Hari menjelang petang. Kakek berbaju putih lusuh itu berhenti di ujung jalan menuju Kademangan Pandan Ireng. Puguh diturunkan dari panggulannya dan didudukkan bersandar pada pohon yang tumbuh di tepi jalan.
Dengan memijit beberapa tempat pada tengkuk dan kepalanya, kakek itu membuat Puguh kembali siuman.
Puguh yang sudah siuman, menoleh ke arah kanan kirinya. Beberapa saat kemudian, Puguh bisa memahami, dirinya sekarang berada di dekat tempat tinggalnya.
"Ngger, jangan takut. Aku juga manusia seperti dirimu," kata kakek itu.
Selama beberapa waktu, Puguh masih ketakutan. Namun, mendengar perkataan kakek itu, rasa takutnya berkurang.
"Ngger, kamu ingin pulang ke kampungmu, atau kamu menemani kakek ?" tanya kakek itu dengan sabar.
Dengan memberanikan diri, Puguh menjawab, "Aku .... aku, mau pulang kek."
Kemudian Puguh bangkit dan berusaha berlari menuju ke gerbang Kademangan.
"Ngger, kalau kamu berubah pikiran, ingin ikut kakek, kamu datanglah ke pohon yang tadi," kata kakek itu serasa berbicara di dekat telinga Puguh.
Puguh menoleh sebentar ke arah kakek berbaju putih itu, kemudian kembali berlari masuk ke gerbang Kademangan.
Kalau ada orang lain yang melihat cara Puguh berlari, pasti orang itu akan heran. Anak seusia Puguh, bisa lari secepat kuda. Tetapi Puguh belum menyadari keadaannya. Dalam hati dan pikirannya hanya ada satu hal. Dia ingin segera bertemu dengan simboknya.
"Semoga semua hal yang sudah dialaminya, membentuknya menjadi anak yang tangguh dan tidak mudah mengeluh dan menyerah," kata kakek itu pelan.
Tiba tiba tubuh kakek itu lenyap, hanya meninggalkan sedikit suara berkesiuran. Di kejauhan, terlihat tubuhnya yang berkelebat cepat. Sesaat kemudian, tubuhnya sudah benar benar lenyap ditelan gelapnya malam.
Tanpa Puguh sadari, sewaktu kakek berbaju putih lusuh itu mengetuk ketuk beberapa bagian tubuh Puguh yang terjatuh dari atas pohon. Kakek itu bukan sembarangan mengetuk.
Selain bertujuan membetulkan posisi tulang tulang tubuh Puguh, kakek itu juga membuka simpul simpul aliran energi yang masih tersumbat.
Dengan menyentuh beberapa bagian tubuhnya, kakek itu bisa mengetahui, kalau tubuh Puguh tanpa disadarinya, sudah bisa membentuk energi layaknya seorang yang belajar bela diri. Namun belum bisa menyimpannya di dalam tubuhnya. Maka dari itu, kakek berbaju putih itu membuka beberapa simpul simpul syaraf dan otot, namun hanya di beberapa tempat yang disesuaikan dengan kemampuan Puguh, pada usia dan keadaan tubuh Puguh saat ini.
----- o -----
Sesampai di kamarnya, Puguh langsung naik ke tempat tidur dan menyelimuti tubuhnya dengan kain seadanya.
Sambil meringkuk miring, Puguh mencoba merangkai kejadian demi kejadian ke dalam ingatannya.
Ketika ingatannya sampai pada saat simboknya terkena golok orang berpakaian dan memakai penutup muka berwarna hitam, tiba tiba Puguh bangun dan berlari ke pintu.
Sambil membuka pintu, Puguh memanggil manggil simboknya.
"Mbok ! Simbok ! Puguh pulang mbok !" teriak Puguh kebingungan.
Puguh berlari lari dari kamarnya menuju pintu ke arah 'Dalem Ageng', bolak balik berkali kali.
Akhirnya Puguh kelelahan, terjatuh dan tidak sadarkan diri di teras kamarnya.
----- v -----
Pada pagi hari berikutnya, Ki Poyo yang duduk di pinggir dipan tempat Puguh terbaring bergumam pelan.
"Kasihan Puguh kecil ini. Pada usianya sekarang ini sudah mengalami kehilangan kedua orang tuanya. Semoga hati dan jiwanya kuat," kata Ki Poyo sangat pelan.
Semalam, saat kembali bersama sama dengan para prajurit yang tersisa, Ki Poyo mendapati, Puguh tergeletak di lantai teras kamarnya.
Ki Poyo pun mengangkat dan memindahkan Puguh ke atas dipan kamarnya.
