Pendekar Elang Malam

Pendekar Elang Malam

Prolog

Sore itu sudah memasuki 'wayah surup' sehingga keadaan sudah gelap gulita. Hujan lebat yang turun sejak siang tadi belum juga reda. Diselingi suara petir dan kilat yang menyambar nyambar, menambah suasana yang membuat siapapun akan lebih memilih untuk berada di dalam rumah dan menghangatkan badan dengan minuman hangat ataupun dengan 'gegeni' menghangatkan badan dengan tungku perapian.

Tetapi, semua itu seperti tidak menjadi masalah bagi sebuah 'andong' kereta kecil yang ditarik oleh seekor kuda.

Kereta itu berjalan pelan menerabas lebatnya hujan menyusuri jalan sempit yang gelap, agak jauh di belakang Kademangan. Hanya mengandalkan naluri dari kuda yang menariknya untuk mencari jalan ke arah yang dituju. Tampaknya kuda itu sudah sering melewati jalan itu, sehingga sang 'kusir' laki laki tua yang mengendalikan kereta tidak pernah menghela tali pengendali kuda dan hanya diikatkan seadanya pada ujung 'dingklik' tempat duduk yang berada tepat di belakang kuda.

Laki laki tua itu memilih meringkuk berselimut 'klasa' tikar pandan, di dalam kereta yang samping kanan kiri dan depan belakangnya hanya ditutupi dengan anyaman bambu seadanya.

Kereta kuda itu berbelok ke komplek tempat pemeliharaan kuda dan hewan hewan lainnya milik Kademangan dan memasuki halaman sebuah 'gubug' rumah kecil yang 'gebyog dan cagak'nya sudah lapuk semua.

Begitu kereta kuda itu berhenti, laki laki tua itu menarik sebuah tuas di samping kanan tempat duduk kusir dua kali.

Kling ! Kling !

Terdengar dentingan 'klintingan' yang samar samar karena kalah oleh suara derasnya hujan.

Tetapi, walaupun hanya terdengar samar, namun bagi seseorang yang berada di dalam gubug itu, suara klintingan itu seperti panggilan yang harus dilaksanakan.

Tap !

Tap !

Tap !

Terdengar suara langkah kaki yang cukup lamban. Kemudian disambung dengan suara kancing pintu dari kayu ditarik dan suara derit pintu yang dibuka.

Kriiieeettt !!!

Dari balik pintu yang terbuka, muncul sesosok wanita berbadan tinggi kurus dan memakai 'jarik' dan baju yang sudah lusuh.

"Apakah sekarang juga, Ki ?" tanya wanita itu.

"Uhuk uhuk uhuk .... iya Nyi. Maaf, aku hanya menjalankan perintah," jawab laki laki tua kusir kereta itu.

"Bukan salah Ki Poyo," kata wanita itu lagi," Tunggu sebentar Ki. Saya mengambil peralatan saya dulu dan pamit pada anakku."

"Silahkan Nyi Traju. Aku tunggu di sini," jawab Ki Poyo.

Wanita kurus itu melangkah masuk kembali ke gubugnya dan terdengar berkata kata pada anaknya.

"le, 'anak lanang'ku Puguh, simbok ke keputren dulu ya ? Kamu, anak laki laki satu satunya 'simbok', tolong bantu simbok menjaga rumah ini ya ?" kata Nyi Traju dengan suara sedikit bergetar.

'Rumah' yang dimaksud oleh Nyi Traju itu sebenarnya jauh dari laik untuk menjadi rumah tinggal. Karena hanya memiliki satu ruangan.

Gubug tempat tinggal Nyi Traju sebenarnya dahulu merupakan kandang kuda berukuran empat kali lima meter. Karena kosong, kemudian dipasang dinding dari anyaman bambu seadanya. Hanya terdapat satu ruangan. Di sudut kanan gubug itu terdapat 'dipan' kecil yang sangat sempit jika digunakan berbaring dua orang. Di dekat dipan itu terdapat 'Sentir' kecil yang nyalanya redup dan apinya selalu bergerak gerak tertiup angin.

"Mbok, apa Puguh tidak boleh ikut, sekali ini saja," jawab anak laki laki bernama Puguh itu, "Puguh takut mbok. Di sini gelap, Puguh takut sendirian."

"Le, simbok hanya sebentar. Setelah selesai kewajiban simbok, simbok akan segera pulang," bujuk Nyi Traju pada Puguh anaknya.

Puguh tidak menjawab. Dalam kegelapan malam, matanya menatap kosong tidak punya pilihan. Kemudian Puguh memilih berbaring miring memunggungi simboknya dan tidak bersuara.

"Simbok berangkat dulu ya le," bisik Nyi Traju yang mendekat ke telinga Puguh.

Puguh tidak menjawab, atau lebih tepatnya tidak bisa menjawab. Karena giginya merapat menahan sesuatu yang paling tidak dia inginkan. Dia tidak ingin simboknya mendengar dia menangis.

Setelah mencium pipi dan mengelus elus sebentar kepala Puguh, Nyi Traju segera beranjak keluar kemudian menutup pintu dari luar.

Setelah mendengar suara kaki kuda dan roda kereta yang meninggalkan halaman dan melaju menerabas hujan, Puguh bangkit dari berbaringnya.

