Handi dan Ayana sudah dalam perjalanan untuk makan siang. Tapi, mereka belum menentukan akan makan kemana. Sebenarnya Ayana punya saran, hanya saja melihat Handi yang sejak tadi diam, membuatnya malas mengutarakan keinginannnya.
"Kita mau makan dimana, Yana?" Tanya Handi pada akhirnya.
"Kalau ayam penyet, mau nggak?" Ujarnya Ragu.
"Ayam penyet?" Ulang Handi.
"Iya. Kenapa? Pak Handi nggak suka makanan seperti itu, ya?"
"Saya suka. Kita ke ayam penyet, ok."
Handi melajukan mobilnya menuju ayam penyet yang enak dan sering dibicarakan orang orang. Mungkin Ayana akan suka.
"Kalau pak Handi tidak suka, kita ke resto aja, pak. Nggak apa apa kok." Sambung Ayana.
"Saya suka kok. Cuma memang jarang aja makan ayam penyet." Jawabnya.
Hanya anggukan dari Ayana sebagai respon untuk ucapan Handi. Dia tahu Handi berbohong. Sekelas seorang yang kaya raya seperti Handi, mana mungkin suka makanan yang murah seperti itu. Contohnya saja Farraz, dia selalu memilih resto mewah untuk makan siang atau malam saat bersama Ayana.
"Saya hanya bosan makan steik dan pasta, setiap kali makan bersama pak Farraz." Gumamnya kemudian.
"Begitukah?"
"Mmhh, begitulah." Jawab Ayana.
Handi tersenyum. Dia benar benar merasa senang bisa nebgobrol sedekat ini dengan Ayana. Padahal dulu, dia sangat malu hanya untuk sekedar menyapa Ayana.
"Besok akhir pekan, loh. Kamu ada acara?" Tanya Handi sambil tetap fokus mengemudi.
"Besok…" Ayana mencoba mengingat, ada acara apa besok.
"Sepertinya kamu jarang menghabiskan akhir pekan untuk sekedar memanjakan diri sendiri, iya kan?" Tebak Handi.
Senyum mengembang dibibir Ayana, lalu dia mengangguk. "Pak Handi benar. Semua waktuku dihabiskan untuk bekerja, bekerja dan bekerja."
Handi tersenyum. "Jika boleh, bisakah kita saling memanggil nama saja…"
"Tentu. Jadi aku akan memanggil dengan Handi, atau mas Handi?" Sahut Ayana bicara santai pada Handi.
"Panggil Handi saja. Kita hanya terpaut satu tahun saja, bukan?"
"O ya? Aku kira kamu jauh lebih tua dariku." Celotehnya.
Mendengar kata tua membuat senyum diwajah Handi agak memudar. Entah mengapa rasanya aneh saja, ketika kata tua itu keluar dari mulut wanita yang dicintainya.
"Hey, aku hanya bercanda. Kenapa malah menanggapi dengan serius." Ucap Ayana.
Dia tahu, Handi baper dengan ucapannya. Makanya, Ayana langsung menjelaskan, bahwa dirinya hanya sekedar bercanda.
"Aaa… kamu hanya bercanda!" Handi kembali tersenyum.
"Jangan terlalu menganggap serius ucapanku, Handi. Aku tahu usiamu dan kapan tanggal ulang tahunmu. Atau kamu lupa, aku adalah sekretaris yang handal. Aku bahkan mengenali hampir semua wajah karyawan di Faress Crupt, lengkap dengan jabatan mereka dan tanggal lahir mereka sekalian. Itulah tugasku sejak awal menjadi Sekretaris." Jelasnya.
"Aku tahu. Hanya saja, aku merasa aneh saat kamu yang mengatakan itu. Perkataanmu seakan memberitahuku, bahwa aku terjauh dari kata pantas untuk mendampingimu, Yana." Ungkap Handi yang akhirnya memarkir mobilnya tepat di depan tempat makan ayam penyet mas Joko.
'Aduh, aku salah ngomong rupanya. Aku kira Handi tidak akan mengerti maksudku. Eh ternyata dia lebih teliti dari yang aku duga. Jadi, baper benaran nih cogan.' Gumamnya dalam hati.
"Yuk turun. Kita makan ayam penyet mas Joko. Katanya ayam penyet ini lagi viral bangat loh saat ini." Ajak Handi.
Dia pun langsung turun, dan selama Ayana masih sibuk dengan pikirannya dan sibuk melepas sitbelt, Handi akhirnya membukakan pintu untuknya.
"Kita sudah sampai tuan putri…" Mempersilahkan Ayana turun dari mobil.
Dengan wajah agak kaget, Ayana pun turun dari mobil.
"Terimakasih, kapten."
