Malam ini tamu undangan sudah mulai berdatangan. Farraz menyambut semua teman temannya yang datang. Farraz terlihat sangat rapi dan sangat gagah malam ini. Elsa, kekasihnya masih belum juga tiba. Padahal harusnya Elsa datang lebih awal.
"Selamat bertambah umur, pak Farraz." Ucap Handi yang baru datang.
"Thank you!" Farraz menyambut ramah kedatangan Handi.
"Sendirian aja datangnya? Ayana mana?" Tanya Farraz.
"Loh, katanya Ayana sudah di sini sejak siang." Jawab Handi agak bingung.
"O ya? Kok saya belum melihat dia sama sekali ya." Melirik sekeliling.
"Katanya dia sibuk ngurus bagian konsumsi, pak." Sambung Handi.
"O gitu." Ujar Farraz. "Dia memang yang paling ok dalam nengurus pesta ulang tahunku." Sambungnya.
Handi hanya bisa tersenyum menanggapi perkataan Farraz. Dia baru tahu, ternyata Farraz menempatkan Ayana bukan hanya sebagai sekretaris di kantor saja, tapi juga sebagai asisten pribadi yang bisa mengerjakan segala apa yang diperintahkannya.
Sementara itu, saat ini Ayana sedang menatap dirinya didepan cermin. Dia terlihat sangat cantik memakai gaun pilihan Irma. Memang, gaun itu terlihat pas ditubuhnya. Tapi, bagian dadanya tersamarkan dengan bantuan jilbab yang menjulur panjang.
"Cantik sekali." Puji Irma.
"Terimakasih nyonya." Ayana tersenyum senang.
"Andai kamu yang menjadi menantu saya. Sudah pasti saya akan sangat merasa bahagia dan akan menjadi mertua yang paling beruntung."
Mendengar ucapan itu, membuat Ayana tersipu malu. "Sayalah yang beruntung, jika saya punya mertua sebaik dan secantik Nyonya."
Lalu, Irma mengajak Ayana untuk segera keluar dari sana untuk menuju tempat pesta di bawah sana.
Ayana menuruni anak tangga dengan langkah anggun. Semua mata menatap kagum padanya. Begitu juga Handi, yang terpesona dengan kecantikan yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Ayana memang cantik dan menggoda setiap harinya. Tapi, penampilannya malam ini benar benar luar biasa.
Berbeda dengan Handi dan tamu lainnya, Farraz malah tidak senang melihat penampilan Ayana yang seperti itu. Dia pun langsung melangkah mengejar Ayana. Pada saat bersamaan, Elsa baru saja tiba. Farraz hanya tersenyum menyambut kedatangan Elsa, sementara kakinya terus melangkah kearah Ayana yang kini sudah melewati anak tangga terakhir.
"Apa yang kamu lakukan, Ayana?" Bisiknya ditelinga Ayana.
Posisi mereka sangat terlihat aneh. Farraz seperti hendak menci um Ayana. Menyadari posisi yang aneh itu membuat Ayana langsung melangkah kebelakang untuk menjauhi Farraz.
"Ada apa sayang?" Tanya Irma heran.
"Ini gaun mama, kan?" Tebak Farraz.
"Iya. Tapi mama belum pernah sekalipun memakai gaun itu." Jelas Irma.
"Aku tahu, ma. Tapi, kenapa mama menyuruh Ayana memakai gaun itu?"
Farraz menatap Ayana dari ujung kepala hingga ujung kaki. Hal itu membuat Ayana merasa risih dan akhirnya membalikkan tubuhnya sehingga membelakangi Farraz.
"Kenapa? Gaunnya bagus kok." Ucap Irma.
Farraz menggeleng tidak setuju dengan apa yang dikatakan mamanya. Kemudian dia memotret bagian belakang Ayana.
"Ikut saya!" Menarik paksa tangan Ayana.
Semua tamu hanya bisa saling berbisik melihat tingkah Farraz yang terlihat sangat tidak masuk akal. Dia yang harusnya menyambut kedatangan kekasihnya, malah sibuk mengurusi sekretarisnya.
"Apa yang terjadi, sayang?" Tanya Ehsan Haris yang juga merasa heran dengan perlakuan aneh Putranya pada sekretarisnya itu.
"Entahlah, pa. Mama juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka." Jelas Irma yang juga bingung.
"Tapi, bukankah ini kesempatan baik untuk kita melancarkan rencana." Bisik Ehsan pada istrinya.
"Papa benar. Mama sangat berharap rencana kita berhasil kali ini." Tersenyum puas.
...🍀🍀🍀...
"Lepas tangan saya, pak. Saakkkiiiittt...!"
Ayana menarik kuat pergelangan tangannya dari cengkeraman tangan Farraz.
"Lihat ini? Ini yang kamu bilang bajunya baik baik saja?" Farraz memperlihatkan bentuk tubuh Ayana dilihat dari belakang.
