Bab 17 Hari yang sibuk.

Sejak tadi Ayana sudah sibuk mempersiapkan beberapa bahan untuk rapat bersama tim perencanaan dan pengembangan. Sangking sibuknya, dia bahkan tidak sadar ada satu kotak sarapan dari Handi untuknya.

Handi meletakkan kotak sarapan itu pagi tadi sebelum Ayana tiba di kantor. Sengaja dia menaruh kotak sarapan itu disana tanpa menunggu kedatangan Ayana terlebih dahulu ataupun meminta Nurul untuk memberitahukan kepada Ayana tentang itu. Karena, dia harus segera menuju lokasi tempat pembangunan proyek sekolah gratis untuk bertemu dengan klien. Sedangkan Ayana, harus memimpin rapat bersma tim untuk proyek lama yang baru mendapat persetujuan dari pihak manajemen klien.

"Mbak Ayana, rapatnya sudah akan dimulai." Panggil Nurul.

"Iya, bentar saya nyusul." Sahut Ayana yang semakin cekatan memeriksa file file itu.

"Good. Semoga tidak ada kesalahan hari ini. Aamiin." Ucapnya.

Lalu, Ayana pun bergegeas menuju ruang rapat tim yang juga masih di lantai yang sama. Hanya saja, letak ruangan rapat itu berada disudut nun jauh disana.

Disaat Ayana dan tim sedang rapat, Farraz juga sibuk memeriksa dan memahami kembali file file proyek yang akan segera dikerjakan. Dan proyek itu adalah kerjasama dengan seorang klien yang ada di Singapur. Proyeknya merupakan pembangunan hotel bintang lima. Pengerjaannya akan dimulai awal minggu depan. Itu artinya, tinggal beberapa hari lagi.

Pengerjaan proyek yang tinggal beberapa hari lagi itu malah bertabrakan dengan jadwal rutinan wajib perusahaan yang harus dilakukan oleh Direktur Utama.

"Terpaksa proyek ini harus aku berikan pada Handi. Karena dia yang paling handal dengan proyek seperti ini." Gumamnya, bicara sendiri.

Tidak perlu menunggu lama, Farraz pun bergegas menuju ruangan Handi yang berada di lantai sebelas. Kemudian, setibanya di sana, Farraz langsung menanyakan keberadaan Handi pada Asisten Handi yang berada di depan ruangan Handi.

"Selamat pagi, pak Farraz. Ada yang bisa saya bantu?" Sapanya sopan.

"Pagi. Pak Handinya ada?" Tanya Farraz ramah.

"Pak Handi sedang diluar. Beliau ada pertemuan dengan klien." Jelasnya.

"O, gitu ya!" Ucap Farraz.

Dia tidak langsung pergi. Tapi malah memeriksa jam dipergelangan tangannya. Lalu sebentar dia mengetuk ngetuk meja asisten itu menggunakan ujung kukunya.

"Kira kira, dia akan kembali kapan?" Tanya Farraz kemudian.

Sebentar dia memeriksa jadwal Handi di komputernya.

"Sepertinya akan kembali dalam waktu kurang dari lima belas menit lagi, pak." Jelasnya.

"Mmh, boleh saya menunggu di ruangannya?"

"Tentu. Silahkan langsung masuk, pak. Pintu ruangan pak Handi tidak dikunci." Ujarnya ramah sambil melangkah untuk membukakan pintu itu.

"Thank you." Farraz tersenyum senang.

Dia pun masuk ke ruangan Handi yang juga cukup luas, meski tidak seluas ruangannya. Kakinya terus melangkah hingga tiba di meja kerja Handi. Di sana ada bingkai foto dirinya dengan ibunya. Lalu, ada sepasang aksesoris kunci dengan huruf A&H.

"Ayana dan Handi." Ucap Farraz sambil meraih aksesoris itu.

"Mmh, rupanya mereka punya hubungan khusus." Tebaknya.

Farraz meletakkan aksesoris itu kembali ke tempat semula. Kemudian dia duduk di sofa empuk yang tersedia di ruangan itu. Sofa yang memang digunakan untuk mengobrol dengan tamu, klien ataupun untuk rapat kecil bersama tim.

