Pagi pagi sekali Ayana sudah tiba di kantor. Dia sudah menyelesaikan jadwal mingguan Direktur untuk minggu ini.
"Selesai juga akhirnya..." Ucapnya senang.
Sekarang tinggal memberitahukan jadwal tersebut kepada Atasannya, tentang kesesuaian jadwal tersebut dengan kegiatannya minggu ini.
"Mbak Ayana, tolong cek laporan ini sebentar. Kemarin saya perbaiki. Apa sudah betul atau masih ada yang harus diperbaiki lagi." Tanya Nurul salah satu Karyawan juga di perusahaan ini.
"Ok. Sini saya periksa." Dia mengambil file laporan di tangan Nurul.
Sebentar Ayana membalik lembar demi lembar. Matanya sangat fokus memeriksa laporan tersebut sampai sampai tidak mengetahui Farraz sudah tiba di kantor.
Nurul hendak menyapa, tapi dengan cepat Farraz meletakkan telunjuk dibibirnya. Isyarat agar Nurul tetap diam dan tidak mengganggu konsentrasi Ayana. Nurul pun mengangguk paham.
Farraz melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya. Dia bahkan membuka pintu ruangannya dengan sangat pelan. Dan sebenarnya, dia bersikap seperti itu bukan karena takut mengganggu konsentrasi Ayana. Tapi, dia malu karena datang kesiangan hari ini. Sebab, setiap kali Ayana telat semenit saja dia sudah memarahi Ayana dan membandingkan dengan dirinya yang tidak pernah telat.
Kembali pada Ayana. Dia sudah selesai memeriksa laporan yang diberikan Nurul.
"Ini sudah cukup, bagus. Tapi, masih ada sedikit kesalahan di penulisan tanggal. Jadi, kamu benar benar harus hati hati saat menulis tanggal. Jangan sampai keliru." Jelas Ayana.
"Terimakasih, mbak. Saya akan lebih teliti lagi." Jawab Nurul semangat.
Ayana tersenyum senang. Kemudian, setelah Nurul pergi, Ayana pun menarik napas dalam dalam, lalu dia melangkah menuju ruangan Farraz untuk membacakan susunan jadwal minggu ini yang sempat berantakan.
Tok, tok, tok…
"Masuk!" Seru Farraz dari dalam.
Ayana langsung membuka pintu ruangan pak bos nya itu. Dia pun langsung melangkah dengan pasti mendekat ke meja kerja Farraz.
"Ini jadwal mingguan yang sudah saya perbaiki, Pak." Meletakkan tablet mini diatas meja Farraz.
Sementara Farraz duduk membelakangi Ayana. Hingga Ayana bingung, dengan apa yang sedang dilakukan Farraz. Dia terlihat seperti sedang melakukan sesuatu yang aneh. Tangannya bergerak cepat naik turun.
Mata Ayana melotot tidak percaya dengan apa yang sudah terlintas dalam pikirannya. 'Sadar Ayana, kamu hanya salah paham.' Ucapnya dalam hati sambil menampar pelan kedua pipinya sendiri.
"Kamu selalu tepat waktu, Ayana."
Farraz memutar kursinya agar bisa duduk dengan semestinya. Dan saat Farraz berbalik, Ayana langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Melihat tingkah Ayana membuat Farraz mengerutkan dahinya.
"Kamu kenapa, Ayana?" Dia bertanya.
Ayana hanya menggeleng kuat, tanpa melepas kedua telapak tangan yang menutupi wajahnya.
Sebentar Farraz melihat keadaan dirinya yang baik baik saja. Kemudian dia teringat kegiatan yang barusan dilakukannya saat membelakangi Ayana.
Sudut bibirnya terangkat, lalu dia memegangi dasinya. "Apa yang kamu pikirkan, Ayana?"
Farraz bertanya dengan suara khasnya yang serak dan sangat menunjukkan keperkasaannya. Hal itu membuat Ayana bertambah takut untuk membuka matanya.
"Dasar janda mes um." Ucap Farraz.
Plakk…
Sebuah file tipis mengenai ubun ubun Ayana.
"Awwkhh…" Rintih Ayana yang langsung memegangi bagian kepalanya yang terkena pukul.
"Kenapa anda memukul saya, pak Farraz Ehsan?" Bentak Ayana tidak terima diperlakukan seperti itu.
"Kepala kamu yang penuh dengan pikiran kotor itu perlu dipukul, supaya sadar." Jawab Farraz dengan santainya.
Ayana menelan ludah menahan luapan kekesalannya karena dikatai janda mes um dan juga mempunyai pikiran yang kotor.
"Tadi saya membenarkan dasi saya, yang terikat sangat kencang. Saya berusaha melepas ikatan yang terlalu kencang itu. Paham kamu?" Dia menjelaskan.