Mata Ayana membelalak kaget. Dia langsung menyenderkan tubuhnya kedinding untuk menutupi bagian punggungnya.
"Bo ko ng mu terlihat sangat mon tok dan membuat liur para buaya berceceran." Bentak Farraz.
"Kenapa pak Farraz membentak saya? Dan apa urusannya pak Farraz dengan penampilan saya, hah?" Maki Ayana tidak kalah lantangnya.
Mendengar pertanyaan itu, Farraz terdiam bingung. Dia sendiri tidak tahu kenapa dia merasa sangat tidak suka melihat Ayana berpakaian seperti itu dan tidak senang melihat banyak pasang mata lelaki hidung belang nenatap lekukan tubuh Ayana yang tanpak sangat indah itu.
"Dari pada mengurusi saya, lebih baik pak Farraz sambut kedatangan calon istri pak Farraz, sana!"
Ayana mengelus pergelangan tangannya yang terasa perih karena ditarik paksa oleh Farraz beberapa menit yang lalu.
"Ini cincin tunangan anda!" Dia memberikan kotak merah berbentuk love pada Farraz.
"Saya akan berganti pakaian sekarang juga." Ujar Ayana.
Lalu dia kembali keruang ganti. Sedangkan Farraz menatap kepergian Ayana dengan tatapan bingung.
"Dia hanya janda tua." Bisik Farraz pada dirinya sendiri.
Dia seakan memberi perintah pada hati dan otaknya agar tidak tertarik pada Ayana yang jauh lebih tua darinya.
"Aku harus menemui Elsa sekarang!"
Farraz baru teringat pada kekasihnya itu.
"Sayang, kamu sudah datang?" Memeluk erat tubuh Elsa yang tampak malas. Dia mulai merasa dikhianati.
"Kamu kok perhatian banget sama mbak Ayana?" Tanya Elsa sewot.
"Bukan seperti itu kok sayang. Aku hanya akan memperhatikanmu malam ini. Ok!" Mencium punggung tangan kekasihnya itu.
"Raz, bukankah sudah waktunya tiup lilin? Semua tamu juga sudah datang semua!" Saran Irma pada putranya itu.
"Iya, ma." Ucapnya setuju.
Kemudian, acara tiup lilinpun dilaksanakan. Farraz memberi pidato singkat untuk hari spesialnya malam ini.
Nyanyian ulang tahunpun terdengar meriah. Semua ornng medekat kepada Farraz. Dan disaat acara sedang sangat meriah itu, Ayana sudah terbaring tidak sadarkan diri di kamar Farraz. Dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya sehingga dia berada di kamar itu.
Musik mulai kembali menggema mengisi ruangan itu. Beberapa tamu mulai berdansa bersama pasangan mereka. Sedangkan Handi, celingukan berharap bisa menemukan Ayana. Dia sangat berharap bisa berdansa atau setidaknya mengobrol dengan Ayana malam ini.
"Sayang, maukah berdansa denganku?" Ajak Farraz pada Elsa.
"Tentu." Jawab Elsa.
Kemudian keduanya berdansa. Dan pada saat itulah, Irma dan Ehsan mendapat kesempatan memasukkan obat tidur di minuman Farraz.
"Apa mama yakin, malam ini rencana kita akan berhasil?" Tanya Ehsan pada istrinya itu.
"Tenang saja, Pa. Mama yakin, malam ini kita pasti berhasil." Ujar Irma, semangat."
Mata mereka menatap pada Farraz yang sedang berdansa dan sangat percaya diri, untuk mengumumkan bahwa dia akan segera bertunangan dengan Elsa.
"Mama menatap kearah kita sambil tersenyum. Aku yakin mereka mulai menyukai kamu, sayang." Tutur Farraz.
Dia tidak tahu saja, kenyataan sebenarnya mengapa kedua orangtuanya menatap sambil tersenyum padanya. Dia tidak tahun, senyuman itu menyembunyikan rencana besar yang telah mereka siapkan sebagai hadiah ulang tahun untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Is Wanthi
Tuan dan nyonya, jangan punya rencana aneh ya
2023-08-19
1
Nurliana Saragih
Janda Tua tapi meresahkan hati kan Faraz termasuk hatimu!!!
Marah boleh tapi jangan menghina Faraz,di saat dia gak ada baru tau dirimu dan disaat itu pula cinta mu yang terlambat!!!
😤😤😤
2022-12-06
1
Nurliana Saragih
Ini artinya si Faraz dah jatuh cinta ma Ayana tapi dia gak menyadarinya Sedati awal?!
Mantep cerita yang beginian Thor, semoga kedepannya gak mengecewakan ekspektasi aku Thor.
Semangat dan sehat selalu bercampur sukses juga
😘😘😘
2022-12-06
1