Disaat Farraz sedang menunggu Handi di ruagannya. Ayana sedang mempresentasikan beberapa ide untuk proyek bersama tim perencanaan dan pengembangan.

"Bagaimana ketua Tim? Apa mungkin ada yang tidak anda setujui dari ide saya?" Tanya Ayana setelah selesai presentasi.

"Saya rasa, ide mbak Ayana sangat menarik dan membuat saya tertantang untuk segera mengerjakan proyek ini." Jawab wanita cantik yang merupakan ketua Tim.

"Ok. Jika memang begitu, saya rasa rapat pagi ini cukup sampai disini. Jika nanti ada keraguan, atau hal lainnya boleh tanyakan langsung sama saya ataupun ketua Tim kita, Arumi Anindita." Ayana mengakhiri rapat itu.

Semua anggota rapat, segera membereskan meja mereka dan langsung keluar dari ruangan itu. Hingga kini yang tersisa hanya Ayana dan Arumi.

"Mbak Yana benar benar keren." Mengacungkan dua jempol pada Ayana.

"Aah, kamu bisa aja. Kamu juga keren kok, Rumi." Mengacungkan satu jempol untuk Arumi.

"Nanti makan siang bareng, yuk!" Ajak Arumi.

"Nggak bisa Rumi. Aku ada meeting sama pak Farraz." Ucapnya sedih.

"Mmh, mbak Yana sibuk terus. Giliran nggak sibuk, malah makan siang sama pak Handi." Ujarnya merajuk.

Melihat raut wajah iba Rumi, membuat Ayana tersenyum gemas. Sehingga, membuatnya mencubit kedua pipi Arumi.

"Iiihhh, sakit tau." Protes Arumi mencoba melepaskan diri.

"Bagaimana kalau sekarang saja kita pergi makan." Ajak Ayana.

"Sekarang?" Tanya Arumi tidak percaya Ayana mengajaknya untuk pergi makan saat masih jam kantor.

"Iya, sekarang. Sebelum meetingnya dimulai." Jelasnya.

Ayana kini membereskan file file yang berantakan. Lalu dia menarik tangan Rumi yang masih tidak percaya Ayana akan mengajaknya pergi makan.

"Entah mengapa perutku terasa sangat lapar saat ini." Ungkap Ayana.

"Bukannya mbak Yana cuma makan dua kali sehari. Siang sama malam, kan?"

"Iya. Kenapa?" Tanya Yana asal.

"Ini malahan belum sampai pukul sepuluh . Kok mbak sudah merasa lapar?" Tanya Rumi bingung.

Karena memang biasanya, Ayana baru akan merasa lapar saat sudah pukul sebelas lewat.

"Mungkin karena terlalu banyak bicara saat rapat tadi. Aku sepertinya kehabisan energi." Ucapnya berpura pura lemah.

"Baiklah, mari kita cari makan." Teriak Arumi semangat.

Merekapun segera menuju lantai dasar dan akan langsung pergi menuju warung pecel lele di seberang jalan tepat di depan gedung perusahaan. Dan untuk sampai disana, hanya cukup berjalan kaki menyeberangi jalan raya saja.

Namun, saat tiba di lobi. Mereka berpapasan dengan Handi yang baru saja kembali dari pertemuannya dengan klien.

"Yana? Mau kemana?" Panggil Handi saat melihat Ayana dan Arumi keluar dari lift.

"Eh pak Handi. Sudah selesai meetingnya?" Sapa Arumi.

"Hai Rumi. Iya nih baru selesai meetingnya." Jawabnya ramah.

"Kalian mau kemana?" Handi mengulang lagi pertanyaannya yang belum terjawab.

"Mau makan." Jawab Ayana singkat.

"Makan apa jam segini?" Tanya Handi heran.

Karena memang tidak biasanya Ayana makan pada saat saat pukul sepuluh pagi.

"Entahlah, tiba tiba saja saya merasa sangat lapar." Ucap Ayana agak lesu dan malu.

'Apa Ayana tidak menemukan kotak sarapan yang aku taruh di mejanya, ya?' Pikir Handi.

"Pak Handi mau ikut?" Tanya Arumi yang berhasil membuat Handi sadar dari lamunannya.

"Mmh, nggak deh. Soalnya saya masih banyak kerjaan." Melirik pada Ayana yang sejak tadi hanya tersenyum.

