Langkah Handi tampak lesu. Dia masih merasa kesal karena kegagalannya memberikan sarapan pagi untuk Ayana.
"Pak Handi!" Sapa Asistennya saat melihat kedatangan Handi.
"Iya. Ada hal penting apa?" Tanya Handi dengan suara lesu.
"Pak Farraz sudah menunggu di ruangan anda, pak." Jelasnya.
Mendengar itu membuat raut wajah lesu itu berubah menjadi gaduh. Dengan bergegas dia masuk ke rungannya untuk menemui Farraz.
"Pak Farraz, maaf membuat pak Farraz menunggu lama." Sapanya.
Handi ikut duduk di sofa yang menghadap langsung pada Farraz.
"Bagaimana lokasinya?" Bertanya tentang proyek.
"Sangat strategis dan juga masih sangat asri. Dan sangat dekat dengan pemukiman kumuh pemulung." Jelasnya.
"Loh, apa pembangunan itu tidak mengganggu lahan mereka?" Tanya Farraz khawatir.
"Tentu tidak. Pak Farraz tidak usah khawatir. Rencananya, klien juga akan membuka penampungan sampah organik dan non organik di dekat pemukiman itu. Agar sampah sampah yang mereka kutip tidak berserakan sembarangan. Sekalian, bisa mensejahterakan pemulung juga. Dia berjanji akan membayar harga mahal dari tempat penampungan sampah lainnya." Ujar Handi menjelaskan.
"Syukurlah. Harusnya memang seperti itu. Saat kita membangun sebuah usaha, kita juga harus mempertimbangkan keadaan orang orang bawah. Jangan hanya bertindak semaunya dan menindas mereka mereka yang kurang beruntung." Ucapnya merasa lega.
Inilah salah satu alasan Handi bertahan di perusahaan ini. Meski Farraz terkenal pemarah dan juga dingin, tapi sebenarnya dia punya jiwa kemanusiaan yang adil dan beradab. Sungguh seorang yang sangat dermawan. Meski terkadang menyebalkan.
"Bentar saya pesankan minuman dulu…"
"Tidak usah. Saya tidak lama." Ujarnya cepat.
Sengaja untuk menghentikan Handi yang ingin meminta asistennya membuatkan minum untuknya.
"Saya ingin meminta bantuan dari pak Handi." Sambungnya.
Handi kembali duduk dan menatap serius pada Farraz.
"Bantuan seperti apa, kira kira?" Tanya Handi penasaran.
"Kamu tahu tentang proyek saya di singapur?"
"Tahu, pak. Apa ada masalah?" Tebaknya asal.
"Bukan. Tidak ada masalah apapun." Tegasnya.
"Lalu?" Handi semakin penasaran.
"Proyeknya akan dimulai awal minggu depan. Sementara, saya harus hadir di acara rutin tahunan perusahaan. Jadi, saya tidak bisa ke Singapur untuk mengurus proyek itu." Jelasnya.
"Jadi, masud pak Farraz…" Menatap serius pada Farraz.
"Kamu harus ke Singapur menggantikan saya. Hanya lima belas hari saja kok di sana. Semua administrasinya tanggung jawab perusahaan. Kamu hanya tinggal datang ke sana. Temui klien dan berdiskusi tentang hal yang diinginkannya dalam proyek ini." Tuturnya.
Sebentar Handi terdiam. Dia merasa belum pantas untuk menggantikan Farraz pergi ke Singapur mengurus proyek besar tersebut. Karena, tujuh tahun bekerja di perusahaan ini, Handi hanya mengurus proyek dalam Negeri saja. Belum pernah sekalipun mengerjakan proyek luar Negeri.
"Waduh, saya belum punya cukup pengalaman untuk hal itu, pak Farraz. Alangkah lebih baiknya, bapak cari orang lain saja. Jangan saya." Tolaknya.
"Tapi, satu satunya yang saya percayakan untuk mengurus proyek ini, ya kamu Handi."
Dia terlihat berpikir keras. Antara mau menerima dan menolak tawaran itu.
"Baik saya mau. Tapi, kirimkan satu teman lainnya untuk ikut bersama saya, pak." Mengajukan persyaratan.
"Tentu. Saya sudah memikirkan tentang itu." Jawabnya sambil tersenyum.
"Siapa teman saya, pak?" Penasaran.
Farraz menghela napas, lalu dia tersenyum. "Ayana Yunita. Dia akan menemani kamu ke Singapur untuk mengerjakan proyek ini."
Padahal Farraz belum mengatakan apa apa pada Ayana. Dan belum tentu juga Ayana setuju dengan ide nya mengirim mereka berdua ke Singapur.
"Ayana? Saya akan pergi ke Singapur bersama Ayana?" Ucap Handi hampir berteriak kegirangan.
Senyum bahagianya bahkan sulit untuk disembunyikan dari Farraz.
"Pak Handi sepertinya sangat senang bisa pergi berdua dengan Ayana." Mulai menyelidik.
Mendengar peryataan itu, membuat Handi berusaha mengembalikan mimik wajahnya yang sangat jelas tersenyum bahagia.
"Sepertinya kalian punya hubungan khusus!" Farraz mulai menerka.
