Bab 16 Harus 'Dara'

Pagi ini Elsa terbangun dalam pelukan Farraz. Matanya menatap lekat wajah lelaki yang sangat dicintainya itu.

"Meski aku berada dipelukanmu saat ini, tapi rasanya kamu sangat jauh untuk bisa aku gapai." Bisiknya pada dirinya sendiri.

Entah mengapa semakin dekat dengan Faraz membuat Elsa merasa Farraz semakin jauh. Elsa seakan dapat merasakan getaran hati Farraz yang terasa hambar saat semakin dekat dengannya. Tapi, perlakuan mesra dan romantis Farraz padanya saat kemarin dan tadi malam, membuatnya menepikan pemikiran pemikiran tidak berguna itu.

Elsa terus menatap wajah Farraz yang terlihat lucu saat sedang tidur. Hingga membuatnya gemas dan akhirnya memberikan ke cu pan dibibir merah Farraz.

Farraz yang masih terlelap sangat nyenyak, tidak berkutik bahkan saat Elsa menyentuh setiap sudut wajanya dengan jemari lentiknya, Farraz tidak terusik sama sekali. Senyaman itu dia tidur, meski hanya saling berpelukan saja tanpa melewati batas yang memang belum seharusnya mereka lewati.

"Raz, bangun. Sudah pukul 7 lewat, loh. Kamu harus kekantor, kan?" Ucap Elsa lembut.

Dia membelai wajah Farraz dengan mengelusnya perlahan, agar Farraz segera membuka matanya.

"Eengghhhmm…" Lenguhan Farraz.

"Bangun, Raz. Udah jam tujuh lewat loh!" Ulang Elsa.

Perlahan mata Farraz membuka, disusul dengan senyum manisnya. Lalu dia memberi kecu pa n di kening Elsa.

"Rasanya sangat nyaman seperti ini. Aku jadi malas untuk berangkat ke kantor." Ucapnya sambil mempererat pelukannya pada tubuh Elsa.

"Jangan menjadi pemalas. Cepat bangun." Bisik Elsa ditelinganya.

Elsa mencubit kedua pipi Farraz dan memaksa agar Farraz segera bangkit dari tempat tidur.

"Ok, ok aku bangun." Teriaknya malas.

Meski begitu malas untuk bangun, Farraz tetap harus bangun dan bergegas mandi. Karena pekerjaan menantinya di kantor.

"Aku mandi dulu." Ucapnya saat sudah bangkit dari tempat tidur empuk itu.

Sebelum ke kamar mandi, Farraz menge cu p dulu pipi Elsa.

"Siapkan sarapan untukku." Teriaknya sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Baik, tuan Farraz Ehsan!" Seru Elsa yang masih membereskan tempat tidur yang berantakan.

Dan Farraz yang tadinya bersemangat untuk mandi, malah terdiam menatap wajahnya di depan cermin. Entah mengapa saat mendengar Elsa mengatakan tuan Farraz Ehsan, membuatnya teringat pada Ayana. Karena, memang Ayana yang sangat sering menyebutnya dengan panggilan itu.

"Hahh…" Teriaknya tertahan.

Dia merasa kesal pada dirinya sendiri yang semakin sering teringat pada Ayana.

"Fokus Farraz. Dia hanya wanita yang jauh lebih tua dari loe. Terlebih dia juga sudah pernah menikah sebelumnya. Rasanya tidak adil untukmu. Kamu bersusah payah menjaga kesucian dirimu agar bisa merasakan surga cinta malam pertama dengan seorang dara nantinya. Tapi, semuanya kacau. Kamu malah terjebak dan menikahi janda tua itu. Ini sungguh tidak adil." Ucapnya pada dirinya sendiri.

"Mau Elsa atau siapapun nanti yang akan mendapatkan kesucianku, aku tidak peduli. Yang terpenting dan yang paling penting, dia harus masih dara. Bukan janda ataupun gadis yang sudah tidak dara lagi. Karena aku tidak pernah merenggut mahkota gadis manapun." Tegasnya pada dirinya sendiri.

Andai Elsa mendengar apa yang dikatakan Farraz dikamar mandi, pastilah Elsa akan sangat merasa sedih. Bisa bisanya Farraz mengatakan akan menikahi wanita manapun asalkan masih dara, meski itu bukan Elsa.

