Sejak tadi Ayana sudah sibuk mempersiapkan beberapa bahan untuk rapat bersama tim perencanaan dan pengembangan. Sangking sibuknya, dia bahkan tidak sadar ada satu kotak sarapan dari Handi untuknya.
Handi meletakkan kotak sarapan itu pagi tadi sebelum Ayana tiba di kantor. Sengaja dia menaruh kotak sarapan itu disana tanpa menunggu kedatangan Ayana terlebih dahulu ataupun meminta Nurul untuk memberitahukan kepada Ayana tentang itu. Karena, dia harus segera menuju lokasi tempat pembangunan proyek sekolah gratis untuk bertemu dengan klien. Sedangkan Ayana, harus memimpin rapat bersma tim untuk proyek lama yang baru mendapat persetujuan dari pihak manajemen klien.
"Mbak Ayana, rapatnya sudah akan dimulai." Panggil Nurul.
"Iya, bentar saya nyusul." Sahut Ayana yang semakin cekatan memeriksa file file itu.
"Good. Semoga tidak ada kesalahan hari ini. Aamiin." Ucapnya.
Lalu, Ayana pun bergegeas menuju ruang rapat tim yang juga masih di lantai yang sama. Hanya saja, letak ruangan rapat itu berada disudut nun jauh disana.
Disaat Ayana dan tim sedang rapat, Farraz juga sibuk memeriksa dan memahami kembali file file proyek yang akan segera dikerjakan. Dan proyek itu adalah kerjasama dengan seorang klien yang ada di Singapur. Proyeknya merupakan pembangunan hotel bintang lima. Pengerjaannya akan dimulai awal minggu depan. Itu artinya, tinggal beberapa hari lagi.
Pengerjaan proyek yang tinggal beberapa hari lagi itu malah bertabrakan dengan jadwal rutinan wajib perusahaan yang harus dilakukan oleh Direktur Utama.
"Terpaksa proyek ini harus aku berikan pada Handi. Karena dia yang paling handal dengan proyek seperti ini." Gumamnya, bicara sendiri.
Tidak perlu menunggu lama, Farraz pun bergegas menuju ruangan Handi yang berada di lantai sebelas. Kemudian, setibanya di sana, Farraz langsung menanyakan keberadaan Handi pada Asisten Handi yang berada di depan ruangan Handi.
"Selamat pagi, pak Farraz. Ada yang bisa saya bantu?" Sapanya sopan.
"Pagi. Pak Handinya ada?" Tanya Farraz ramah.
"Pak Handi sedang diluar. Beliau ada pertemuan dengan klien." Jelasnya.
"O, gitu ya!" Ucap Farraz.
Dia tidak langsung pergi. Tapi malah memeriksa jam dipergelangan tangannya. Lalu sebentar dia mengetuk ngetuk meja asisten itu menggunakan ujung kukunya.
"Kira kira, dia akan kembali kapan?" Tanya Farraz kemudian.
Sebentar dia memeriksa jadwal Handi di komputernya.
"Sepertinya akan kembali dalam waktu kurang dari lima belas menit lagi, pak." Jelasnya.
"Mmh, boleh saya menunggu di ruangannya?"
"Tentu. Silahkan langsung masuk, pak. Pintu ruangan pak Handi tidak dikunci." Ujarnya ramah sambil melangkah untuk membukakan pintu itu.
"Thank you." Farraz tersenyum senang.
Dia pun masuk ke ruangan Handi yang juga cukup luas, meski tidak seluas ruangannya. Kakinya terus melangkah hingga tiba di meja kerja Handi. Di sana ada bingkai foto dirinya dengan ibunya. Lalu, ada sepasang aksesoris kunci dengan huruf A&H.
"Ayana dan Handi." Ucap Farraz sambil meraih aksesoris itu.
"Mmh, rupanya mereka punya hubungan khusus." Tebaknya.
Farraz meletakkan aksesoris itu kembali ke tempat semula. Kemudian dia duduk di sofa empuk yang tersedia di ruangan itu. Sofa yang memang digunakan untuk mengobrol dengan tamu, klien ataupun untuk rapat kecil bersama tim.
Disaat Farraz sedang menunggu Handi di ruagannya. Ayana sedang mempresentasikan beberapa ide untuk proyek bersama tim perencanaan dan pengembangan.
"Bagaimana ketua Tim? Apa mungkin ada yang tidak anda setujui dari ide saya?" Tanya Ayana setelah selesai presentasi.