"Tidak ada pak. Hanya sekedar rekan kerja saja." Kilahnya.
Memang mereka hanya rekan kok. Handi memang menyukai Ayana. Tapi, Ayana belum tentu menyukainya juga. Jadi, kesimpulannya, hubungan mereka saat ini memang hanya sebatas rekan kerja.
"Tidak usah takut atau malu untuk mengakui hubungan kalian. Karena tidak ada aturan yang melarang untuk memilki hubungan pribadi antara karyawan. Semuanya bebas kok." Menjelaskan.
"Sebenarnya, hanya saya yang memiliki perasaan khusus untuk Ayana." Ungkap Handi pada akhirnya.
"Lalu, bagaimana dengan Ayana?" Selidiknya lagi.
"Sepertinya dia hanya menganggap saya sebatas rekan kerja saja." Ucapnya sedih.
"Apa Ayana sangat menarik perhatian pak Handi?" Penasaran.
"Bukan hanya saya yang tertarik pada Ayana, pak. Kecantikan dan juga kebaikannya membuat banyak karyawan di sini meliriknya. Dia menjadi bahan perbincangan karyawan. Mereka menganggap Ayana sebagai dewi keberuntungan mereka." Jelas Handi.
Apa yang dikatakan Handi benar adanya. Ayana memang dikagumi oleh banyak karyawan di perusahaan. Hanya saja, karena posisi Ayana yang jauh diatas dan tepat berada di samping bos, membuat mereka takut untuk sekedar menyapa Ayana.
"Sebegitu menariknyakah Ayana manurut kalian?" Ucapnya sinis, lengkap dengan ekspresi wajahnya yang tidak mengindahkan kekaguman Handi dan karyawannya terhadap seorang Ayana yang sudah tua dan pernah janda itu.
"Ayana sangat sederhana dan baik hati. Hal itu membuat semua orang yang berada disekitarnya merasa nyaman." Ucap Handi menegaskan.
Dia tahu Farraz tidak begitu menyukai Ayana, karena hanya satu yang dia suka dari Ayana, yaitu kinerjanya yang tidak pernah membuatnya kecewa.
"Lanjutkan tugas pak Handi kembali. Saya akan mendiskusikan tentang permintaan saya barusan pada Ayana." Ucapnya berpamitan.
Handi mengangguk setuju. Lalu dia mempersilahkan Farraz keluar dari ruangannya.
Begitu Farraz tiba di depan lift, pintu lift itu terbuka. Rupanya, disana ada Putri dan Irma yang baru turun dari lantai dua belas. Mereka diberitahu, kalau Farraz ada di lantai sebelas.
"Mama!" Serunya agak kaget.
Irma hanya tersenyum simpul, dia merasa bersalah karena membawa Putri bersamanya.
"Farraz. I miss you." Putri langsung memeluk Farraz.
Irma merengut tidak suka melihat Putri memeluk Farraz. Tapi, mau bagaimana lagi, dia harus tetap menjaga rahasia bahwa Farraz sudah menikah.
"Putri lepaasss… Ini di kantor." Melepaskan diri dari pelukan Putri.
"Aku tahu ini kantor. Tapi aku kangen kamu, Raz. Kenapa sih kamu selalu menghindar dariku." Celotehnya marah marah.
"Aku sudah pernah bilang, kan? Aku punya kekasih." Ucap Farras menegaskan.
"Aku tidak peduli. Karena, pada akhirnya kamu harus menikahiku. Jika tidak ingin terjadi hal buruk pada Faress Crupt." Ancamnya.
Mendengar ancaman itu membuat dahi Farraz berkerut, matanya menatap kesal pada Putri.
"Lebih baik kamu pergi dari sini, sebelum aku benar benar marah." Gertak Farraz.
"Apa? Kamu mau pukul aku? Pukul, pukul, ayo pukul?" Mendekatkan wajahnya pada Farraz.
Irma tersenyun sinis melihat kelakuan Putri. Dia baru tahu Putri ternyata seposesif itu demi mendapatkan Farraz.
"Ma, bawa dia keluar dari sini." Menarik pergelangan tangan Putri dan mamanya bersamaan.
Farraz membawa mereka masuk ke lift dan menekan tombol untuk menuju lantai dasar.
"Lepas, sakit!" Teriaknya sambil berontak meminta agar Faraz melepas pergelangan tangannya.
"Raz, lepas. Kasihan Putri, tangannya sakit." Ucap Irma sedikit memohon pada Farraz.
Segera saja Farraz menghempaskan tangan Putri, sehingga dia merengek manja pada Irma. Dia mengadu dan memperlihatkan pergelangan tangannya yang memerah karena cekalan tangan Farraz terlalu kuat tadinya.
"Tante tiup ya. Aduh, kasiannya Putri kesakitan." Irma meniup pergelangan tangan Putri dengan lembut.
Dan Farraz menatap kesal pada dua wanita itu. Yang satu memaksa untuk menikah dengannya, dan yang satu malah menghancurkan rencana pertunangannya dengan kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
fatmah nolly
gini nih yg bikin cetitanya jadi gak menarik
2023-01-11
1
Ayu tri utami Neng
Hedewwwww 🤨🧐
2022-06-07
1