Untungnya Elsa tidak mendengar itu. Buktinya, dia saat ini tersenyum bahagia, sambil menyiapkan roti panggang untuk sarapan paginya bersama Farraz.

🍀🍀🍀

Saat ini, dua keluarga kaya sedang duduk bersama di meja makan untuk menyantap sarapan pagi mereka. Sambil sarapan, sesekali mereka berbincang, bercanda dan tertawa bersama. Namun, ada satu wajah yang sejak tadi tidak tersenyum sama sekali. Dia adalah Putri Arlia putri semata wayang Timo dan Preti.

"Putri kenapa, sayang?" Tanya Irma mencoba bicara pada anak sahabat suaminya itu.

"Iya, nih. Om lihat dari tadi Putri kelihatan murung!" Seru Ehsan ikut bicara pada Putri.

Timo dan Preti ikut menatap kearah putri mereka yang memang terlihat sangat murung.

"Purti sedih, Om, Tante." Jawabnya pelan.

Sebentar Irma dan Ehsan saling bertatapan. "Sedih kenapa, sayang?"

Irma menanyakan pertanyaan yang sebenarnya dia sudah tahu jawabannya.

"Biasa, jeng. Putri kesal, karena setiap pulang ke Jakarta dan mampir kesini, lagi dan lagi tidak pernah bisa bertemu dengan Farraz." Tutur Preti membantu Putri untuk menjawab pertanyaan dari Irma.

Ehsan terbatuk pelan. Lalu, dia mereguk segelas air putih untuk membasahi kerongkongan yang terasa kering. Sedangkan Irma, mencoba tersenyum ramah pada Putri untuk menutupi rasa keinginannya untuk mengatakan bahwa Farraz telah menikah.

"Akhir akhir ini Farraz sangat sibuk. Pekerjaan di Perusahaan benar benar membuatnya kehilangan banyak waktu untuk sekedar bersantai." Ungkap Ehsan sambil menatap wajah Timo yang terlihat prihatin dengan kesibukan Farraz.

"Farraz benar benar mirip denganmu, San. Aku masih ingat saat seusia Farraz, kau juga menjadi sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk sekedar mengobrol santai denganku." Ujar Timo mengingat masa muda mereka.

"Tapi, boleh nggak kalau Putri menemui Farraz di perusahaan?" Ujar Putri.

Mendengar itu, membuat Irma mengangguk tanpa alasan. Sehingga Putri menganggap anggukan Irma adalah persetujuan untuk menemui Farraz dikantornya.

"Terimakasih, tante. Putri rasa, Putri sudah tidak sabar untuk menjadi menantu tante." Ungkapnya bahagia.

Senyum terpaksa terlihat diwajah Ehsan dan Irma. Untungnya Timo dan Preti tidak begitu memperhatikan raut wajah mereka yang dibuat buat agar terlihat senang mendengar pernyataan Putri yang ingin menjadi menantu mereka.

'Putri memang cantik, menggemaskan dan muda seperti yang diinginkan Farraz untuk menjadi istrinya. Tapi, maafkan tante, Putri sayang. Tante sudah memiliki menantu kesayangan yang tidak akan tergantikan lagi.' Batinnya.

"Nanti temani Putri menemui Farraz, ya!" Seru Putri yang mulai merengek manja pada Irma.

"Iya, sayang. Nanti kita ke perusahaan bersama untuk menemui Farraz. Jadi, sekarang Putri cantik harus menghabiskan sarapan dulu. Ok." Ucap Irma dengan lembut.

Irma memperlakukan Putri seakan dia masih anak kecil. Itu semua sengaja dilakukannya, karena memang cara Preti dan Timo juga seperti itu pada Putri. Dan yang lebih penting. Putri memang senang dimanja manja seperti itu.

'Ayana, sayang. Maafkan Mama, ya. Mama harus pura pura merestui Putri untuk menikah dengan Farraz. Semua Mama lakukan, demi menjaga persahabatan yang telah terjalin hampir dua puluh tahunan.' Gumamnya dalam hati.

