Pagi itu Ayana mendapat omelan dari kakaknya, karena kabar pernikahan yang terkesan tiba tiba.
"Kenapa tidak memberitahu mbak dari jauh hari. Kamu kan tahu, mas Amir sangat sibuk. Nggak mungkin mbak pulang sama anak anak. Mas Amir juga nggak akan ngasih mbak izin, dek." Celoteh Maurin.
Ayana hanya terdiam. Dia bingung mau menjelaskan apa pada kakaknya itu.
"Tunda dulu pernikahannya sampai akhir pekan." Sahut Amir mendekatkan wajahnya ke layar ipad, sehingga bisa dilihat oleh Ayana.
"Nggak bisa, mas. Pernikahannya harus hari ini juga." Jawab Ayana lesu.
"Apa kamu dipaksa?" Tanya Amir curiga.
"Tidak, mas. Pernikahan ini atas dasar cinta kok." Kilahnya.
"Lalu mengapa harus menikah terburu buru begitu?" Amir tidak percaya pada Ayana.
"Karena, Farraz akan sangat sibuk nantinya. Jadi, hanya hari ini dia punya waktu." Jelas Ayana terbata bata.
Sebentar Amir diam. Dia merasa ada yang aneh pada adik iparnya itu. Tidak biasanya Ayana menjelaskan sesuatu dengan terbata bata, jika yang dikatakannya adalah kebenaran. Dia semakin yakin, ada yang disembunyikan Ayana darinya dan Maurin.
"Tidak apa jika kalian tidak bisa pulang. Doakan saja, agar pernikahannya lancar. Lagian, kami menikah langsung di KUA kok. Karena adek kan tidak punya wali nikah. Nggak seperti pernikahan sebelumnya, karena waktu itu masih ada Om Herman, adiknya Bapak. Sekarang om Herman sudah bersama Bapak." Ungkapnya dengan suara serak menahan perasaan sedih.
Setelah mengatakan itu, Ayana langsung mengakhiri pembicaraan itu dengan kakaknya yang tinggal dan menetap di negeri Jiran Malaysia.
Tok, tok, tok…
Kokom mengetuk pintu kamar tamu tempat Ayana saat ini.
"Iya, sebentar." Sahut Ayana.
Dia melangkah untuk membuka pintu kamar.
"Non Ayana dipanggil nyonya." Ucap Kokom.
"Mmh…"
Ayana pun mengikuti langkah Kokom menuju ruang keluarga. Disana sudah kumpul kakak kakak Farraz, Nyonya Irma, Tuan Ehsan dan juga Farraz tentunya.
"Ini calon adik iparku, Ma?" Tanya Via, dan langsung mendapat anggukan dari mamanya.
"Cantik sekali." Sapa Via yang langsung menghampiri Ayana.
"Tapi cocokan jadi pendampingku deh, ma, pa." Ujar Fikri yang juga tertarik pada Ayana.
"Sayangnya, dia akan menikah denganku." Ujar Farraz sinis.
Fikri mengangkat bahunya sambil tersenyum tidak percaya pada apa yang Farraz ucapkan.
'Benar banget, secara usia sih aku lebih cocok sama mas Fikri. Tapi, mendengar isu kalau mas Fikri adalah duda yang ganas dan hanya menganggap wanita sebagai mainan…' Ayana melirik Farraz. 'Lebih baik dengan tuan Jelangkung aja, deh.' Gumamnya dalam hati.
"Tidak usah dengarkan Fikri. Kamu cocok kok bersama Farraz." Ucap Via mencoba menghibur Ayana.
'Wanita pintar, baik dan cantik seperti mbak Via saja diceraikan suaminya. Jadi, pantaslah wanita sepertiku juga diceraikan.' Gumam Ayana dalam hati.
"Ayana, bagaimana dengan kakakmu? Apa mereka merestui pernikahan kalian? Apa mereka akan pulang ke Jakarta hari ini?" Tanya Irma.
"Mereka mendoakan dari jauh saja Nyonya. Mereka tidak bisa pulang hari ini, kecuali pernikahan ini di undur hingga akhir pekan." Jelas Ayana.
"Oh tidak bisa. Kalian harus menikah hari ini juga." Tegasnya.
Ehsan, Via, Fikri dan Farraz hanya bisa menggeleng mendengar ucapan Irma yang sama sekali tidak goyah dengan permintaan kakak Ayana. Dia tetap akan menikahkan Farraz dan Ayana hari ini juga.
"Dan satu lagi… jangan panggil nyonya. Tapi, panggil mama." Sambungnya.
...🍀🍀🍀...
Setelah menunggu hampir tiga jam, akhirnya keluarga Farraz dan Ayana pun di minta untuk segera menemui pihak KUA yang mendapat tugas untuk menikahkan Farraz dan Ayana. Tiga jam penantian tadi, adalah proses pengajuan surat surat untuk pernikahan mereka.
Begitu tiba di tempat yang telah disediakan, Ayana duduk berdampingan dengan Farraz di kursi yang berhadapan langsung dengan penghulu nikah mereka. Dan tepat di samping kiri dan kanan pak penghulu, sudah ada saksi untuk pernikahan.
