan lenyap. namun setelah terdengar suara perempuan di balik pintu.
"Le... Ibuk iki"
Bagai disambar petir mendengar suara yang tak asing, ibuk?
Mas Yanto menahan ku, rasanya suara itu mulai menghipnotis . Ketukan semakin cepat, terdengar suara memanggil dari arah luar. Ruas ruas sendi ku terasa di kendalikan orang lain, aku sudah tak punya kuasa atas raga sendiri.
Aku mulai sulit mengendalikan, meskipun mas Yanto sudah menahan ku tapi tubuh ku seperti mendapat kekuatan lebih. Dia terpental menghantam ranjang kayu, doni dan Syarif tak luput membantu tapi sayang nya kekuatan mereka tak cukup membuat ku berhenti.
Rasanya ingin Sekali aku menolak, tapi tubuh ini bergerak dengan sendirinya.
Pintu terbuka lebar, Seorang wanita berkebaya merah berdiri tegak di depan pintu. Kemuning? mahkluk ini apa yang dia inginkan, aku tak pernah mencari masalah dengan nya kenapa dia menggangu ku.
Seolah olah terpanggil, kaki ku melangkah dengan sendirinya menghampiri wanita berkebaya merah. Mass.. Di dalam hati aku berteriak memanggil, wanita ini berbeda dengan semalam. Tak nampak wajah ayu seperti Semalam, dihadapan ku wajah hancur kehitaman dengan cairan hitam yang menetes.
Sial, tak ada satupun yang mendengar teriakkan ku, mereka terkunci di dalam saat aku sudah melewati pintu kamar.
Kemuning membawaku keluar dari dalam bangunan.
Makhluk ini kenapa, tubuh ku tertarik melayang ke udara. kutatap kemuning lekat lekat, Setiap detail nya aku ingat.
Brukk..
Jatuh tertarik gaya gravitasi bumi, tubuh ku menghantam tanah yang lembab. Wanita itu melayang mendominasi menunjukkan kekuatan nya, aku bukanlah tandingan nya.
Kemuning turun tepat di hadapan ku, Kain selendang bergerak menjerat kaki tanpa alas.
Perih sakit sudah pasti, wanita itu menyeret ku diatas tanah, kulit bergesekan dengan kerikil dan sesuatu yang entah Seperti nya telah menancap menusuk menusuk sangat dalam.
Hentikan kumohon!
Suara ku lenyap, air mata tak lagi terbendung. Darah mengalir dari lengan yang tergores, aku tak dapat melihat jelas kulit ku rasanya seperti di iris iris ribuan pisau.
Wanita itu berhenti, melempar kan ku ke arah batang pohon pinus. tubuh ku Menghantam keras seolah-olah seluruh tulang telah remuk. Aku mencoba berdiri namun rasanya lemas, Kemuning mencoba mengendalikan ku lagi .Mencekik pangkal tenggorokan Sangat Sesak , Aku tak bisa bernafas. Namun disaat kritis kemuning berhenti.
Penglihatan ku mulai kabur, samar samar dari kejauhan nampak seorang wanita berjalan anggun menghampiri. Kemuning mundur menghindari wanita itu, ia segera lenyap saat wanita itu berjalan ke arah ku.
"Mas?" ucap wanita asing.
Kemudian para abdi keluarga Wijaya datang membantu ku berdiri, Mereka membawa ku kedalam bangunan di dekat paviliun utama.
Aku sangat berterima kasih orang ini muncul di waktu yang tepat, jika tidak nyawaku sudah pasti melayang ditangan si kemuning.
"Mbak siapa?" tanya ku
"Laras mas," ucap wanita itu. wanita ini sangat cantik dengan rambut yang digerai.
"Laras?" Aku terkejut bukankah kondisi laras tadi pagi tidak Seperti ini.
"Jangan heran mas, toh tadi pagi kita sudah bertemu." ucap laras meyakinkan.
Aku terkejut karena penampilan laras berbeda dengan sebelumnya, saat ini ia terlihat begitu cantik nan anggun dalam balutan kebaya dengan rambut yang digerai. Ia terlihat seperti Dewi, kecantikan nya membuat ku terpesona. bahkan aku hampir saja lupa diri.
"Saya Zainal mbak" ucap ku memperkenalkan diri
"Saya sudah tau mas " ucap laras sambil tersenyum manis.
Senyuman nya sangat indah, jika dibandingkan dengan yang lain tentu tidak sebanding.
"Kenapa mas?"
"Njenengan putri ne Wijaya mbak?" ( Kamu Putri nya Wijaya mbak?)
"Nggih mas, asma kulo dyah ayu laras ningtyas" ucap wanita itu
"Ya udah saya tinggal ya mas ," Laras pergi meninggalkan kamar tempat aku beristirahat.
Tubuh ku masih terasa perih, ku pejam kan mata perlahan namun, tiba tiba saja tercium aroma kamboja yang sangat kuat. Aroma kuburan?
Wanita bergaun putih berdiri disana, mematung menatap ku meskipun tak memiliki bola mata.
Wanita ini lagi ,sudah lama aku tak melihat nya, ada urusan apalagi dia dengan ku.
"Lee.."
Aku terkejut, wanita itu mengeluarkan suara, apakah yang dia maksud adalah aku?
"Iki Ibuk!" ucap wanita itu semakin mendekat.
"Lungo le" ucap wanita itu lagi
Tubuh ku meremang, wanita itu tak punya niat sedikit pun untuk mundur. Ia semakin dekat , Tapi aneh nya dia tak melakukan hal agresif, seolah olah dia hanya ingin menyampaikan pesan.
Wanita itu menghilang, saat tiba tiba saja laras masuk ke dalam . Laras tersenyum di ambang pintu, ia memerintahkan para abdi nya untuk pergi.
Apa yang ingin di lakukan nya, aku tak sanggup berkata kata saat ia menanggal kan seluruh pakaian nya satu persatu. Gejolak panas menyeruak membangkitkan rasa yang telah lama terpendam, Laras menghampiri menyandar kan kepalanya ke pundak. Hembusan hangat menyapu lembut pangkal leher ku, tubuh menggelinjang saat laras mulai menyentuh area area sensitif.
Aku hampir tak bisa menahan nya lagi, Soda mulai memaksa keluar dari katup katup nya yang tertutup rapat. Tidak ini salah ,tapi tubuh terasa amat ingin menjarah.
Aku menyerah tak tahan lagi, kulayani kemana ia ingin membawa ku terbang .
Sentuhan lembut nya membuat ku tak ingin berpaling , aku terjebak dan Semakin mempererat simpul pati alas ruwah. Tak ada pilihan lain , kini aku sudah menjadi bagian dari keluarga Wijaya.
Aku hanya berharap Alingga menyadari ini, melepaskan ku dari simpul pati yang mengikat sukma dengan laras. Jika tidak maka aku akan terjebak selamanya, menjadi bagian dari alas Ruwah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Ranran Miura
Zainal ni cerobohnya minta ampun, pen jitak kepalanya. nambah perkara aja 😤
2022-06-17
2
Wherr Latajan
wah wah wah menanam benih2 😁😁😁
2022-06-14
1
Magic Lee
Mulai nakal ya bund
2022-06-14
1