Puguh, seorang anak laki laki yang masih berusia enam tahun, duduk di tepi ranjang yang terbuat dari 'galar'. Dia baru saja ingin beranjak menuju pintu yang tertutup rapat karena simboknya menutup dengan tergesa gesa.

Ctaaarrr !!!

Tiba tiba terdengar suara petir sangat keras hingga mengagetkan Puguh. Seketika Puguh naik kembali ke ranjang dan berusaha mencari bantalnya untuk menutupi kedua telinganya.

Karena sangat takut, cukup lama Puguh meringkuk sambil kepalanya ditutupi dengan bantal. Selama berbaring dengan menutupi telinganya dengan bantal, pikiran Puguh teringat hal hal yang sudah pernah dia dengar.

Dia teringat saat dulu pernah diajak simboknya masuk ke Kademangan. Setelah melewati 'gapura' yang besar sebagai pintu gerbang Kademangan, Puguh ditarik simboknya menyusuri jalan setapak di pinggir halaman samping yang menuju ke rumah dalem.

Saat jalan di jalan setapak itu, mereka berdua melewati halaman samping yang digunakan sebagai tempat latihan kanuragan. Saat itu Puguh mendengar suara laki laki yang sangat keras.

"Siapa yang merasa takut ? Siapa ! Sekarang begini. Siapapun yang masih merasa takut, ingin menahan rasa takut, ingin menahan rasa sakit, ingin menahan rasa marah ataupun ongin menahan hal hal yang tidak diinginkannya, kalian tarik nafas dalam dalam melalui hidung, tahan sebentar lalu keluarkan perlahan lewat mulut. Ulangi terus menerus sampai kalian tidak merasa takut lagi !"

Saat itu Puguh tidak tahu, yang berkata itu siapa dan kepada siapa dan sedang dalam rangka melakukan apa. Karena setiap mewati jalan setapak itu, mereka berdua dipesan untuk tidak melihat kemana mana.

------ o ------

Hujan masih saja turun dengan deras. Sepertinya belum akan mereda. Suara petir dan kilatan halilintar masih menyertai turunnya hujan.

Puguh yang tidak tahu apa yang harus dilakukannya, akhirnya memberanikan duduk di ranjang tempatnya berbaring tadi. Dia hanya duduk dengan mata dipejamkan. Tangan kirinya memegang dadanya yang berdetak kencang. Ditariknya nafas agak panjang. Dicoba lagi bernafas agak panjang. Puguh merasakan, dadanya tidak berdetak kencang lagi. Hingga akhirnya tanpa disadarinya, Puguh mencoba apa yang pernah dia dengar, dan akhirnya dia terlena dalam irama nafasnya hingga tanpa disadarinya, dia tertidur sampai pagi.

------ o ------

Matahari belum menampakkan diri. Tetapi langit di atas Kademangan terlihat sangat cerah, hanya ada sedikit awan yang menghiasinya.

Suara burung burung bersahut sahutan. Hinggap dari satu dahan ke dahan yang lain, dari satu pohon ke pohon yang lain. Sedangkan daun daunan masih berselimut embun.

Perlahan lahan, titik titk embun seperti mengeluarkan cahaya warna warni yang berkerlipan. Karena, di ufuk timur, mentari mulai membagikan kehangatannya ke seluruh permukaan bumi.

Daun, tanah genting dan benda benda lainnya yang semalam suntuk diguyur air hujan mulai terlihat mengeluarkan uap tipis yang naik ke atas meninggalkan tempat bersemayamnya semalam.

"Mbok, kita hendak kemana pagi pagi begini ?" tanya Puguh yang heran, pagi pagi sekali sudah dibangunkan oleh simboknya.

"Kita sementara waktu akan tinggal di Kademangan le. Den Roro sakit, simbok disuruh oleh Ndoro Ageng, untuk merawatnya sampai sembuh," jawab Nyi Traju sambil mengganti baju dan menyisiri rambut Puguh setelah dia cuci muka di bak tandon samping rumah.

__________ ◇ __________

Terpopuler

Comments

Sibuhuan Buhuan

Sibuhuan Buhuan

pertama enak...