"Karena semua sudah siap, ada baiknya saya akan segera menikahkahkan saudara Farraz dengan saudari Ayana." Ucap pak penghulu yang ditunjuk untuk menjadi wali nikah dari KUA.
Dia pun mulai menyampaikan beberapa hal kepada Ayana, Farraz dan keluarga tentang hal hal yang berhubungan dengan pernikahan itu. Lalu dilanjutkan dengan berbagai prosedur sebelum akad diucapkan.
Farraz dan Ayana hanya diam dengan beribu pikiran dalam kepala mereka. Sehingga saat tangan Farraz menjabat tangan bapak penghulu itu terasa bergetar dan berpeluh.
"Saudara Farraz, apakah anda siap untuk menikahi Ayana Yunita?" Tanya pak penghulu.
Farraz tidak langsung menjawab. Dia benar benar tidak bisa berpikir jernih. 'Haruskah aku menikahinya. Tapi, aku tidak mencintainya sama sekali.' Pikirnya.
"Saudara Farraz Ehsan, apakah saudara bersedia meni…"
"Iya saya bersedia." Jawab Farraz memotong ucapan pak KUA.
Semua orang diruangan itu merasa lega dan bahagia, karena Farraz bersedia menikahi Ayana. Namun, lain dengan Ayana yang malah merasa sangat tertekan dan agak sedih karena harus menikah dengan laki laki yang tidak mencintainya.
'Ya Allah, semoga ini menjadi pernikahan terakhirku. Dulu aku menikahi lelaki yang mengaku sangat mencintaiku, tapi setelah hidup bersama, dia malah membenciku dan akhirnya menceraikan aku. Sekarang, aku dinikahi lelaki yang sudah jelas tidak mencintaiku. Bantulah aku untuk ikhlas, kuat dan sabar demi mempertahankan pernikahan ini, ya Allah.' Ayana berdoa dalam hati.
"Bagaimana saksi?" Tanya pak penghulu saat Farraz sudah selesai mengucapkan akad nikah.
"Sah." Jawab para saksi serentak.
Mata Ayana berkaca kaca mendengar kata sah. Hatinya berkecamuk dengan segala rasa yang bercampur menjadi satu, sehingga membuat air matanya terdorong keluar dari pelupuk mata.
Sementara Farraz hanya menghela napas lega. Tapi, ekspresi wajahnya tidak bisa berbohong, bahwa dia sangat terpaksa dengan semua ini.
Dan setelah doa selesai dilantunkan, Ayana dan Farraz pun menandatangani berkas berkas nikah mereka, untuk kemudian diproses dan dikeluarkan dalam bentuk buku nikah.
"Untuk buku nikahnya, akan selesai paling lama dua minggu. Nanti, kami dari pihak KUA akan langsung menghubungi saudara Farraz, apa bila bukunya sudah selesai di cetak." Jelas pak penghulu.
"Baik pak. Terimakasih." Ucap Farraz menyalami para petugas KUA yang membantu pernikahannya.
Sedangkan Irma dan Via langsung memeluk Ayana. Mereka memberikan ucapan selamat kepada keluarga baru mereka itu.
"Akhinya aku punya teman. Selamat datang Ayana, adik iparku." Via memeluk Ayana.
"Terimakasih, mbak." Ucap Ayana sambil menghapus air matanya.
"Menantu mama kenapa sedih? Harusnya bahagia dong sayang. Ingat, mulai saat ini kamu punya mama. Kamu bisa ceritakan apa saja sama mama." Kini giliran Irma yang memeluk Ayana.
"Kamu tenang saja, tidak akan papa biarkan Farraz menyakiti menantu papa." Ujar Ehsan ikut mencoba menenangkan Ayana agar tidak berlarut dalam kesedihannya.
"Dan, kalau Farraz menyakiti adik ipar cantikku ini… maka aku akan merebutmu darinya." Fikri ikut menimpali.
Plakk…
Tangan Ehsan mendarat di punggung Fikri.
"Kok papa mukul aku?" Merintih kesakitan.
"Kurangi merayu wanita. Rayuan gombalmu itu sudah basi." Bentak Papa agak kesal pada Fikri, karena telah menceraikan wanita baik, menantu kesayangan mama dan papanya.
Melihat ekspresi merintih Fikri membuat Ayana tersenyum. Lalu, Fikripun berlanjut memperlihatkan tingkah konyolnya dan berhasil membuat Ayana tertawa. Irma, Via dan Ehsan pun ikut tertawa bersama Ayana.
Farraz melihat hal itu dari kejauhan. Sudut bibirnya juga ikut terangkat membentuk senyuman, meski sangat tipis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
bhunshin
jalangkung jalangse datang tak diundang pulang tak diantar huaaaaaa🤣🤣🤣🤣
2024-07-08
0
Is Wanthi
☹️☹️☹️
2023-08-19
1
Nurliana Saragih
Gak pa2 Ayana, walaupun dia si Tuan Jelangkung,lama2 dia bakalan klepek-klepek sama mu nanti.
2022-12-07
1