Ayana menundukkan sedikit tubuhnya bergaya seperti seorang tuan putri untuk mengindahkan ucapan Handi yang menyebutnya tuan putri.
Senyum lebar semakin mengembang di wajah Handi. Betapa kebahagiaan itu semakin bertambah seiring berputarnya jarum jam. Kebahagiaan yang selalu diimpikan selama ini, akhirnya bisa terwujud juga.
...🍀🍀🍀...
Pukul tiga sore, Ayana masih tetap fokus didepan komputernya.
Ting…
Notif pesan datang di layar handphonenya. Segera saja Ayana melihat pesan itu yang ternyata dikirimkan oleh Handi.
Handi: Bagaimana kalau nanti malam,
Kita jalan ke mall?
Hanya seringaian malas yang terlihat diwajah Ayana. Dia merasa sedikit menyesal karena menerima ajakan makan siang bersama Handi tadi siang.
"Semua lelaki sama. Dikasih hati, malah minja jantung." Celotehnya sambil menaruh kembali handphone diatas meja kerjanya.
Nggiiikkk…
Suara telepon otomatis yang tersambung ke ruangan Direktur Utama. Dengan cepat Ayana menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.
"Ayana disini! Ada yang bisa saya bantu, pak Farraz?" Jawab Ayana yang sedang dalam mode kerja.
"Keruangan saya sekarang!" Perintahnya.
"Baik, pak." Jawab Ayana.
Dia langsung melangkah menuju ruangan Farraz. Saat tiba disana, dilihatnya Farraz sedang mebolak balik file di hadapannya.
"Ada yang bisa saya bantu, pak Farraz?" Tanya Ayana yang mendekat ke depan meja kerja Farraz.
"Ini daftar orang orang yang harus kamu undang." Memberikan secarik kertas pada Ayana.
"Daftar undangan untuk apa, pak?"
Ayana bingung sambil mengambil secarik kertas dari tangan Farraz.
Mata Farraz melotot. Dia saat ini sedang menatap kesal pada Ayana yang melupakan tentang hari ulang tahunnya yang akan segera tiba.
"Keasikan kencan sama pacar, ya? Sampai melupakan tentang pesta ulang tahun saya yang akan diadakan kurang dari dua hari lagi." Bentaknya kesal.
"Maaf pak Farraz, saya benar benar melupakan pesta ulang tahun bapak. Saya akan segera menyiapkan semuanya. Minggu sore hingga malam, pestanya akan sangat meriah. Saya janji." Dia sedikit menunduk sambil mengatakan itu.
"Kali ini pestanya akan diadakan di rumah." Sambungnya.
"Di rumah? Maksud pak Farraz, dikediaman Tuan Ehsan dan Nyonya Irma?"
Ayana terkejut, karena ini pertama kalinya, Farraz ingin mengadakan acara ulang tahunnya di rumah kedua orangtuanya. Padahal selama ini Farraz bahkan merahasiakan pesta ulang tahun dari kedua orangtuanya.
"Sekalian, kamu tambahkan Elsa dalam daftar tamu undangan." Lanjutnya yang semakin membuat Ayana terkejut.
Selama ini Farraz merahasiakan hubungannya dengan Elsa dari kedua orangtuanya. Tapi, kali ini dia malah mengundang Elsa di pesta ulang tahunnya yang diadakan dirumah kedua orangtuanya.
"Kamu juga harus datang bersama Handi. Karena malam itu akan menjadi malam spesial dalam hidup saya. Karena, akhirnya saya akan melamar Elsa." Sambungnya lagi.
Kali ini Ayana tidak begitu terkejut lagi. Karena memang harusnya bos mudanya itu segera menikah agar tidak terus terusan mengganggunya lagi.
"Baik, pak. Akan segera saya siapkan dan diskusikan dengan Tuan Ehsan dan Nyonya Irma." Jawab Ayana.
"Ok. Kamu memang yang paling jago saat mengatur perayaan ulang tahun saya." Pujinya.
"Ada yang bisa saya bantu lagi, selain persiapan pesta, pak Farraz?" Ayana bertanya dengan suara yang sangat sopan.
"Sekalian belikan cincin juga. Dan sebagai hadiahnya, kamu boleh memilih satu gaun pesta yang paling mewah untuk dipakai saat datang ke pesta ulang tahun saya, sekaligus acara pertunangan saya dengan Elsa." Tururnya sambil memberikan black card pada Ayana.
"Baik, pak. Saya permisi."
Ayana pun meninggalkan ruangan itu dengan hati yang lega dan bahagia. Karena mendapat hadiah dari Farraz untuk pertama kalinya selama bekerja sebagai sekretarisnya.
Bantu Author dong teman!!
Jangan lupa LIKE, KOMEN ya. 😄😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Fay
lanjut
2022-11-12
1