Mendengar penjelasan itu membuat Ayana menundukkan kepalanya. Dia malu. Rupanya memang pikirannya yang sudah kotor dipagi hari.
Sebentar Farraz memeriksa jadwal yang ada ditablet mini itu.
"Ini sudah ok. Aku suka." Mengangguk senang.
"Kamu boleh keluar dari ruangan saya." Perintahnya tanpa menatap lagi wajah Ayana yang tampak murung.
...🍀🍀🍀...
Kini Ayana terkulai lemah duduk di kursinya. Matanya tidak fokus menatap layar komputer. Tumpukan file yang harus di periksanya masih sisa beberapa.
"Aaagggrrr…"
Dia kesal dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia berpikir yang macam macam di pagi hari yang indah. 'Apakah karena aku sudah terlalu lama menjanda?' Pikirnya.
Kakinya bergerak seperti kejang, diikuti oleh tangannya yang tidak berhenti mengusak kepalanya yang terbungkus jilbab itu. Sungguh pemandangan yang sangat tragis.
'Bisa bisanya mulut kotornya itu mengataiku janda mes um!" Jeritnya dalam hati, dengan posisi masih seperti tadi.
Tap, tap, tap…
Suara langkah seseorang semakin mendekat pada Ayana. Tapi, dia tidak peduli. Saat ini dia benar benar tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Tap, tap, tap…
Langkah itu berhenti tepat di depan meja Ayana. Pemilik langkah itu tersenyum geli melihat tingkah Ayana.
"Eehhem…" Dia berdehem.
Mendengar suara itu membuat Ayana terperanjat kaget. Dia pun langsung memperbaiki duduknya dan merapikan jilbabnya yang agak berantakan karena ulahnya beberapa detik yang lalu.
"Pak Handi! Ada yang bisa saya bantu?" Sapanya dengan sedikit menunduk.
Pria yang ternyata bernama Handi itu, tersenyum. Dia selalu senang saat melihat dan mendengar suara lembut Ayana.
"Pak Farraz ada?"
"Ada, pak. Silahkan langsung keruangan beliau." Jawab Ayana.
Handi mengangguk, lalu dia melangkah menuju ruangan Farraz.
Sedangkan Ayana buru buru berlari ke toilet. Dia ingin melihat keadaan dirinya didepan cermin.
"Ya ampun Ayana…" Dia berteriak dengan suara tertahan.
Melihat penampilannya yang sangat berantakan, membuatnya merasa malu membanyangkan saat saat Handi melihat keadaan dirinya yang seperti itu.
"Kenapa harus pak Handi sih yang melihatku?" Rutuknya kesal.
Dengan segera dia merapikan jilbab dan juga menambah sedikit bedak di pipinya. Lalu, setelah merasa kembali rapi dan fresh, Ayana pun kembali ke meja kerjanya yang terletak tepat di depan ruangan Direktur Utama Faress Crupt.
Sesaat setelah Ayana duduk di kursinya, Handi pun keluar dari ruangan Farraz. Dan Ayana berdiri untuk memberi hormat pada Handi.
"Aku dengar, hari ini pak Farraz ada janjian makan siang dengan kekasihnya." Bisik Handi yang membuat Ayana terkejut.
"Maksud pak Handi, apa ya?" Menjauhkan dirinya dari wajah Handi yang terlalu dekat.
"Ya, maksudnya... Bagaimana kalau kita makan siang bareng siang ini?" Ucap Handi.
Sebentar Ayana terdiam. "Boleh." Ucapnya sambil tersenyum.
'Yes. Akhirnya…' Ucap Handi dalam hati.
Betapa Handi bahagia, karena akhirnya berkesempatan untuk makan siang bersama Ayana. Wanita yang sudah dikatsirnya sejak awal Ayana bekerja di perusahaan ini.
"Aku tunggu kamu di lobi. See you." Handi melangkah pergi dengan perasaan yang berbunga bunga.
Sementara Ayana hanya menggeleng tidak yakin setelah menerima ajakan Handi. Ayana tahu Handi menyukainya bahkan saat Ayana masih gadis jauh sebelum Ayana menjadi janda. Setelah menjada dia mengira Handi tidak akan menyukainya lagi. Tapi, tebakannya salah. Handi malah bertambah menyukainya lebih dari sebelumnya.
"Handi saja masih kecantol sama janda mes um ini wahai… Farraz Ehsan berhati batu." Ujarnya sambil menatap tajam kearah pintu ruangan Farraz.
BANTU AUTHOR.
LIKE, KOMEN DAN JUGA FAV CERITA INI. 😍😄
AGAR THOR LEBIH SEMANGAT LAGI UNTUK RAJIN UP.👌💪
TERIMAKASIH.🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Is Wanthi
Faraz kalo ngomong gak pake basa basi,to the poin aja, putri sama Ayana yg jadi korban,,
2023-08-19
1
Fay
Bagus ceritanya
2022-11-12
1