"Bagaimana Nab, apa kamu menerimaku?", kata Denis penuh pengharapan.
Nabila masih memandang lekat ke arah maminya, kemudian menatap sayu ke arah Denis. Denis pun memandang Nabila dengan pandangan lembut, tidak seperti biasanya yang dingin dan memendam kemarahan.
"Nabila, mami tau kamu sudah besar. Sudah bisa memilih mana yang baik untuk dirimu. Yakinlah dengan kata hatimu", ucap mami Elsa sembari membelai lebut kepala putrinya.
"Iya, aku menerimamu", jawab Nabila pelan.
Dua orang yang bersama Nabila saat itu, menyunggingkan senyum bahagia. Kemudian, Denis mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya. Dibukanya kotak itu, kemudian diarahkan ke arah Nabila.
"Ambilah ini, ini sebuah bukti pengikat hubungan kita", kata Denis.
Mami Elsa tahu Nabila tidak akan mengambil sendiri benda itu, karena dia cukup tau bagaimana sifat anaknya yang tak suka dengan benda-benda semacam itu.
Mami Elsa kemudian berinisiatif mengambilnya dan memasangkan ke jari putrinya. Setelah itu mami memberikan wejangan-wejangan kepada mereka berdua, terutama Denis.
"Nak Denis, ini adalah awal kami memberikan tanggung jawab kamu untuk menjaga putri saya, sebelum nanti kamu akan mengambil alih sepenuhnya tanggung jawab itu dalam suatu pernikahan. Selama ini dia selalu menjaga kami berdua, dia banyak berkorban untuk kebahagiaan saya dan adiknya. Bahkan dia yang selalu menyemangati kami berdua disaat-saat sulit ketika suami saya meninggalkan kami begitu saja, hingga kita bisa bangkit seperti ini. Tolong benar-benar jaga dia, kami sangat mencintai dia", kata mami dengan mata yang berkaca - kaca dan terus memandangi wajah putrinya.
Denis yang mendengar kata-kata mami hanya tertunduk. Dalam hatinya yang sangat dalam, ada sebuah perasaan bersalah atas keputusannya ini. Namun perasaan bersalah itu coba dipendamnya karena tidak mau perasaan bersalah itu akan membuatnya mengubah rencananya.
Egois memang, tapi demi apapun ia tidak ingin pesaing-pesaing papanya akan memanfaatkan keberadaan Nabila untuk menghancurkan perusahaan yang telah dibangun papanya dengan susah payah. Dia berharap dengan menjadikan Nabila selalu berada di sisinya, itu akan mencegah kemungkinan-kemungkinan buruk itu terjadi.
"Insya Allah, saya akan menjaganya tante", ucapan Denis membuat mami tersenyum lega.
"Tante, saya minta izin juga untuk menikahi Nabila secepatnya", ujar Denis yang membuat kedua wanita itu kaget.
Belum sempat kedua wanita itu menjawab, Denis melanjutkan kata-katanya, "Saya ingin menikahi Nabila minggu depan"
"Apa tidak terlalu cepat, nak Denis", kata mami.
"Ini sudah saya fikirkan matang-matang tante. Saya akan menyiapkan semua kebutuhannya, jadi tante tidak perlu repot. Kita buat acara yang sederhana saja tan. Mama papa besok jg tidak bisa datang, karena papa masih harus berobat di Jerman. Tapi saya janji, setelah menikah, saya akan segera mengajak Nabila bertemu mama papa disana"
"Bagaimana sayang, kamu setuju?" Tanya mami
kepada Nabila
"terserah mami saja", jawab Nabila.
"*Baiklah, nak Denis, tante setuju"
"Terimakasih tante*", ucap Denis senang.
Ketika dirasa pembicaraan selesai, Denis sudah berpamitan pulang, namun kepulangannya ia tunda karena melihat kondisi di dalam rumah yang begitu sangat sibuk.
Beberapa orang nampak mondar -mandir keluar masuk rumah membawa tumpukan roti dalam tas kresek besar. Kemudian Fendi mengikat kresek-kresek itu kuat-kuat di motornya.
"Fen, mau dibawa kemana kue-kue itu? ", pertanyaan Denis mengagetkan Fendi yang sedang fokus dengan pekerjaannya.
"Ke pemesannya kak", sahut Fendi tanpa melihat lawan bicaranya.
"Biar kuantar pakai mobil aja, ayo!", balas Denis
Fendi menghentikan pekerjaannya, ditengok nya maminya yang ada di belakang Denis. Maminya menganggukan kepala, tanda menerima tawaran Denis.
Denis dan Fendi segera memasukkan roti-roti ke dalam mobil. Setelah semua roti masuk, mereka segera berangkat. Fendi tak lupa mengajak kakaknya yang memilih duduk di kursi penumpang sedangkan dia di sebelah Denis.
Setelah mengantar roti, mobil berbalik menuju ke arah pulang. Sepanjang perjalanan, di dalam mobil tampak sunyi. Hingga Fendi membuka obrolan.
"Kak Denis, kenapa terburu-buru ingin menikahi kak Nabila? Apa kak Nabila hamil?", tanya Fendi dengan serius.
Nabila yang mendengar ucapan Fendi refleks melotot ke arah adiknya yang sempat menengok kearahnya.
Sementara Denis, yang mendengar ucapan Fendi tertawa keras. Kemudian berkata, "Sebegitu burukkahnya kakakmu dimatamu hingga kamu sampai berpikiran seperti itu?", kemudian tertawa lagi.
"Diam! Apanya yang lucu", bentak Nabila, membuat Denis langsung terdiam dan fokus menyetir.
"Dan kau, apa kakakmu seburuk itu dimatamu? Tidak mungkin kakak menyerahkan kehormatan kakak kepada yang bukan berhak, meskipun kakak mencintainya, apalagi kepada orang lain yang sama sekali tidak kakak cintai", ucap Nabila tegas sambil menatap adiknya yang hanya diam menundukkan kepala.
"Maaf kak, aku tadi hanya bercanda", kata Fendi sambil menatap kakaknya dengan wajah penyesalan. Nabila hanya mengangguk mendengarkan ucapan adiknya.
Fendi mengalihkan pandangan ke arah depan. Kemudian dia berucap " Kak Nabila adalah orang yang sangat kucintai setelah mami. Jangan sekali-kali kakak menyakitinya, karena aku akan membalas jauh lebih sakit. Jika suatu hari nanti kak Denis sudah tidak menginginkannya, kembalikan dia pada kami jangan sakiti dia"
Denis menganggukkan kepalanya kemudian menepuk pundak Fendi beberapa kali setelah mendengarkan ucapan Fendi. Sedangkan Nabila matanya berkaca-kaca, tidak menyangka adiknya bisa sedewasa itu.
__________
Biar author lebih semangat nulisnya, jangan lupa dukungannya ya. boleh like, komen, atau vote. terimakasih ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Mirna Herfia
lanjut
2020-12-03
0
astri rory ashari
wait..wait..wait...demi Bisnis???? Ohmaigat ..Ke' gimana nikah hanya demi urusan bisnis...gada cinta,sayang2an nikah macam apa iniiii....gw erosi...ehh emosi😡
2020-11-01
0
Nietta Harry
jahat sekali dennis klo alasan dia menikahi nabila krn persaingan dlm bisnis...kasian nabila😣
2020-10-29
3