Ayrisa And Her Story

Ayrisa And Her Story

Ayrisa⁰¹ - First Day

Langit di luar sana tampak cerah dengan matahari yang bersinar terang dan awan yang sesekali berlalu-lalang. Cuaca di luar seharusnya bisa berpengaruh pada suasana hati orang-orang agar lebih ceria. Namun, sepertinya gadis yang sedang menunggu di depan pintu kamar mandi itu tidak terpengaruh. Wajahnya tertekuk masam dengan tangan yang terlipat di depan dada, tidak lupa jubah mandi yang tersampir di pundaknya.

Ketika akhirnya pintu kamar mandi terbuka dan memunculkan seorang laki-laki yang topless, gadis itu langsung menyerobot masuk dan menutup pintu dengan kasar. Di dalam, gadis itu mandi secepat yang ia bisa karena dirinya memang sedang dikejar oleh waktu sekarang. Selesai mandi ia langsung menutupi tubuh polosnya dengan bathrobe. Begitu keluar dari kamar mandi, gadis itu langsung melangkah dengan cepat untuk kembali ke kamar.

Kamar yang ditempatinya adalah sebuah kamar luas yang ia bagi bersama kakak perempuannya. Sisi untuknya dan untuk kakaknya hanya dipisahkan oleh sebuah tirai yang ada di tengah kamar. Ia berada di sisi kiri dan kakaknya di sisi yang lain. Sebenarnya dulu tidak ada tirai yang membagi kamar itu. Namun, karena mereka semakin tumbuh dan membutuhkan ruang untuk privasi masing-masing, maka hadirlah tirai itu.

Gadis itu dengan cepat menuju lemari pakaiannya dan meraih seragam yang akan dipakainya hari ini, atasan berwarna putih dan rok abu-abu. Setelah semua itu terpasang dengan rapi di tubuhnya, ia bergegas mengambil tasnya dan keluar kamar. Tidak lupa ia mengambil masker yang tersimpan di laci meja belajarnya.

Kakinya melangkah menuruni tangga secepat yang ia bisa. Begitu mencapai lantai dasar ia langsung mengarah ke ruang makan yang terhubung langsung dengan dapur. Kedua kakaknya sudah ada di sana.

"Lain kali jangan lari-lari, Ay!"

Seruan dari sang bunda menyambut begitu ia mendudukkan dirinya di kursi meja makan. Ayrisa, gadis itu, menganggukkan kepalanya sembari meneguk segelas susu cokelat yang sudah disiapkan.

"Udah, Bun, berangkat yuk!" ujar Ayrisa setelah mengelap sudut bibirnya yang terdapat sisa susu dengan tisu.

"Gak mau makan dulu?" Bunda Ayrisa, Dara, bertanya memastikan. "Atau mau bawa bekal?"

"Nggak, Bun. Nanti aja makannya, palingan pulang cepet, kok." Ayrisa membalas seraya memakai maskernya.

"Ya udah."

Dara menuju wastafel untuk mencuci tangannya. Kemudian menyusul Ayrisa yang sudah lebih dulu ke depan untuk memakai sepatunya. Sebelum keluar Dara mengambil kunci motor yang tersimpan di lemari kecil berlaci yang ada di dekat pintu.

Ayrisa memang sedari dulu untuk berangkat ke sekolah akan diantar oleh Dara. Ingin mengendarai motor sendiri, tetapi tidak bisa karena saat belajar bulan lalu malah jatuh. Itu berakhir dengan mendapat larangan dari Dara.

Saat pulang pun Dara yang biasanya menjemput dirinya. Terkadang kakak laki-lakinya jika Dara sedang ada kesibukan. Sesekali juga sang ayah yang mengambil alih tugas itu.

Motor akhirnya berhenti tidak jauh dari gerbang sekolah Ayrisa. Gadis itu langsung turun dan menyalimi tangan bundanya sebelum masuk.

Satu hal yang ditakutkan Ayrisa saat kembali bersekolah, yaitu takut menjadi seperti anak hilang begitu mencapai lobi sekolah karena tidak tahu temannya ada di mana sekarang. Terlalu malas untuk menggunakan ponselnya, Ayrisa pun akhirnya memilih untuk mengikuti instingnya menuju kelas mereka saat kelas 10.

