Denis menundukkan kepalanya, kemudian mengambil nafas dan membuangnya dengan kasar.
"Emmm, Tante bolehkah saya melamar anak tante?"
Mami Elsa terkesiap dengan perkataan yang di ucapkan Denis. Di tatapnya mata pria itu, mencoba mencari-cari kebohongan di sana. Namun tak ia dapatkan. Kemudian dia tersenyum tulus.
"*Nak Denis, saya yakin kamu adalah pria yang baik. Tante bisa melihat keseriusanmu. Tidak mungkin hanya dengan waktu yang singkat mengenal putri tante, kemudian kamu melamarnya bukan mengajaknya pacaran, jika kau bukan pria yang baik."
"Nabila adalah anak yang baik, tentu saja tante berharap dia juga dapat pasangan yang baik pula. Tapi maaf nak, tante tidak bisa memutuskannya sekarang. Tante harus meminta persetujuan Nabila karena dia yang akan menjalani semuanya."
"Baik tan, saya akan menunggunya. Apapun keputusan Nabila akan saya terima*."
Tidak lama kemudian Denis pamit untuk pulang. Mami Elsa mengantarnya sampai ke depan gang. Sambil berjalan beriringan mereka berbincang ringan.
" Tante saya pulang dulu ya, dalam waktu dekat saya akan datang lagi", senyumnya kemudian mencium punggung tangan mami Elsa.
"Tante tunggu kedatanganmu nak, semoga Nabila memberi keputusan yang baik", tersenyum tulus sambil mengusap punggung Denis.
Denis masuk ke dalam mobil, setelah Arsyad membuka pintu mobilnya. Mobil segera melaju ke arah tengah kota.
Arsyad melihat wajah bossnya dari kaca spion dalam, nampak kusut. Dia penasaran dengan apa yang terjadi pada bossnya , tapi dia urungkan untuk menanyakan sebabnya.
" Kita kembali ke kantor atau langsung ke apartemen boss?" Tanyanya sambil melirik spion yang ada di depannya.
"Antarkan aku ke rumah mama, aku ingin beristirahat di sana", Denis menyandarkan kepalanya ke kursi mobil dan memejamkan kedua matanya.
Arsyad hanya menjawabnya dengan anggukan.
*******
Setelah membantu maminya mencuci piring bekas makan malam, Nabila hendak kembali ke kamarnya. Namun permintaan maminya membuatnya mengurungkan niatannya masuk kedalam kamar.
" Nab, ayo ikut mami sebentar ke kamar mami!" sambil membuka pintu kemudian duduk selonjoran di atas kasur.
Nabila mengikuti maminya masuk ke dalam kamar dan naik ke atas kasur itu. Dia memijat lembut kaki maminya.
"Mami kangen pijatanku ya?", tertawa kecil sambil terus memijat.
" *Sayang, Denis itu baik ya."
"Denis siapa mi*?", Nabila mengerutkan dahinya
" Itu teman kantormu"
Nabila mencoba mengingat-ingat nama teman kantornya yang bernama Denis.
"*Nggak ada mi kayaknya teman kantorku yang namanya Denis. Ada juga wakil presdir yang baru yang namanya Denis."
"Iya dia kayaknya, yang orangnya tinggi dan ganteng itu loh, sayang."
"Klo Denis yang itu sih bukan baik, tapi nyebelin, super nye_be_lin. Emang mami habis ketemu dia dimana? Apa dia habis ke toko*?"
Mami hanya menggeleng.
"*Terus?!"
"Tadi siang dia kesini, kerumah ini, ketemu mami."
"Hah....kesini mau ngapain dia? Ada urusan apa ketemu mami*?" Nabila kaget. Dia menghentikan pijatannya dan memandang mamanya dengan penuh tanda tanya.
"Dia ke sini tadi untuk melamar kamu, sayang", mengelus punggung tangan putrinya berlahan.
Refleks Nabila mencubit ringan kaki maminya, "ihhhhh.....Mami bercandanya nggak lucu".
" Mami nggak bercanda sayang, beneran tadi nak Denis kesini untuk melamar kamu", sambil memegangi dagu putrinya.
"Kok bisa, aku juga nggak terlalu kenal sama dia", Nabila nampak bingung dan jengkel.
Maminya hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya.
" *Terus mami bilang apa?"
"Ya mami bilang saja kalau mami belum bisa ngasih ke putusan, harus nunggu keputusanmu dulu, kan kamu yang akan menjalani."
"Harusnya mami tolak aja, lagian mami kan tau aku belum mau nikah, aku mau ngebahagiain mami dan nguliahin Fendi sampai lulus dulu*"
"*Sayang, usiamu sudah 25 tahun. Usia segitu seharusnya sudah berumah tangga. Mami sudah semakin tua, juga sudah pengen gendong cucu"
"Kata siapa mami belum bahagia? Mami selalu bahagia bersama kalian dan kamu tetap bisa nguliahin Fandi samapai lulus meski kamu sudah menikah*"
Nabila terdiam mendengarkan ucapan maminya. Rasa-rasanya apa yang diucapkan maminya semuanya benar adanya. Diapun pamit dari kamar maminya dan kembali masuk ke kamarnya.
Waktu sudah hampir tengah malam namun mata Nabila masih sulit untuk dipejamkan. Badannya berguling kekanan kekiri. pikirannya sedang kemana-mana. Pembicaraannya dengan maminya malam tadi sangat mengganggu pikirannya saat ini.
____________________
Terimakasih yang sudah mau mampir dan baca novel ini 🤗
**Author akan berusaha bisa update tiap hari. Tapi jika tidak bisa, author usahakan update double di update berikutnya
Selamat membaca**^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
astri rory ashari
Jangan cepet2 di iyain lho Nabil...lu kan blum tau pribadi Si Dennis...ntar Psycopat lagi..😊
lagian kalo si Dennis curiga sama Nabila jd mata2 perusahaan lain y g perlu di nikahi...nikah itu urusannya dg perasahaan bukan perusahaan ...gitu aja g tau payah lu Niss😁😂
2020-11-01
0
Lestari Ratnawati
semangat author 👍
2020-09-27
1
Syala Yaya (IG @syalayaya)
Lanjut thorr
2020-09-09
1