"Saya rasa, ide mbak Ayana sangat menarik dan membuat saya tertantang untuk segera mengerjakan proyek ini." Jawab wanita cantik yang merupakan ketua Tim.
"Ok. Jika memang begitu, saya rasa rapat pagi ini cukup sampai disini. Jika nanti ada keraguan, atau hal lainnya boleh tanyakan langsung sama saya ataupun ketua Tim kita, Arumi Anindita." Ayana mengakhiri rapat itu.
Semua anggota rapat, segera membereskan meja mereka dan langsung keluar dari ruangan itu. Hingga kini yang tersisa hanya Ayana dan Arumi.
"Mbak Yana benar benar keren." Mengacungkan dua jempol pada Ayana.
"Aah, kamu bisa aja. Kamu juga keren kok, Rumi." Mengacungkan satu jempol untuk Arumi.
"Nanti makan siang bareng, yuk!" Ajak Arumi.
"Nggak bisa Rumi. Aku ada meeting sama pak Farraz." Ucapnya sedih.
"Mmh, mbak Yana sibuk terus. Giliran nggak sibuk, malah makan siang sama pak Handi." Ujarnya merajuk.
Melihat raut wajah iba Rumi, membuat Ayana tersenyum gemas. Sehingga, membuatnya mencubit kedua pipi Arumi.
"Iiihhh, sakit tau." Protes Arumi mencoba melepaskan diri.
"Bagaimana kalau sekarang saja kita pergi makan." Ajak Ayana.
"Sekarang?" Tanya Arumi tidak percaya Ayana mengajaknya untuk pergi makan saat masih jam kantor.
"Iya, sekarang. Sebelum meetingnya dimulai." Jelasnya.
Ayana kini membereskan file file yang berantakan. Lalu dia menarik tangan Rumi yang masih tidak percaya Ayana akan mengajaknya pergi makan.
"Entah mengapa perutku terasa sangat lapar saat ini." Ungkap Ayana.
"Bukannya mbak Yana cuma makan dua kali sehari. Siang sama malam, kan?"
"Iya. Kenapa?" Tanya Yana asal.
"Ini malahan belum sampai pukul sepuluh . Kok mbak sudah merasa lapar?" Tanya Rumi bingung.
Karena memang biasanya, Ayana baru akan merasa lapar saat sudah pukul sebelas lewat.
"Mungkin karena terlalu banyak bicara saat rapat tadi. Aku sepertinya kehabisan energi." Ucapnya berpura pura lemah.
"Baiklah, mari kita cari makan." Teriak Arumi semangat.
Merekapun segera menuju lantai dasar dan akan langsung pergi menuju warung pecel lele di seberang jalan tepat di depan gedung perusahaan. Dan untuk sampai disana, hanya cukup berjalan kaki menyeberangi jalan raya saja.
Namun, saat tiba di lobi. Mereka berpapasan dengan Handi yang baru saja kembali dari pertemuannya dengan klien.
"Yana? Mau kemana?" Panggil Handi saat melihat Ayana dan Arumi keluar dari lift.
"Eh pak Handi. Sudah selesai meetingnya?" Sapa Arumi.
"Hai Rumi. Iya nih baru selesai meetingnya." Jawabnya ramah.
"Kalian mau kemana?" Handi mengulang lagi pertanyaannya yang belum terjawab.
"Mau makan." Jawab Ayana singkat.
"Makan apa jam segini?" Tanya Handi heran.
Karena memang tidak biasanya Ayana makan pada saat saat pukul sepuluh pagi.
"Entahlah, tiba tiba saja saya merasa sangat lapar." Ucap Ayana agak lesu dan malu.
'Apa Ayana tidak menemukan kotak sarapan yang aku taruh di mejanya, ya?' Pikir Handi.
"Pak Handi mau ikut?" Tanya Arumi yang berhasil membuat Handi sadar dari lamunannya.
"Mmh, nggak deh. Soalnya saya masih banyak kerjaan." Melirik pada Ayana yang sejak tadi hanya tersenyum.
"Baiklah. Kalau begitu. Yuk, kita berangkat, mbak Ayana." Ajak Arumi.
"Bye…" Ucap Ayana pelan saat melewati Handi.
Handi membalasnya dengan senyuman. Dia sebenarnya merasa kesal karena sarapan yang dibelikan khusus untuk Ayana tidak tersampaikan.
"Salahku memang. Kenapa tidak menitipkan pada Nurul, ataupun ditaruh langsung didepan komputer. Pasti Ayana akan menemukannya." Rutuknya memaki kekonyolan dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Ayu tri utami Neng
makan tu cemburu
2022-06-07
1