2024-03-01

0

Andi Sipoh

Andi Sipoh

kriiyeeeettt

2024-02-04

0

Anonymous

Anonymous

keren

2024-02-02

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Tinggal Di Kademangan
3 Tinggal Di Kademangan II
4 Tinggal Di Kademangan III
5 Perjalanan Keluar Kademangan
6 Kematian Orang Orang Terdekat
7 Padepokan Macan Kumbang
8 Perselisihan Di Pinggir Lapangan
9 Pertandingan Naik Tingkat
10 Diculik
11 Mulai Berlatih Tenaga Dalam
12 Pertarungan Melawan Kelompok Darutama
13 Tawaran Darutama
14 Tugas Mencari Kayu Hitam
15 Masuk Hutan
16 Masuk Hutan II
17 Menemukan Pohon Kayu Hitam
18 Tenggelam Ke Dalam Kubangan Lumpur Hitam
19 Bertahan Dalam Ruangan Misterius
20 Bertemu Lagi
21 Mulai Berlatih Lagi
22 Pendekar Tangan Seribu
23 Mengembara
24 Menuju Kadipaten Langitan
25 Pertandingan Dimulai
26 Bertemu Widura Kembali
27 Ni Srayu
28 Kerusuhan Di Panggung Pertandingan
29 Kerusuhan Di Panggung Pertandingan II
30 Ki Naga Gringsing
31 Pertarungan Ki Dwijo Melawan Dua Naga
32 Serangan Ke Kadipaten Langitan
33 Senjata Peledak
34 Kerja Sama Guru dan Murid
35 Bersemedi Di Bawah Air Terjun
36 Menyelidiki Perkumpulan Jaladara Langking
37 Pertarungan Di Hutan Wanapura
38 Kegelisahan Ki Bajraseta
39 Serangan Ki Bajraseta
40 Serangan Ki Bayuseta dan Ki Bajraseta
41 Serigala Mata Biru
42 Bertahan Hidup Di Dalam Goa
43 Pendekar Pengendara Elang
44 Berlatih Dan Pulihnya Ki Dwijo
45 Mencoba Melawan Serigala Mata Biru
46 Keluar Dari Goa
47 Bertemu Lagi Dengan Den Roro
48 Tanggung jawab Ki Demang Pandan Ireng
49 Menyelamatkan Ki Demang Pandan Ireng
50 Serangan Ke Kademangan Pandan Ireng
51 Rengganis
52 Kelompok Gogor Gora
53 Menumpas Kelompok Gogor Gora
54 Pertarungan Di Hutan Perbatasan
55 Pertarungan pertama Rengganis
56 Bertemu Kembali Dengan Rengganis
57 Kepergian Den Roro
58 Menghajar Kelompok Penjahat Kampung
59 Pertarungan Hidup Mati Den Roro
60 Menolong Ki Bajraseta
61 Puguh, Diantara Dua Perasaan
62 Mengobati Ki Bajraseta
63 Ilmu Pedang Cakar Jatayu
64 Putri Mahatariti
65 Rumah Bercat Hijau
66 Menghadiri Undangan
67 Dharma Shankara dan Muka Pucat
68 Janji Puguh
69 Penahanan Puguh
70 Ramuan Nyi Chandra Praya
71 Memberikan Ramuan Pada Puguh
72 Menyelamatkan Puguh
73 Menyerahkan Pedang Milik Puguh
74 Mencari Bahan Obat Untuk Puguh
75 Disusul Putri Mahatariti
76 Kedatangan Ki Dwijo Dan Rengganis
77 Pengorbanan Ki Bajraseta
78 Kembalinya Ingatan Puguh
79 Keluar Lagi Dari Ruangan Gelap Di Dalam Batang Pohon Raksasa
80 Penjahat Penculik Perawan
81 Pengejaran Ke Dalam Hutan
82 Menemui Senopati Nata
83 Bertemu Para Guru Padepokan Macan Kumbang
84 Menantang Ki Naga Wiru
85 Pertarungan Di Alun Alun Kadipaten Langitan
86 Tewasnya Ki Naga Wiru, Ki Klawu Carma Dan Ni Srayu
87 Perjumpaan Kembali Dengan Rengganis Dan Ki Dwijo
88 Menuju Kadipaten Randu Beteng
89 Menuju Kadipaten Randu Beteng II
90 Pertarungan Di Pinggiran Kota Kadipaten
91 Mengorek Informasi
92 Penyerbuan Ke Gedung Kadipaten Randu Beteng
93 Menuju Kotaraja
94 Menuju Kotaraja II
95 Menuju Kotaraja III
96 Tinggal di Istana Kepangeranan
97 Mencoba Menyusup
98 Berburu di Hutan
99 Empat Penyerang saat Berburu di Hutan
100 Serangan ke Istana Pangeran Pandu
101 Serangan ke Istana Pangeran Pandu II
102 Menyusup ke Istana Pangeran Panji
103 Memyusup Lagi ke Istana Pangeran Panji
104 Bertarung Melawan Lima Iblis
105 Menemukan Dua Kitab
106 Rencana Pangeran Panji
107 Pertemuan Kembali dengan Den Roro dan Ki Bhanujiwo
108 Keluar dari Ruangan Pembuatan Ramuan Obat
109 Putri Cinde Puspita
110 Kedatangan Para Sahabat
111 Ki Klewang Klewung Terluka
112 Ke Istana Kerajaan
113 Senopati Wiraga
114 Dimulainya Perang Saudara
115 Dimulainya Perang Saudara II
116 Pertarungan di Keputren