"Baiklah. Kalau begitu. Yuk, kita berangkat, mbak Ayana." Ajak Arumi.

"Bye…" Ucap Ayana pelan saat melewati Handi.

Handi membalasnya dengan senyuman. Dia sebenarnya merasa kesal karena sarapan yang dibelikan khusus untuk Ayana tidak tersampaikan.

"Salahku memang. Kenapa tidak menitipkan pada Nurul, ataupun ditaruh langsung didepan komputer. Pasti Ayana akan menemukannya." Rutuknya memaki kekonyolan dirinya sendiri.

Terpopuler

Comments

Ayu tri utami Neng

Ayu tri utami Neng

makan tu cemburu

2022-06-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Seperti Jelangkung.
2 Bab 2 Janda Mes um.
3 Bab 3 Black Card.
4 Bab 4 Memilih gaun pesta.
5 Bab 5 Gaun Mama.
6 Bab 6 Jebakan
7 Bab 7 Syarat Menikah.
8 Bab 8 Menikah (Sah)
9 Bab 9 Disangka Pocong
10 Bab 10 Sebenci itukah?
11 Bab 11 Profesionalitas
12 Bab 12 Pertikaian
13 Bab 13 Gombalan Handi
14 Bab 14 Rasa Sakit.
15 Bab 15 Membohongi Mama
16 Bab 16 Harus 'Dara'
17 Bab 17 Hari yang sibuk.
18 Bab 18 Rekan Kerja.
19 Bab 19 Sasaran amarah Farraz 1
20 Bab 20 Sasaran amarah Farraz 2
21 Bab 21 Tangisan Ayana
22 Bab 22 Benci atau Cemburu
23 Bab 23 'Sorry'
24 Bab 24 Jadilah Sahabatku.
25 Bab 25 Bunuh diri.
26 Bab 26 Tidak bisa lebih.
27 Bab 27 Malam panas.
28 Bab 28 Rencana masa depan.
29 Bab 29 Liburan
30 Bab 30 Semakin jatuh padamu.
31 Bab 31 Bukan milikku.
32 Bab 32 Apa aku keterlaluan?
33 Bab 33 Takut, Sedih dan Terluka.
34 Bab 34 Maafkan aku, Handi.
35 Bab 35 Aku akan membunuhmu.
36 Bab 36 Aku akan bertahan.
37 Bab 37 Bocah tengik.
38 Bab 38 Ternyata...
39 Bab 39 Mulai perhatian.
40 Bab 40 Hanya kamu.
41 Bab 41 Kehilangan Mama.
42 Bab 42 Pemakaman.
43 Bab 43 Membujuk Ayana.
44 Bab 44 Bisik bisik tetangga.
45 Bab 45 Bantuan teman lama.
46 Bab 46 Maafkan Mama.
47 Bab 47 Resto Favorit.
48 Bab 48 Menguping
49 Bab 49 Ternyata, Suamiku mencintaiku.
50 Bab 50 Sebenarnya, aku istri dia.
51 Bab 51 Gejolak Rindu
52 Bab 52 Kamu milikku!
53 Bab 53 Hari yang sibuk.
54 Bab 54 Laparnya sekarang bukan nanti.
55 Bab 55 Ayam geprek sambal ijo.
56 Bab 56 Panas dan Nikmat.
57 Bab 57 Lagi dan lagi.
58 Bab 58 Sekretaris baru.
59 Bab 59 Ternyata Handi penyebabnya.
60 Bab 60 Perpisahan Ayana
61 Bab 61 Pesta Pernikahan
62 Bab 62 PCOS
63 Bab 63 Tidak berani bilang...
64 Bab 64 Pola hidup sehat (diet)
65 Bab 65 Mengubah pola pikir.
66 Bab 66 Handi calon suami Via
67 Bab 67 Pernikahan Handi & Via.
68 Bab 68 Menahan.
69 Bab 69 Curhatan Via
70 Bab 70 Malam pertama Via dan Handi
71 Bab 71 Telat 9 hari
72 Bab 72 Tes kehamilan.
73 Bab 73 Cek kandungan.
74 Bab 74 Bumil bar bar
75 Bab 75 Rayuan Ayana.