Dalam pingsannya, Puguh berkali kali mengigau. Dia berteriak teriak memanggil simboknya, kemudian menangis.
Puguh mengalami meriang. Seluruh badannya panas, namun tubuhnya menggigil seperti kedinginan.
Akhirnya Ki Poyo menunggui Puguh sambil mengompres dahi Puguh dengan daun 'dadap serep' yang ditaman di pinggir halaman samping.
Setelah beberapa saat, akhirnya Puguh terbangun. Yang dilakukan pertama adalah menangis dan memanggil manggil simboknya.
Ki Poyo yang mendengar itu, hatinya sangat trenyuh dan hanya bisa menghibur agar Puguh berhenti menangis.
----- o -----
Hari hari berikutnya, Puguh tinggal bersama Ki Poyo dan diperlakukan seperti anak Ki Poyo sendiri.
Mereka berdua mulai berkegiatan seperti biasa. Di sela sela kegiatan mengurus kuda dan kereta, Ki Poyo mengajari Puguh dasar dasar ilmu kanuragan yang dia bisa.
Ki Poyo diam diam merasa kagum dengan Puguh. Walaupun masih kecil, namun diajari apapun, terutama tentang ilmu kanuragan, cepat sekali memahaminya. Selain itu, Puguh tidak pernah mengeluh, seberat apapun latihan yang diberikan dan juga tidak pernah terlihat kelelahan setiap berlatih ilmu kanuragan.
Selain itu, Ki Poyo juga banyak bercerita. Termasuk tentang persaingan dan perselisihan antar Kademangan untuk berebut pengaruh dan perhatian dari Kadipaten.
Dari cerita Ki Poyo juga, Puguh mengetahui kalau Den Roro dan Den Bagus serta Ki Demang Pandan Ireng selamat dari penghadangan di perbatasan Kadipaten.
----- o -----
Pada masa itu, kemampuan ilmu kanuragan sangat dihargai. Mulai dari yang tingkat dasar, menengah sampai tinggi, semuanya berharga sesuai dengan tingkatannya.
Masing masing penguasa suatu daerah, seperti berlomba untuk mendapatkan orang dengan kemampuan bela diri yang mumpuni.
Sehingga terkadang ada penguasa yang mengadakan pertandingan adu keahlian beladiri untuk mencari orang yang ahli beladiri dengan iming iming hadiah uang ataupun posisi jabatan dalam keprajuritan.
Untuk posisi jabatan jabatan tertentu dalam keprajuritan, para penguasa terkadang memilih dari keturunan penguasa daerah di bawahnya. Tujuannya, mendapatkan ahli bela diri yang mumpuni, berdarah ningrat dan juga untuk mengikat kesetiaan dan loyalitas penguasa daerah di bawahnya.
Hal itu membuat penguasa penguasa daerah, dari daerah yang terkecil atau kampung sangat bersemangat memasukkan anak keturunannya ke padepokan padepokan olah kanuragan.
Begitu juga dengan Ki Demang Pandan Ireng. Karena kepercayaan yang diberikan oleh penguasa Kadipaten Langitan, Raden Tumenggung Suryo Langit untuk memasok bahan makanan, telah memicu perasaan iri dan tidak senang dari Kademangan Kademangan lain.
Maka Ki Demang Pandan Ireng mengirim anak laki lakinya, Den Bagus dan Den Roro ke Padepokan 'Macan Kumbang' untuk belajar olah kanuragan.
Sebenarnya, di Kadipaten Langitan ada beberapa padepokan ilmu kanuragan. Tetapi entah mengapa, Ki Demang Pandan Ireng memilih memasukkan kedua anaknya ke Padepokan Macan Kumbang.
Den Roro bersikeras ikut, karena sudah sering melihat para prajurit Kademangan berlatih dan tertarik dengan ilmu kanuragan.
Ternyata Den Bagus dan Den Roro juga menginginkan Puguh ikut mereka tinggal di padepokan 'Macan Kumbang'. Sudah menjadi hal yang lumrah pada masa itu, jika ada anak atau keluarga penguasa belajar di suatu padepokan, akan mengajak satu atau beberapa orang untuk mengurus keperluannya sehari hari.
Akhirnya, pada hari yang sudah direncanakan, Puguh menemani Den Bagus dan Den Roro berangkat ke Padepokan Macan Kumbang, diantar oleh Ki Poyo dan disertai oleh salah seorang emban.
\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_ 0 \_\_\_\_\_\_\_\_\_\_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 325 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Makin Joosss...! 👍👍
2023-04-19
1
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Tetap semangat Thor 💪💪
2023-04-19
1
Budi Efendi
mantap
2023-02-28
0