117 Tewasnya Senopati Arya Kastara
118 Peperangan di Hari ke Dua
119 Peperangan di Hari ke Dua II
120 Rencana Penyerangan Besar Besaran
121 Kehancuran Pasukan Pangeran Panji.
122 Selubung Gaib
123 Bertemu Lagi Dengan Kera Raksasa
124 Kematian Menghitam
125 Tangan Iblis
126 Peningkatan Kekuatan
127 Pertarungan Melawan Tangan Iblis
128 Jata Candrama
129 Gugurnya Nyi Jinten dan Ki Klewang Klewung
130 Munculnya Kembali Para Sahabat
131 Munculnya Kembali Para Sahabat II
132 Pertarungan di Gerbang Istana Kerajaan
133 Pertarungan di Gerbang Istana Kerajaan II
134 Ancaman Pangeran Panji
135 Keanggunan dan Kecantikan Senopati Roro Nastiti
136 Perang Lagi di Perbatasan
137 Kekuatan Pangeran Panji
138 Hancurnya Tubuh Pangeran Panji
139 Pohon Raksasa dan Resi Baruna
140 Kisah Resi Baruna
141 Kisah Resi Baruna II
142 Peningkatan Tingkat Kekuatan Puguh
143 Menghadapi Ratu Iblis
144 Musnahnya Ratu Iblis
145 Kesatria Tanah Seberang
146 Negeri Tanah Dewa
147 Ibu Pohon
148 Mewarisi Ilmu Ibu Pohon
149 Lubang Tahanan di Dalam Hutan
150 Melawan Dua Kera Raksasa
151 Pemimpin Tertinggi Bangsa Kera Raksasa
152 Indravanara
153 Mengalahkan Indravanara
154 Membebaskan Pemimpin Tertinggi Bangsa Kera Raksasa
155 Pecahnya Selubung yang Melindungi Ibu Pohon
156 Palvagasura
157 Menghadapi Palvagasura
158 Mengalahkan Palvagasura
159 Melawan Kera Raksasa Berbulu Putih
160 Kembali ke Tanah Jawadwipa
161 Prabu Girindra Nata, Raja Kerajaan Kisma Pura
162 Perjalanan ke Kerajaan Kisma Pura
163 Tiga Kekuatan Besar
164 Pertarungan di Tepi Danau
165 Pendekar Penyebar Cinta
166 Trah Keluarga Asmara Dhatu
167 Kisah Tentang Asmara Dhatu
168 Kesempatan Mencoba Kekuatan Trah Keluarga Asmara Dhatu
169 Wasiat dari Asmara Dhatu
170 Melawan Siluman Penguasa Hutan Perbatasan
171 Melawan Siluman Penguasa Hutan Perbatasan II
172 Kisah Tertangkapnya Siluman Elang
173 Menuju Padepokan Wukir Candrasa
174 Pertarungan di Puncak Gunung Pedang
175 Pertarungan di Puncak Gunung Pedang II
176 Pertarungan di Puncak Gunung Pedang III
177 Pertarungan di Puncak Gunung Pedang IV
178 Pertarungan di Puncak Gunung Pedang V
179 Bangunan di Halaman Belakang Padepokan Wukir Candrasa
180 Pembicaraan Dengan Resi Wismaya
181 Meninggalkan Padepokan Wukir Candrasa
182 Menuju ke Sarang Serigala Mata Biru
183 Menghadapi Serigala Mata Biru
184 Bertemu Siluman Serigala Mata Biru
185 Mengalahkan Siluman Serigala Mata Biru
186 Membawa Siluman Serigala Mata Biru
187 Melawan Prabu Girindra Nata
188 Kekalahan Prabu Girindra Nata
189 Melawan Ki Dahana Yaksa
190 Pertarungan Menggunakan Kekuatan Siluman
191 Mengalahkan Ki Dahana Yaksa
192 Ikatan Darah Dengan Siluman Elang
193 Pulihnya Kesadaran
194 Bukit Gumuk Pasir Wedhi
195 Pertarungan di Puncak Bukit Gumuk Pasir Wedhi
196 Meninggalkan Bukit Gumuk Pasir Wedhi
197 Pertarungan di Pinggir Pedesaan
198 Mengalahkan Topeng Kawung dan muridnya
199 Pengemis Misterius
200 Bertemu Dengan Biyung Kencana
201 Kemunculan Para Pendekar Berkekuatan Sangat Tinggi
202 Menjadi Murid Dewi Laksita
203 Pertarungan Yang Sangat Berat
204 Lelah Jiwa, Lelah Hati, Lelah Pikiran
205 Nasehat Simbok
206 Penggabungan Sempurna Dua Kekuatan
207 Rawa Jingga
208 Pertarungan Pertama Putri Cinde Puspita
209 Pertemuan Kembali Puguh dan Putri Cinde Puspita
210 Mencari Rengganis
211 Tewasnya Wiku Polobogo
212 Bergabung Dengan Padepokan Wukir Candrasa
213 Menyelinap ke Padepokan Wukir Candrasa
214 Pertarungan Puguh Melawan Kala Caraka
215 Kedatangan Ki Dwijo dan Resi Wismaya
216 Pertarungan di Halaman Tengah Padepokan Wukir Candrasa
217 Tewasnya Kala Caraka
218 Kematian Mahawiku Nuraga
219 Kekuatan Jiwa Siluman Serigala Mata Biru
220 Meninggalkan Padepokan Wukir Candrasa
