Jam makan siang sudah datang. Hampir semua orang di kantor itu telah meninggalkan ruang kerjanya masing-masing. Ada yang ke kantin atau ketempat-tempat lain yang kiranya bisa menjadi tempat untuk mengisi perut mereka yang sudah demo minta diisi. Tapi tidak untuk Nabila, dia memutuskan untuk tetap di meja kerjanya sambil menyantap bekal makan siang yang di bawanya dari rumah sambil sesekali meneliti kembali hasil pekerjaan yang tadi di dikerjakannya.
Tok....tok....tok....suara pintu terdengar diketuk dari luar, setelah dipersilahkan masuk, masuklah orang itu ke ruangan wakil presdir.
"Nona Nabila ada di ruangannya boss", kata Arsyad kepada Denis.
Sebelumnya Denis meminta Arsyad untuk mencari tahu keberadaan Nabila saat jam makan siang baru datang.
Denis segera mengambil jas dari punggung kursi, memakainya, kemudian pergi keluar dari ruangannya. Arsyad mengikutinya dari belakang.
Mereka masuk ke dalam lift direktur menuju lantai 18. Tanpa permisi, mereka masuk sebuah ruangan sehingga mengagetkan penghuni yang ada di situ.
"Selamat siang tuan", kata Nabila dengan mulut yang masih terisi makanan. Ia juga berdiri dari tempat duduknya dan menundukkan kepala kepada atasannya itu. Kemudian kembali duduk dan makan.
Tanpa dipersilahkan, Denis duduk di kursi yang ada di depan meja Nabila. Matanya berputar kesana kemari mengamati ruangan itu. Hal itu sempat membuat Nabila risih dan ingin menghentikan makannya, tapi dia urungkan karena perutnya sangat lapar.
"Ayo segera habiskan makananmu!" Perintah Denis pada Nabila.
"Dasar....suka sekali mengganggu makan orang", gerutu Nabila dalam hati, melirik sedikit ke arah Denis yang sedang memandangi makanannya. Kemudian, Nabila sengaja melambatkan makannya.
Denis yang tak sabar melihat tingkah Nabila yang melambatkan makannya, langsung menyahut kotak makan Nabila dan memakannya sampai habis.
"Alhamdulillah, habis", kata Denis, sambil mengusap mulutnya dan mengembalikan wadah kosong itu di depan Nabila.
Nabila yang melihat tingkah laku Denis kaget dan terbengong sekaligus sebal. Denis kemudian menarik pergelangan tangan Nabila dan mengajaknya keluar dari ruangan itu.
"Lepaskan, aku bisa jalan sendiri", teriak Nabila sambil mengibaskan tangannya. Namun Denis tak mau melepaskan tangan itu, hingga saat di dalam lift tiba-tiba Nabila menggigit tangan Denis.
"Aww....", teriak Denis sambil mengibaskan tangannya yang sakit.
Nabila hanya melirik Denis sekilas, yang sedang memandangnya dengan melotot. Hingga tak lama pintu lift terbuka membuat sehingga membuat Denis sejenak lupa dengan kekesalannya.
Mereka bertiga sudah diparkiran di depan mobil Denis. Denis membuka pintu belakang mobil dan meminta Nabila masuk. Nabila masuk mobil tanpa bertanya sedikitpun mereka mau kemana. Denis duduk di sebelah Arsyad yang menyetir mobil itu. Denis menunjukkan ponselnya yang berisi tempat yang akan dituju kepada Arsyad. mobil kemudian melaju meninggalkan bangunan kantor itu.
Suasana di dalam mobil tampak hening, hingga terdengar suara dering ponsel dari kursi belakang. Nabila melihat ponselnya,
tampak nomer asing menghubunginya. Dia putuskan untuk mengangkat telpon itu.
"Hallo, dengan bu Nabila?" suara seorang wanita dari sebrang telpon.
"Betul, saya Nabila. Ada yang bisa saya bantu?" Jawab Nabila.
"Saya ingin menyampaikan bahwa pihak kami dari syahputra group, ingin bertemu anda membicarakan kelanjutan kesepakatan", ujar wanita di sebrang telpon.
"Kesepakatan apa? Saya tidak merasa sudah menyepakati sesuatu, maaf", kata Nabila, kemudian menutup telpon itu.
"Syahputra group masih suka menghubungimu?", tanya Denis pada Nabila.
Nabila tertegun dengan pertanyaan Denis. Dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan itu. "Dari mana dia tahu?", tanya Nabila dalam hati.
"Papaku telah memberikan kepercayaan yang besar padamu. Jangan sekali-kali kau berani mengkhianatinya", tegas Denis. Membuat Nabila tertunduk tanpa berani menjawabnya
Beberapa saat kemudian, mobil tiba di sebuah butik. Denis keluar dari mobil, dia menyuruh Nabila ikut bersamanya dan meninggalkan Arsyad tetap di dalam mobil.
"kita mau apa?", tanya Nabila.
"ikut saja, jangan banyak tanya", jawab Denis
Denis melangkah masuk ke dalam butik diikuti Nabila di belakangnya. Mereka disambut oleh seorang karyawati butik itu.
"Selamat siang Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" ucap karyawati itu lemah lembut.
"Panggilkan Rebeca, bilang Denis kemari!" perintah Denis pada karyawati tadi.
Karyawati itu segera pergi kedalam, memanggil orang yang dimaksudkan Denis. Tak berapa lama karyawati itu datang kembali. Di belakangnya nampak seorang wanita mengikuti. kulitnya putih, wajahnya dipoles dengan make up yang agak tebal, tubuhnya dibalut dengan bodycon dress yang menunjukkan tubuh langsingnya.
Wanita itu menghampiri Denis, kemudian mencium pipi kiri dan kanan Denis. Denis tidak menolak perlakuan wanita itu, tapi juga tidak menyambutnya.
"Apa kabar nis, lama tak bertemu, kau semakin tampan saja", ucap Rebeca sambil mengelanyut di tangan Denis. Namun Denis tetap dingin, tak meresponnya.
"dasar ganjen", kata Nabila lirih namun masih terdengar di telinga Denis. Denis yang mendengarnya tampak senang, dia tersenyum tipis.
"carikan kebaya untuknya untuk akad nikah kami", ucap Denis sambil mengarahkan matanya ke arah Nabila.
Ucapan Denis sempat mengejutkan Rebeca, kemudian mata wanita itu mengarah pada Nabila. Dipandanginya Nabila dari atas ke bawah dengan pandangan merendahkan.
Nabila yang melihat Rebeca membalas dengan senyum termanisnya meskipun sebenarnya ingin sekali dia mencolok mata wanita sombong itu.
_______________
Hai..... hai.... hai... masih sukakan baca novel ini. Dukung author terus ya.... dengan like, komen, atau vote kalian. Terima kasih😃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
flora sweet
jangan cuma di colok mata rebe'en,di ulek aja skalian....
2020-12-30
0
💞🌹fikadiani🌹💞
tmbh seru aja
2020-11-07
0
astri rory ashari
jangan cuma ingin mencolok mata Rebecca Nabil...langsung aja ajak gelud...gw dukung lu😁😅
2020-11-01
2