76 Bab 76 Danil dan Aria
77 Bab 77 Ikan mas.
78 Bab 78 Ngobrol santai
79 Bab 79 Ayana dan Suci
80 Bab 80 Kematian Suci
81 Bab 81 Happy together
82 Bab 82 Happy Ending.
83 Bonus (bab) Kisah Suci dan bayinya.
84 Bonus (bab) Kehancuran Danil.
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1 Seperti Jelangkung.
2
Bab 2 Janda Mes um.
3
Bab 3 Black Card.
4
Bab 4 Memilih gaun pesta.
5
Bab 5 Gaun Mama.
6
Bab 6 Jebakan
7
Bab 7 Syarat Menikah.
8
Bab 8 Menikah (Sah)
9
Bab 9 Disangka Pocong
10
Bab 10 Sebenci itukah?
11
Bab 11 Profesionalitas
12
Bab 12 Pertikaian
13
Bab 13 Gombalan Handi
14
Bab 14 Rasa Sakit.
15
Bab 15 Membohongi Mama
16
Bab 16 Harus 'Dara'
17
Bab 17 Hari yang sibuk.
18
Bab 18 Rekan Kerja.
19
Bab 19 Sasaran amarah Farraz 1
20
Bab 20 Sasaran amarah Farraz 2
21
Bab 21 Tangisan Ayana
22
Bab 22 Benci atau Cemburu
23
Bab 23 'Sorry'
24
Bab 24 Jadilah Sahabatku.
25
Bab 25 Bunuh diri.
26
Bab 26 Tidak bisa lebih.
27
Bab 27 Malam panas.
28
Bab 28 Rencana masa depan.
29
Bab 29 Liburan
30
Bab 30 Semakin jatuh padamu.
31
Bab 31 Bukan milikku.
32
Bab 32 Apa aku keterlaluan?
33
Bab 33 Takut, Sedih dan Terluka.
34
Bab 34 Maafkan aku, Handi.
35
Bab 35 Aku akan membunuhmu.
36
Bab 36 Aku akan bertahan.
37
Bab 37 Bocah tengik.
38
Bab 38 Ternyata...
39
Bab 39 Mulai perhatian.
40
Bab 40 Hanya kamu.
41
Bab 41 Kehilangan Mama.
42
Bab 42 Pemakaman.
43
Bab 43 Membujuk Ayana.
44
Bab 44 Bisik bisik tetangga.
45
Bab 45 Bantuan teman lama.
46
Bab 46 Maafkan Mama.
47
Bab 47 Resto Favorit.
48
Bab 48 Menguping
49
Bab 49 Ternyata, Suamiku mencintaiku.
50
Bab 50 Sebenarnya, aku istri dia.
51
Bab 51 Gejolak Rindu
52
Bab 52 Kamu milikku!
53
Bab 53 Hari yang sibuk.
54
Bab 54 Laparnya sekarang bukan nanti.
55
Bab 55 Ayam geprek sambal ijo.
56
Bab 56 Panas dan Nikmat.
57
Bab 57 Lagi dan lagi.
58
Bab 58 Sekretaris baru.
59
Bab 59 Ternyata Handi penyebabnya.
60
Bab 60 Perpisahan Ayana
61
Bab 61 Pesta Pernikahan
62
Bab 62 PCOS
63
Bab 63 Tidak berani bilang...
64
Bab 64 Pola hidup sehat (diet)
65
Bab 65 Mengubah pola pikir.
66
Bab 66 Handi calon suami Via
67
Bab 67 Pernikahan Handi & Via.
68
Bab 68 Menahan.
69
Bab 69 Curhatan Via
70
Bab 70 Malam pertama Via dan Handi
71
Bab 71 Telat 9 hari
72
Bab 72 Tes kehamilan.
73
Bab 73 Cek kandungan.
74
Bab 74 Bumil bar bar
75
Bab 75 Rayuan Ayana.
76
Bab 76 Danil dan Aria
77
Bab 77 Ikan mas.
78
Bab 78 Ngobrol santai
79
Bab 79 Ayana dan Suci
80
Bab 80 Kematian Suci
81
Bab 81 Happy together
82
Bab 82 Happy Ending.
83
Bonus (bab) Kisah Suci dan bayinya.
84
Bonus (bab) Kehancuran Danil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!