221 Kisah Kematian Bantala Yaksa
222 Kala Soca dan Kala Dupa
223 Aswa Muka dan Aswa Kudana
224 Berlatih di Dalam Goa Bawah Laut
225 Serbuan Siluman Manusia ke Permukiman Trah Keluarga Asmara Dhatu
226 Pertarungan di Halaman Depan Padepokan Wukir Candrasa
227 Dihadang Tiga Laki Laki Muda
228 Pangeran Langit Barat
229 Bertarung Melawan Pangeran Langit Barat
230 Menyelamatkan Prabu Pandu Kawiswara dan Para Senopatinya
231 Kisah Mengeroyok Pangeran Langit Barat
232 Perjalanan Puguh Bersama Roro Nastiti
233 Pasukan Perang yang Sangat Besar
234 Ki Prana Jiwa, Ketua Muda Padepokan Kuwanda Brastha
235 Mendatangi Tempat Tinggal Trah Keluarga Asmara Dhatu
236 Batu Bintang
237 Pertemuan di Makam Asmara Dhatu
238 Panglima Perang Jaladra
239 Bertarung Melawan Panglima Jaladra
240 Tewasnya Para Panglima Perang
241 Membagi Tugas ke Tiga Tempat
242 Pangeran Kanaya Wijaya
243 Memulai Rencana Penyerangan
244 Pertarungan di Tepi Sungai
245 Pertarungan di Tepi Sungai (II)
246 Pertarungan di Tepi Sungai (III)
247 Pertarungan di Tepi Sungai (IV)
248 Pertarungan di Tepi Sungai (V)
249 Pertarungan di Tepi Sungai (VI)
250 Kematian Dengan Luka Menghitam
251 Tewasnya Panglima Perang Jaladri
252 Menyusul Rengganis
253 Pangeran Indra Prana
254 Tantangan untuk Prabu Girindra Nata
255 Tertangkapnya Prabu Girindra Nata
256 Danau Tujuh Warna
257 Pertempuran Dua Pasukan Perang yang Sangat Besar
258 Taktik Perang Yang Berbeda
259 Tehnik Mata Elang
260 Pusaran Hitam
261 Pedang Hitam Legam
262 Tewasnya Panglima Perang Sada
263 Kisah Rengganis
264 Kisah Penyerangan ke Gunung Pedang
265 Kembali Melatih Ilmu Naga Pijana
266 Pertarungan Kartika Dhatu Melawan Pangeran Langit Barat
267 Serangan Gelap Pada Kartika Dhatu
268 Kembali Masuk ke Hutan Perbatasan
269 Menuju ke Air Terjun Hutan Perbatasan
270 Pertarungan di Dekat Air Terjun
271 Membantu Kerajaan Banjaran Pura
272 Serbuan ke Kerajaan Banjaran Pura
273 Gugurnya Dewi Laksita
274 Pertarungan di Dekat Air Terjun II
275 Pertarungan di Dekat Air Terjun III
276 Pertarungan di Dekat Air Terjun IV
277 Jurus Pengunci Sukma
278 Musnahnya Wujud Tubuh Siluman Elang
279 Bunga Hitam untuk Puguh
280 Pulihnya Puguh dan Kartika Dhatu
281 Serangan Gelap
282 Patahnya Bilah Pedang Panjang
283 Mencari Pangeran Langit Barat
284 Tewasnya Panglima Perang Jaladra
285 Munculnya Kembali Ki Naga Kecil
286 Munculnya Kembali Pangeran Langit Barat
287 Tehnik Pantulan Tenaga Dalam
288 Merebut Senjata Pusaka Kerajaan Banjaran Pura
289 Janji Puguh Pada Iswara Dhatu
290 Ilmu Baru Pangeran Langit Barat
291 Inti Kekuatan Tenaga Dalam yang Tercerai Berai
292 Peningkatan Kekuatan Rengganis dan Kartika Dhatu
293 Ledakan Keras Di Hutan Perbatasan
294 Dua Pertarungan di Dalam Hutan Perbatasan
295 Titisan Dewi Kematian
296 Meleburnya Tiga Kekuatan di Dalam Tubuh Puguh
297 Pertarungan Hingga Malam
298 Musnahnya Wujud Siluman Naga
299 Tewasnya Pangeran Langit Barat
300 Jurus Yang Sangat Mirip
301 Tombak Naga Kecil
302 Sisik Naga
303 Tongkat Naga Hitam
304 Pertarungan Melawan Pemilik Tongkat Naga Hitam
305 Pengeroyokan Pada Pangeran Indra Prana
306 Ki Naga Hitam dan Ki Naga Besar
307 Trah Naga
308 Ilmu Pukulan Cakra Maruta
309 Ruangan Besar Di Perut Gunung
310 Sarung Pedang Dari Kulit Kayu Hitam
311 Munculnya Siluman Naga Putih
312 Bola Cahaya Berwarna Biru
313 Peningkatan Kekuatan Kartika Dhatu
314 Pertarungan di Dasar Lautan
315 Luka luka Di Tubuh Rengganis
316 Semburan Asap Putih
317 Gulungan Air Raksasa
318 Naik ke Permukaan
319 Tewasnya Ki Naga Besar
320 Tewasnya Putri Naga Putih
321 Tewasnya Ki Naga Hitam
322 Secarik Cahaya Putih
323 Pulau Hijau
324 Tarian Selendang di Puncak Gunung Pedang
325 Hari Cerah di Kisma Pura
Episodes