'Ayana wanita yang kuat dan tegar. Aku yakin dia akan baik baik saja saat nanti bertemu dengan Putri yang tergila gila pada Farraz. Aduh, harusnya aku sebagai kepala keluarga, bisa lebih tegas. Tapi, aku sangat takut persahabatanku dengan Timo rusak. Maafkan Papa, Yana. Papa belum bisa tegas pada Putri. Karena, Papa bisa sukses seperti ini berkat bantuan Timo.' Gumam Ehsan dalam hati.

Terpopuler

Comments

Khairul Azam

Khairul Azam

kenapa semua novel kq isinya gak masuk akal semua se, cuman sedikit author yg bikin cerita yg bikin aku bener" suka yg lainnya banyak yg aku loncat" bancanya

2024-07-06

0

fatmah nolly

fatmah nolly

anehh untung cuma novel

2023-01-11

1

Ayu tri utami Neng

Ayu tri utami Neng

tegas dong pak Ehsan. gimana sih 😠

2022-06-07

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Seperti Jelangkung.
2 Bab 2 Janda Mes um.
3 Bab 3 Black Card.
4 Bab 4 Memilih gaun pesta.
5 Bab 5 Gaun Mama.
6 Bab 6 Jebakan
7 Bab 7 Syarat Menikah.
8 Bab 8 Menikah (Sah)
9 Bab 9 Disangka Pocong
10 Bab 10 Sebenci itukah?
11 Bab 11 Profesionalitas
12 Bab 12 Pertikaian
13 Bab 13 Gombalan Handi
14 Bab 14 Rasa Sakit.
15 Bab 15 Membohongi Mama
16 Bab 16 Harus 'Dara'
17 Bab 17 Hari yang sibuk.
18 Bab 18 Rekan Kerja.
19 Bab 19 Sasaran amarah Farraz 1
20 Bab 20 Sasaran amarah Farraz 2
21 Bab 21 Tangisan Ayana
22 Bab 22 Benci atau Cemburu
23 Bab 23 'Sorry'
24 Bab 24 Jadilah Sahabatku.
25 Bab 25 Bunuh diri.
26 Bab 26 Tidak bisa lebih.
27 Bab 27 Malam panas.
28 Bab 28 Rencana masa depan.
29 Bab 29 Liburan
30 Bab 30 Semakin jatuh padamu.
31 Bab 31 Bukan milikku.
32 Bab 32 Apa aku keterlaluan?
33 Bab 33 Takut, Sedih dan Terluka.
34 Bab 34 Maafkan aku, Handi.
35 Bab 35 Aku akan membunuhmu.
36 Bab 36 Aku akan bertahan.
37 Bab 37 Bocah tengik.
38 Bab 38 Ternyata...
39 Bab 39 Mulai perhatian.
40 Bab 40 Hanya kamu.
41 Bab 41 Kehilangan Mama.
42 Bab 42 Pemakaman.
43 Bab 43 Membujuk Ayana.
44 Bab 44 Bisik bisik tetangga.
45 Bab 45 Bantuan teman lama.
46 Bab 46 Maafkan Mama.
47 Bab 47 Resto Favorit.
48 Bab 48 Menguping
49 Bab 49 Ternyata, Suamiku mencintaiku.
50 Bab 50 Sebenarnya, aku istri dia.
51 Bab 51 Gejolak Rindu
52 Bab 52 Kamu milikku!
53 Bab 53 Hari yang sibuk.
54 Bab 54 Laparnya sekarang bukan nanti.
55 Bab 55 Ayam geprek sambal ijo.
56 Bab 56 Panas dan Nikmat.
57 Bab 57 Lagi dan lagi.
58 Bab 58 Sekretaris baru.
59 Bab 59 Ternyata Handi penyebabnya.
60 Bab 60 Perpisahan Ayana
61 Bab 61 Pesta Pernikahan
62 Bab 62 PCOS
63 Bab 63 Tidak berani bilang...
64 Bab 64 Pola hidup sehat (diet)
65 Bab 65 Mengubah pola pikir.
66 Bab 66 Handi calon suami Via
67 Bab 67 Pernikahan Handi & Via.
68 Bab 68 Menahan.
69 Bab 69 Curhatan Via
70 Bab 70 Malam pertama Via dan Handi
