Ayana dan Handi tiba bersamaan di kantor.
"Yana." Panggil Handi.
Ayana menoleh. Namun, saat itu juga dia bersin. Rupanya di terkena flu.
"Kamu masih sakit? Kenapa kerja. Harusnya kamu tetap istirahat di rumah." Celoteh Handi yang mempercayai cutinya Ayana kemarin karena sakit.
"Hanya flu biasa kok, Han." Ucap Ayana ramah.
"Benaran?" Tanya Handi memastikan.
Ayana mengangguk yakin. Handi percaya saja, meski sebenarnya dia tidak yakin Ayana baik baik saja.
"Pak Farraz juga nggak masuk kerja kemarin." Tutur Handi.
"O ya?" Tanya Ayana santai.
"Mmh. Aku yakin dia berantam sama kekasihnya. Bahkan malam itu mereka nggak jadi tunangan." Lanjut Handi menjelaskan.
'Kamu akan terkejut, jika tahu penyebab pertunangan itu gagal.' Ucap Ayana dalam hati.
Mereka terus melangkah, hingga tiba di lift. Dan saat pintu lift terbuka, rupanya disana ada Elsa.
"Elsa!"
Ayana tidak menyangka akan segera bertemu Elsa secepat itu.
"Aku mau bicara berdua sama mbak Ayana." Ucapnya.
Sebentar Ayana menoleh pada Handi, seakan dia hendak meminta persetujuan dari Handi. Maka dengan berat hati, Handi mengangguk.
"Baiklah." Jawab Ayana.
Elsa keluar dari lift. Dia melangkah menuju mobilnya. Ayana mengikuti di belakangnya.
"Mbak Ayana yang bawa mobilnya." Menyerahkan kunci mobil pada Ayana.
Saat Elsa sudah masuk ke dalam mobil, Ayana malah menggerakkan bibirnya seakan memaki kesal pada Elsa.
"Bisa cepat nggak, sih?" Ucap Elsa mengejutkan Ayana yang sibuk memaki dalam hati.
Dia pun segera masuk ke mobil dan menjalankan mobil. Mereka menuju cafe terdekat dari kantor. Itu juga saran dari Elsa.
"Kemarin kenapa mbak Ayana tidak masuk kerja?" Tanya Elsa mulai mengintrogasi, padahal mereka masih di mobil.
"Sengaja libur. Karena kelelahan setelah bekerja keras mempersiapkan acara ulangtahun pak Farraz." Jawabnya santai.
Elsa tidak peecaya, Ayana bisa menjawab dengan sangat tenang.
'Berarti benar, mbak Ayana tidak bersama Farraz malam itu.' Batinnya.
"Lalu, kenapa Farraz tidak masuk kerja?"
"Loh, kok kamu nanya sama saya? Bukannya kalian liburan bersama, ya?" Ayana balik bertanya.
Mendengar pernyataan itu, membuat semua kecurigaannya pada Ayana sirna. Ayana benar benar menjawab dengan santai, cepat dan tanpa ragu. Biasanya itu jawaban dari seseorang yang sedang berkata jujur.
"Jadi kecurigaanku benar benar salah." Ucap Elsa pelan.
Mendengar itu membuat Ayana menoleh. Melihat ekspresi sedih diwajah Elsa membuatnya iba.
'Maafkan aku Elsa. Aku juga tidak pernah membayangkan akan bernasib seperti ini.' Ujarnya dalam hati.
"Aku sangat mencintai Farraz, mbak. Aku rasa dia juga mencintaiku. Dan seperti yang mbak Ayana tahu, malam itu harusnya kami bertunangan. Tapi, Farraz malah menghilang tiba tiba." Tuturnya dengan suara mengiba.
"Loh, kalian tidak jadi tunangan? Padahal aku sudah memberikan cincin itu pada pak Farraz, loh." Ucap Ayana
Ayana benar benar terdengar sangat alami saat bicara. Dia bicara seakan memang tidak tahu apa yang terjadi. Dia terdengar bicara sangat jujur.
"Farraz tiba tiba menghilang, mbak. Dia bilang mau kebelakang sebentar. Tapi, dia tidak kembali untuk waktu yang lama. Lalu, tiba tiba Kokom mengatakan, Farraz sangat mengantuk dan ingin tidur sebentar saja. Mendengar itu, hatiku sakit. Bagaimana mungkin dia mengantuk di hari bahagia yang sudah kami nantikan selama ini." Tuturnya dengan mata berkaca kaca.
Hati Ayana ikut merasa sedih. Rasanya dia tidak tega melihat Elsa tersakiti seperti itu. Memang Elsa bukan siapa siapa baginya. Tapi, tetap saja sebagai sesama perempuan Ayana dapat memahami apa yang dirasakan Elsa. Tapi, apa boleh buat, Ayana tidak mungkin mengakui bahwa Farraz sudah menikah dengannya.
"Mbak, kita putar balik. Sebaiknya mbak langsung ke kantor. Aku mau pulang saja, lagian nanti siang aku ada syuting iklan juga." Ucapnya tiba tiba.