Updated 325 Episodes

1
Prolog
2
Tinggal Di Kademangan
3
Tinggal Di Kademangan II
4
Tinggal Di Kademangan III
5
Perjalanan Keluar Kademangan
6
Kematian Orang Orang Terdekat
7
Padepokan Macan Kumbang
8
Perselisihan Di Pinggir Lapangan
9
Pertandingan Naik Tingkat
10
Diculik
11
Mulai Berlatih Tenaga Dalam
12
Pertarungan Melawan Kelompok Darutama
13
Tawaran Darutama
14
Tugas Mencari Kayu Hitam
15
Masuk Hutan
16
Masuk Hutan II
17
Menemukan Pohon Kayu Hitam
18
Tenggelam Ke Dalam Kubangan Lumpur Hitam
19
Bertahan Dalam Ruangan Misterius
20
Bertemu Lagi
21
Mulai Berlatih Lagi
22
Pendekar Tangan Seribu
23
Mengembara
24
Menuju Kadipaten Langitan
25
Pertandingan Dimulai
26
Bertemu Widura Kembali
27
Ni Srayu
28
Kerusuhan Di Panggung Pertandingan
29
Kerusuhan Di Panggung Pertandingan II
30
Ki Naga Gringsing
31
Pertarungan Ki Dwijo Melawan Dua Naga
32
Serangan Ke Kadipaten Langitan
33
Senjata Peledak
34
Kerja Sama Guru dan Murid
35
Bersemedi Di Bawah Air Terjun
36
Menyelidiki Perkumpulan Jaladara Langking
37
Pertarungan Di Hutan Wanapura
38
Kegelisahan Ki Bajraseta
39
Serangan Ki Bajraseta
40
Serangan Ki Bayuseta dan Ki Bajraseta
41
Serigala Mata Biru
42
Bertahan Hidup Di Dalam Goa
43
Pendekar Pengendara Elang
44
Berlatih Dan Pulihnya Ki Dwijo
45
Mencoba Melawan Serigala Mata Biru
46
Keluar Dari Goa
47
Bertemu Lagi Dengan Den Roro
48
Tanggung jawab Ki Demang Pandan Ireng
49
Menyelamatkan Ki Demang Pandan Ireng
50
Serangan Ke Kademangan Pandan Ireng
51
Rengganis
52
Kelompok Gogor Gora
53
Menumpas Kelompok Gogor Gora
54
Pertarungan Di Hutan Perbatasan
55
Pertarungan pertama Rengganis
56
Bertemu Kembali Dengan Rengganis
57
Kepergian Den Roro
58
Menghajar Kelompok Penjahat Kampung
59
Pertarungan Hidup Mati Den Roro
60
Menolong Ki Bajraseta
61
Puguh, Diantara Dua Perasaan
62
Mengobati Ki Bajraseta
63
Ilmu Pedang Cakar Jatayu
64
Putri Mahatariti
65
Rumah Bercat Hijau
66
Menghadiri Undangan
67
Dharma Shankara dan Muka Pucat
68
Janji Puguh
69
Penahanan Puguh
70
Ramuan Nyi Chandra Praya
71
Memberikan Ramuan Pada Puguh
72
Menyelamatkan Puguh
73
Menyerahkan Pedang Milik Puguh
74
Mencari Bahan Obat Untuk Puguh
75
Disusul Putri Mahatariti
76
Kedatangan Ki Dwijo Dan Rengganis
77
Pengorbanan Ki Bajraseta
78
Kembalinya Ingatan Puguh
79
Keluar Lagi Dari Ruangan Gelap Di Dalam Batang Pohon Raksasa
80
Penjahat Penculik Perawan
81
Pengejaran Ke Dalam Hutan
82
Menemui Senopati Nata
83
Bertemu Para Guru Padepokan Macan Kumbang
84
Menantang Ki Naga Wiru
85
Pertarungan Di Alun Alun Kadipaten Langitan
86
Tewasnya Ki Naga Wiru, Ki Klawu Carma Dan Ni Srayu
87
Perjumpaan Kembali Dengan Rengganis Dan Ki Dwijo
88
Menuju Kadipaten Randu Beteng
89
Menuju Kadipaten Randu Beteng II
90
Pertarungan Di Pinggiran Kota Kadipaten
91
Mengorek Informasi
92
Penyerbuan Ke Gedung Kadipaten Randu Beteng
93
Menuju Kotaraja
94
Menuju Kotaraja II
95
Menuju Kotaraja III
96
Tinggal di Istana Kepangeranan
97
Mencoba Menyusup
98
Berburu di Hutan
99
Empat Penyerang saat Berburu di Hutan
100
Serangan ke Istana Pangeran Pandu
101
Serangan ke Istana Pangeran Pandu II
102
Menyusup ke Istana Pangeran Panji
103
Memyusup Lagi ke Istana Pangeran Panji
104
Bertarung Melawan Lima Iblis
105
Menemukan Dua Kitab
106
Rencana Pangeran Panji
107
Pertemuan Kembali dengan Den Roro dan Ki Bhanujiwo
108
Keluar dari Ruangan Pembuatan Ramuan Obat
109
Putri Cinde Puspita
110
Kedatangan Para Sahabat
111
Ki Klewang Klewung Terluka
112
Ke Istana Kerajaan
113
Senopati Wiraga
114
Dimulainya Perang Saudara
115
Dimulainya Perang Saudara II
116
Pertarungan di Keputren
117
Tewasnya Senopati Arya Kastara
118
Peperangan di Hari ke Dua
119
Peperangan di Hari ke Dua II
120
