"Nona Nabila, Tuan Denis meminta anda untuk datang ke mejanya sekarang", Suara Arsyad pelan namun masih terdengar oleh orang - orang yang semeja dengan Nabila.
"Apa anda tidak lihat, aku sedang makan. Kalau dia mau, tunggu aku selesaikan makanku dulu", jawab Nabila tanpa melihat ke arah Arsyad yang ada di belakangnya.
"Tuan Denis minta sekarang nona. Jika nona mau, nona boleh membawa makanan nona dan memakannya di meja Tuan Denis", Arsyad mengarahkan tangannya ke arah meja bossnya.
Nabila menghentikan makannya kemudian meletakkan sendok dan garpunya dengan kasar diatas piring makannya hingga menimbulkan bunyi.
Semua orang yang ada di meja nampak kaget dengan respon Nabila, tapi tidak berani berkomentar apapun. Mereka tetap melanjutkan makannya, tapi tidak dengan Nabila. Dia dengan terpaksa jalan menuju meja di mana Denis berada.
"Segera selesaikan makan kalian, kemudian kembalilah ke kantor. Makanan kalian semua akan dibayar oleh tuan muda", perintah Arsyad pada teman-teman Nabila tanpa berpindah tempat dari awal berdirinya tadi saat memanggil Nabila.
Dengan muka cemberut Nabila menarik kursi yang ada di hadapan Denis kemudian duduk dan meletakkan kedua tangannya diatas meja, dia memalingkan wajahnya ke arah lain karena enggan melihat Denis.
Denis melihat semua tingkah laku Nabila hanya memicingkan mata. Dilemparnya dengan pelan daftar menu makanan ke meja depan Nabila.
"Pesanlah!"
"Apa kau tadi tak lihat, aku baru saja makan?", hanya melirik daftar menu yang ada di depannya.
" Dari sini saja aku bisa melihat bahwa kau meninggalkan makananmu yang belum habis kau makan. Cepat pesanlah atau kau mau tetap kutahan disini!"
Dengan kasar Nabila membuka daftar menu yang ada di meja, kemudian Denis memanggil pelayan untuk mencatat pesanannya dan Nabila.
Tak lama kemudian pesanan mereka datang. Denis segera memakan makanannya. Denis sudah makan beberapa sendok makanannya, namun Nabila sama sekali belum makan makanannya.
"Makanlah, jika kau tak makan, aku tidak akan melanjutkan pembicaraan yang tadi kau tanyakan di kantor".
Ancaman dari Denis ternyata cukup efektif. Nabila segera melahap makanannya hingga habis.
"Cepatlah katakan apa maumu?", sambil meletakkan gelas yang isinya tinggal separuh.
"Seperti yang kuucapkan sebelumnya aku ingin melamarmu menjadi istriku", sambil menatap Nabila datar.
"Kalau itu aku sudah tau. Yang ingin kutau apa tujuanmu?", sedikit jengkel.
"Tujuanku ya ingin kau jadi istriku".
Jawaban Denis membuat Nabila semakin jengkel. Dia memutuskan diam saja, sambil memainkan sendok di piringnya yang sudah kosong.
"Aku akan datang ke rumahmu weekend ini, aku harap kau dapat memberikan jawaban yang memuaskan"
Ucapan Denis itu membuat Nabila berhenti memainkan sendok.
"Maafkan aku, bagaimana mungkin aku bisa menerima seseorang untuk menikah denganku sementara aku tidak mengenalnya dan dia tidak mengenalku, dan pastinya tidak saling mencintai", Nabila memandang kedepan, tapi bukan ke arah Denis.
"Yang penting kau menerimaku, urusan yang lain kau tidak perlu memikirkannya"
"Maaf, aku tetap tidak bisa. Cari saja wanita lain yang bisa menuruti keinginanmu", Nabila menundukkan kepalanya dalam.
Brakkkkk......Denis menggebrak meja yang ada di depannya, membuat Nabila kaget dan mengangkat kepalanya.
"Terserah kau saja. Kau boleh menolak lamaran ku, tapi kau harus menanggung resikonya.
Nabila berdiri dari kursinya. Dia bermaksud pergi dari situ. Namun suara Denis mengejutkannya.
"Jangan pergi dan tetap suduk disitu, aku belum selesai bicara!", suara Denis penuh dengan kemarahan.
Nabila pun kembali duduk di kursinya.
Denis mengeluarkan selembar foto dari kantong jasnya dan meletakkannya di depan Nabila. Nabila terkejut melihat foto itu. Foto itu adalah foto toko roti milik maminya.
"El's bakery, aku bisa dengan mudah menghancurkannya atau Fendi Fahreza Dahlan, aku bisa membuat dia hidup sengsara", Denis mengucapkan kata-kata itu dengan penuh penekanan.
Mendengar perkataan Denis, Nabila sedih dan sangat marah. Matanya mulai berkaca-kaca tapi dia berusaha menahannya karena ia tak ingin terlihat lemah di depan Denis.
"Apa maksudmu dengan semuanya ini? Apa salahku hingga kau melakukan ini padaku?"
Denis hanya diam mendengar pertanyaan dari Nabila. Ia enggan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
karena tak kunjung mendapat jawaban, Nabila memilih berdiri dan pergi dari tempat itu. Dia pergi tanpa melihat dan mengucapkan apapun pada Denis. Denispun tak melarangnya untuk pergi.
Sepanjang perjalanan dari Restoran ke kantor, dia terus menunduk. Sesekali dia mengusap air matanya yang sudah menetes yang tak mampu lagi ditahannya.
_____________
selamat membaca, semoga kalian suka 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Dasar orang kaya sombong 😠😠😠
2021-01-02
0
astri rory ashari
aisghhh main paksa pake ngancam2 kaya preman aja di Dennis...dia pikir dg kekuasaan dan kekayaannya bisa meluluhkan Nabila...g segampang itu fergusoooo....Nabila itu beda sama cewe lainnya...g ngerti maunya apa si Dennis ini...🤔😁
2020-11-01
0
Nietta Harry
lelaki arogan...dipikir pernikahan itu permainan...seenaknya aja maksa nabila tuk ngajak nikah...tanpa penjelasan😏😏
2020-10-29
3