Dengan tanpa bertanya lagi, Ayana segera memutar arah mobil dan langsung kembali ke kantor.
...🍀🍀🍀...
"Ayana, keruangan saya sekarang!" Ucap Farraz yang baru tiba di kantor.
Tanpa menjawab, Ayana langsung bergegas menuju ruangan Farraz.
"Ini jadwal pak Farraz untuk minggu ini." Ayana meletakkan Ipad di atas meja Farraz.
"Good." Memeriksa jadwalnya yang sudah disusun rapi oleh Ayana seperti biasa.
"Berarti, kita ada pertemuan dengan klien di luar siang ini, kan?"
"Iya, pak." Jawab Ayana singkat.
"Kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan, jadi persiakan semuanya." Perintahnya.
"Baik, pak."
Farraz mendongak untuk menatap ekspresi wajah Ayana. Tadinya dia kira Ayana masih marah karena kejadian tadi pagi. Tapi, ternyata wajah Ayana terlihat tenang seperti biasa. Dia memang sangat profesional dalam bekerja dan sangat pandai memisah masalah pribadi dan pekerjaan.
"Saya suka profesionalitasmu." Pujinya.
"Terimakasih, pak Farraz. Jika tidak ada yang ingin dibahas lagi, izinkan saya kembali ke tempat saya." Ucapnya.
"Silahkan." Menunjuk arah pintu keluar.
Ayana sedikit menundukkan kepalanya, lalu dia melangkah mundur sebanyak tiga langkah, barulah berbalik arah dan melangkah keluar dari ruangan itu.
"Sepertinya dia sudah tidak marah." Ucap Farraz tersenyum senang tanpa alasan yang jelas.
Dan Ayana kini mengecek kembali beberapa file yang nantikan akan dijadikan bahan pembahasan dengan Klien. Dia memeriksa dengan sangat teliti.
"Mbak, ada yang ingin bertemu dengan mbak Ayana." Terdengar suara di sambungan suara otomatis yang ada di meja kerja Ayana.
"Atas nama siapa?" Tanya Ayana.
"Namanya Fikri."
Sebenatar Ayana mencoba berpikir, apakah dia mengenal Fikri.
"Lihat ID card nya." Ucap Ayana.
"Fikri Ehsan." Resepsionis itu menatap wajah pria gagah didepannya saat membaca nama di ID card miliknya.
"Antarkan dia segera ke ruangan saya." Sahut Ayana cepat.
"Baik, mbak." Tersenyum pada Fikri.
"Mari saya antar, pak Fikri." Ucapnya sopan. Karena dia sudah tahu, tamunya itu adalah putra sulung dari pemilik perusahaan ini.
Untuk tiba di tempat Ayana, mereka harus menaiki lift. Maklum ruangan Ayana dan Farraz terletak di lantai 12.
"Kamu mengenal saya?" Tanya Fikri pada resepsionis cantik itu.
"Maafkan saya, pak Fikri. saya baru bekerja di sini." Ucapnya dengan terus menunduk.
"Spertinya kamu hanya mengenalku sebagai kakak dari atasanmu. Baiklah, aku perkenalkan diri." Mengulurkan tangan pada resepsionis cantik itu.
"Saya Fikri, seorang novelist." Mengedipkan matanya.
Dengan ragu Resepsionis itu menyambut uluran tangan Fikri. "Saya Dewi." Ucapnya sambil tersenyum malu malu.
"Hai Dewi. Kamu cantik sekali." Rayuan Fikri akan membuat semua wanita jatuh hati padanya.
"Pak Fikri juga sangat gagah." Dewi pun memujinya.
Lalu, dengan tanpa pikir panjang Fikri memberikan Handphone miliknya pada Dewi.
"Tulis nomormu. Aku akan segera menelpon." Rayu Fikri.
Dengan cepat Dewi menulis nomornya di handphone Fikri. Betapa dia merasa sangat beruntung berkenalan dengan pria segagah Fikri.
Ting…
Pintu lift terbuka. Sebelum keluar dari sana, Fikri mendekatkan mulutnya ke telinga Dewi. Dia membisikkan sesuatu yang membuat wajah Dewi merona.
"Bye Dewi." Melambaikan tangan seiring dengan tertutup kembali pintu lift.
Begitu pintu lift tertutup rapat, Fikri pun langsung melangkah dan memasuki sebuah ruangan besar. Di awal dia menemukan ruangan yang berdinding kaca. Disana ada lima orang karyawan yang sedang fokus bekerja. Lalu, Fikri melangkah lagi, barulah menemukan pintu kaca yang besar. Dari kejauhan dia sudah melihat Ayana.
"Adik ipar yang sangat menggoda." Ucapnya sambil terus melangkah mendekati Ayana.
'Harusnya dia menjadi milikku, bukan Farraz.' Gumamnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
bhunshin
wah si Fikri buaya cap kaki tiga🤣🤣🤣🤣
2024-07-08
0
Is Wanthi
buaya sedang mendarat, entah apa yg akan dilakukan
2023-08-19
1
Sulaiman Efendy
ABANG IPAR MLH INGIN JDI PEBINOR..
2023-06-06
0