Rencana Penyerangan Besar Besaran
121
Kehancuran Pasukan Pangeran Panji.
122
Selubung Gaib
123
Bertemu Lagi Dengan Kera Raksasa
124
Kematian Menghitam
125
Tangan Iblis
126
Peningkatan Kekuatan
127
Pertarungan Melawan Tangan Iblis
128
Jata Candrama
129
Gugurnya Nyi Jinten dan Ki Klewang Klewung
130
Munculnya Kembali Para Sahabat
131
Munculnya Kembali Para Sahabat II
132
Pertarungan di Gerbang Istana Kerajaan
133
Pertarungan di Gerbang Istana Kerajaan II
134
Ancaman Pangeran Panji
135
Keanggunan dan Kecantikan Senopati Roro Nastiti
136
Perang Lagi di Perbatasan
137
Kekuatan Pangeran Panji
138
Hancurnya Tubuh Pangeran Panji
139
Pohon Raksasa dan Resi Baruna
140
Kisah Resi Baruna
141
Kisah Resi Baruna II
142
Peningkatan Tingkat Kekuatan Puguh
143
Menghadapi Ratu Iblis
144
Musnahnya Ratu Iblis
145
Kesatria Tanah Seberang
146
Negeri Tanah Dewa
147
Ibu Pohon
148
Mewarisi Ilmu Ibu Pohon
149
Lubang Tahanan di Dalam Hutan
150
Melawan Dua Kera Raksasa
151
Pemimpin Tertinggi Bangsa Kera Raksasa
152
Indravanara
153
Mengalahkan Indravanara
154
Membebaskan Pemimpin Tertinggi Bangsa Kera Raksasa
155
Pecahnya Selubung yang Melindungi Ibu Pohon
156
Palvagasura
157
Menghadapi Palvagasura
158
Mengalahkan Palvagasura
159
Melawan Kera Raksasa Berbulu Putih
160
Kembali ke Tanah Jawadwipa
161
Prabu Girindra Nata, Raja Kerajaan Kisma Pura
162
Perjalanan ke Kerajaan Kisma Pura
163
Tiga Kekuatan Besar
164
Pertarungan di Tepi Danau
165
Pendekar Penyebar Cinta
166
Trah Keluarga Asmara Dhatu
167
Kisah Tentang Asmara Dhatu
168
Kesempatan Mencoba Kekuatan Trah Keluarga Asmara Dhatu
169
Wasiat dari Asmara Dhatu
170
Melawan Siluman Penguasa Hutan Perbatasan
171
Melawan Siluman Penguasa Hutan Perbatasan II
172
Kisah Tertangkapnya Siluman Elang
173
Menuju Padepokan Wukir Candrasa
174
Pertarungan di Puncak Gunung Pedang
175
Pertarungan di Puncak Gunung Pedang II
176
Pertarungan di Puncak Gunung Pedang III
177
Pertarungan di Puncak Gunung Pedang IV
178
Pertarungan di Puncak Gunung Pedang V
179
Bangunan di Halaman Belakang Padepokan Wukir Candrasa
180
Pembicaraan Dengan Resi Wismaya
181
Meninggalkan Padepokan Wukir Candrasa
182
Menuju ke Sarang Serigala Mata Biru
183
Menghadapi Serigala Mata Biru
184
Bertemu Siluman Serigala Mata Biru
185
Mengalahkan Siluman Serigala Mata Biru
186
Membawa Siluman Serigala Mata Biru
187
Melawan Prabu Girindra Nata
188
Kekalahan Prabu Girindra Nata
189
Melawan Ki Dahana Yaksa
190
Pertarungan Menggunakan Kekuatan Siluman
191
Mengalahkan Ki Dahana Yaksa
192
Ikatan Darah Dengan Siluman Elang
193
Pulihnya Kesadaran
194
Bukit Gumuk Pasir Wedhi
195
Pertarungan di Puncak Bukit Gumuk Pasir Wedhi
196
Meninggalkan Bukit Gumuk Pasir Wedhi
197
Pertarungan di Pinggir Pedesaan
198
Mengalahkan Topeng Kawung dan muridnya
199
Pengemis Misterius
200
Bertemu Dengan Biyung Kencana
201
Kemunculan Para Pendekar Berkekuatan Sangat Tinggi
202
Menjadi Murid Dewi Laksita
203
Pertarungan Yang Sangat Berat
204
Lelah Jiwa, Lelah Hati, Lelah Pikiran
205
Nasehat Simbok
206
Penggabungan Sempurna Dua Kekuatan
207
Rawa Jingga
208
Pertarungan Pertama Putri Cinde Puspita
209
Pertemuan Kembali Puguh dan Putri Cinde Puspita
210
Mencari Rengganis
211
Tewasnya Wiku Polobogo
212
Bergabung Dengan Padepokan Wukir Candrasa
213
Menyelinap ke Padepokan Wukir Candrasa
214
Pertarungan Puguh Melawan Kala Caraka
215
Kedatangan Ki Dwijo dan Resi Wismaya
216
Pertarungan di Halaman Tengah Padepokan Wukir Candrasa
217
Tewasnya Kala Caraka
218
Kematian Mahawiku Nuraga
219
Kekuatan Jiwa Siluman Serigala Mata Biru
220
Meninggalkan Padepokan Wukir Candrasa
221
Kisah Kematian Bantala Yaksa
222
Kala Soca dan Kala Dupa
223
Aswa Muka dan Aswa Kudana