71 Bab 71 Telat 9 hari
72 Bab 72 Tes kehamilan.
73 Bab 73 Cek kandungan.
74 Bab 74 Bumil bar bar
75 Bab 75 Rayuan Ayana.
76 Bab 76 Danil dan Aria
77 Bab 77 Ikan mas.
78 Bab 78 Ngobrol santai
79 Bab 79 Ayana dan Suci
80 Bab 80 Kematian Suci
81 Bab 81 Happy together
82 Bab 82 Happy Ending.
83 Bonus (bab) Kisah Suci dan bayinya.
84 Bonus (bab) Kehancuran Danil.
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1 Seperti Jelangkung.
2
Bab 2 Janda Mes um.
3
Bab 3 Black Card.
4
Bab 4 Memilih gaun pesta.
5
Bab 5 Gaun Mama.
6
Bab 6 Jebakan
7
Bab 7 Syarat Menikah.
8
Bab 8 Menikah (Sah)
9
Bab 9 Disangka Pocong
10
Bab 10 Sebenci itukah?
11
Bab 11 Profesionalitas
12
Bab 12 Pertikaian
13
Bab 13 Gombalan Handi
14
Bab 14 Rasa Sakit.
15
Bab 15 Membohongi Mama
16
Bab 16 Harus 'Dara'
17
Bab 17 Hari yang sibuk.
18
Bab 18 Rekan Kerja.
19
Bab 19 Sasaran amarah Farraz 1
20
Bab 20 Sasaran amarah Farraz 2
21
Bab 21 Tangisan Ayana
22
Bab 22 Benci atau Cemburu
23
Bab 23 'Sorry'
24
Bab 24 Jadilah Sahabatku.
25
Bab 25 Bunuh diri.
26
Bab 26 Tidak bisa lebih.
27
Bab 27 Malam panas.
28
Bab 28 Rencana masa depan.
29
Bab 29 Liburan
30
Bab 30 Semakin jatuh padamu.
31
Bab 31 Bukan milikku.
32
Bab 32 Apa aku keterlaluan?
33
Bab 33 Takut, Sedih dan Terluka.
34
Bab 34 Maafkan aku, Handi.
35
Bab 35 Aku akan membunuhmu.
36
Bab 36 Aku akan bertahan.
37
Bab 37 Bocah tengik.
38
Bab 38 Ternyata...
39
Bab 39 Mulai perhatian.
40
Bab 40 Hanya kamu.
41
Bab 41 Kehilangan Mama.
42
Bab 42 Pemakaman.
43
Bab 43 Membujuk Ayana.
44
Bab 44 Bisik bisik tetangga.
45
Bab 45 Bantuan teman lama.
46
Bab 46 Maafkan Mama.
47
Bab 47 Resto Favorit.
48
Bab 48 Menguping
49
Bab 49 Ternyata, Suamiku mencintaiku.
50
Bab 50 Sebenarnya, aku istri dia.
51
Bab 51 Gejolak Rindu
52
Bab 52 Kamu milikku!
53
Bab 53 Hari yang sibuk.
54
Bab 54 Laparnya sekarang bukan nanti.
55
Bab 55 Ayam geprek sambal ijo.
56
Bab 56 Panas dan Nikmat.
57
Bab 57 Lagi dan lagi.
58
Bab 58 Sekretaris baru.
59
Bab 59 Ternyata Handi penyebabnya.
60
Bab 60 Perpisahan Ayana
61
Bab 61 Pesta Pernikahan
62
Bab 62 PCOS
63
Bab 63 Tidak berani bilang...
64
Bab 64 Pola hidup sehat (diet)
65
Bab 65 Mengubah pola pikir.
66
Bab 66 Handi calon suami Via
67
Bab 67 Pernikahan Handi & Via.
68
Bab 68 Menahan.
69
Bab 69 Curhatan Via
70
Bab 70 Malam pertama Via dan Handi
71
Bab 71 Telat 9 hari
72
Bab 72 Tes kehamilan.
73
Bab 73 Cek kandungan.
74
Bab 74 Bumil bar bar
75
Bab 75 Rayuan Ayana.
76
Bab 76 Danil dan Aria
77
Bab 77 Ikan mas.
78
Bab 78 Ngobrol santai
79
Bab 79 Ayana dan Suci
80
Bab 80 Kematian Suci
81
Bab 81 Happy together
82
Bab 82 Happy Ending.
83
Bonus (bab) Kisah Suci dan bayinya.
84
Bonus (bab) Kehancuran Danil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!