224
Berlatih di Dalam Goa Bawah Laut
225
Serbuan Siluman Manusia ke Permukiman Trah Keluarga Asmara Dhatu
226
Pertarungan di Halaman Depan Padepokan Wukir Candrasa
227
Dihadang Tiga Laki Laki Muda
228
Pangeran Langit Barat
229
Bertarung Melawan Pangeran Langit Barat
230
Menyelamatkan Prabu Pandu Kawiswara dan Para Senopatinya
231
Kisah Mengeroyok Pangeran Langit Barat
232
Perjalanan Puguh Bersama Roro Nastiti
233
Pasukan Perang yang Sangat Besar
234
Ki Prana Jiwa, Ketua Muda Padepokan Kuwanda Brastha
235
Mendatangi Tempat Tinggal Trah Keluarga Asmara Dhatu
236
Batu Bintang
237
Pertemuan di Makam Asmara Dhatu
238
Panglima Perang Jaladra
239
Bertarung Melawan Panglima Jaladra
240
Tewasnya Para Panglima Perang
241
Membagi Tugas ke Tiga Tempat
242
Pangeran Kanaya Wijaya
243
Memulai Rencana Penyerangan
244
Pertarungan di Tepi Sungai
245
Pertarungan di Tepi Sungai (II)
246
Pertarungan di Tepi Sungai (III)
247
Pertarungan di Tepi Sungai (IV)
248
Pertarungan di Tepi Sungai (V)
249
Pertarungan di Tepi Sungai (VI)
250
Kematian Dengan Luka Menghitam
251
Tewasnya Panglima Perang Jaladri
252
Menyusul Rengganis
253
Pangeran Indra Prana
254
Tantangan untuk Prabu Girindra Nata
255
Tertangkapnya Prabu Girindra Nata
256
Danau Tujuh Warna
257
Pertempuran Dua Pasukan Perang yang Sangat Besar
258
Taktik Perang Yang Berbeda
259
Tehnik Mata Elang
260
Pusaran Hitam
261
Pedang Hitam Legam
262
Tewasnya Panglima Perang Sada
263
Kisah Rengganis
264
Kisah Penyerangan ke Gunung Pedang
265
Kembali Melatih Ilmu Naga Pijana
266
Pertarungan Kartika Dhatu Melawan Pangeran Langit Barat
267
Serangan Gelap Pada Kartika Dhatu
268
Kembali Masuk ke Hutan Perbatasan
269
Menuju ke Air Terjun Hutan Perbatasan
270
Pertarungan di Dekat Air Terjun
271
Membantu Kerajaan Banjaran Pura
272
Serbuan ke Kerajaan Banjaran Pura
273
Gugurnya Dewi Laksita
274
Pertarungan di Dekat Air Terjun II
275
Pertarungan di Dekat Air Terjun III
276
Pertarungan di Dekat Air Terjun IV
277
Jurus Pengunci Sukma
278
Musnahnya Wujud Tubuh Siluman Elang
279
Bunga Hitam untuk Puguh
280
Pulihnya Puguh dan Kartika Dhatu
281
Serangan Gelap
282
Patahnya Bilah Pedang Panjang
283
Mencari Pangeran Langit Barat
284
Tewasnya Panglima Perang Jaladra
285
Munculnya Kembali Ki Naga Kecil
286
Munculnya Kembali Pangeran Langit Barat
287
Tehnik Pantulan Tenaga Dalam
288
Merebut Senjata Pusaka Kerajaan Banjaran Pura
289
Janji Puguh Pada Iswara Dhatu
290
Ilmu Baru Pangeran Langit Barat
291
Inti Kekuatan Tenaga Dalam yang Tercerai Berai
292
Peningkatan Kekuatan Rengganis dan Kartika Dhatu
293
Ledakan Keras Di Hutan Perbatasan
294
Dua Pertarungan di Dalam Hutan Perbatasan
295
Titisan Dewi Kematian
296
Meleburnya Tiga Kekuatan di Dalam Tubuh Puguh
297
Pertarungan Hingga Malam
298
Musnahnya Wujud Siluman Naga
299
Tewasnya Pangeran Langit Barat
300
Jurus Yang Sangat Mirip
301
Tombak Naga Kecil
302
Sisik Naga
303
Tongkat Naga Hitam
304
Pertarungan Melawan Pemilik Tongkat Naga Hitam
305
Pengeroyokan Pada Pangeran Indra Prana
306
Ki Naga Hitam dan Ki Naga Besar
307
Trah Naga
308
Ilmu Pukulan Cakra Maruta
309
Ruangan Besar Di Perut Gunung
310
Sarung Pedang Dari Kulit Kayu Hitam
311
Munculnya Siluman Naga Putih
312
Bola Cahaya Berwarna Biru
313
Peningkatan Kekuatan Kartika Dhatu
314
Pertarungan di Dasar Lautan
315
Luka luka Di Tubuh Rengganis
316
Semburan Asap Putih
317
Gulungan Air Raksasa
318
Naik ke Permukaan
319
Tewasnya Ki Naga Besar
320
Tewasnya Putri Naga Putih
321
Tewasnya Ki Naga Hitam
322
Secarik Cahaya Putih
323
Pulau Hijau
324
Tarian Selendang di Puncak Gunung Pedang
325
Hari Cerah di Kisma Pura

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!