Sampai di sana, entah berapa banyak ucapan syukur yang digumamkan Ayrisa dalam hati begitu melihat Reylin—temannya sejak hari pertama bersekolah di sana—sedang berbincang dengan guru ekonomi mereka—Pak Dzakariah. Beliau termasuk guru yang disenangi oleh para murid karena ramah. Jadi, adalah hal wajar ketika melihat beliau sedang berbincang santai dengan murid.

"Selamat pagi, Pak!" sapa Ayrisa begitu menghampiri mereka. "Hai, Re!"

"Ay, gue punya bad news. Untuk kelas 11 ini, kelas kita dibagi dua yang berakhir kita gak sekelas karena nomor absennya jauh." Reylin berujar dengan lesu. Baru hari pertama dan ia sudah kehilangan semangat bersekolahnya begitu mendapat pengumuman itu.

Mata Ayrisa membulat tidak percaya. Ia menoleh pada Pak Dzakariah. "Pak, ini beneran? Dalam rangka apa dibagi dua gitu? Kelas kita, kan, muridnya pas-pasan aja."

Pak Dzakariah tersenyum maklum melihat siswanya yang 'protes'. "Itu keputusan kepala sekolah, dengan jumlah murid sekelas yang berkurang diharapkan agar kelas kalian bisa lebih fokus belajarnya." Beliau menjelaskan dengan baik agar siswa di hadapannya ini paham.

"Tapi, katanya juga biar seluruh kelas di sekolah ini terpakai. Karena di angkatan kalian kelas Bahasa cuma ada satu, makanya dibagi dua untuk tahun ini." Pak Dzakariah melanjutkan.

"Yahh, kita udah terlanjur enakan bareng, Pak. Gak bisa pindah atau tukeran gitu?"

"Ini yang bagi kelasnya Pak Udin, jadi Bapak sendiri tidak tahu bisa pindah atau tidak."

Ayrisa menghela napas berat. "Re, kita gak bisa bareng lagi, dong."

Raylin menggeleng tidak setuju. "Nggak, kita pasti bakal bareng. Gini aja, lo kan anaknya Pak Frans, minta aja buat gue pindah ke kelas lo. Nanti gue juga bantu ngomong, deh."

"Oke, nanti kita bareng ngomongnya." Ayrisa menyetujui ide Reylin tanpa berpikir panjang.

Di sisi lain Pak Dzakariah tertawa kecil setelah mendengar Reylin menyebut Ayrisa sebagai anak wali kelas mereka, Pak Frans.

Sebenarnya sebutan itu diberikan Reylin pada Ayrisa bukan tanpa alasan. Yang menjadi penyebab Reylin memberi sebutan seperti itu karena wali kelas mereka sering memberikan tugas pada Ayrisa yang padahal seharusnya diberikan pada ketua kelas atau wakil ketua mereka. Alasan Pak Frans memberikan tugas semacam itu pada Ayrisa pun tidak mereka ketahui. Yang pasti Ayrisa hanya menurut saja ketika mendapatkan tugas dari Pak Frans.

Triingg! Triingg!

"Diharapkan kepada semua murid untuk memasuki kelas masing-masing! Tidak ada yang boleh berada di luar kelas ketika jam pembelajaran berlangsung." Suara dari guru yang memiliki jadwal piket hari ini terdengar dari alat pengeras suara yang tersebar di beberapa sudut sekolah.

"Ya sudah, kalian masuk kelas sana. Bapak juga mau kembali ke ruangan." Setelah mengatakan itu Pak Dzakariah berbalik dan pergi dari sana, meninggalkan kedua muridnya.

"Kelas kita di mana?" tanya Ayrisa.

"Di lantai dua. Yuk!"

Ayrisa mengikuti langkah Reylin, menaiki tangga menuju lantai dua gedung sekolah. Begitu mencapai lantai dua, mereka berbelok ke kiri.

"Ini kelas lo." Reylin menunjuk kelas pertama yang mereka jumpai dari tangga. "Kelas gue di sebelah. Ingat ya, minta ke Pak Frans!"

Ayrisa mengangguk sebelum masuk ke kelas. Karena sekarang kelasnya hanya ada enam belas siswa, setiap siswa memiliki meja dan bangkunya sendiri. Ia mengambil tempat di deretan paling depan dekat meja guru. Hanya tempat itu yang tersisa dan meja di sebelahnya, sepertinya jumlah meja dan kursi di kelas mereka lebih. Siswa sekelasnya yang lain lebih banyak memilih tempat di deretan belakang.

Ayrisa melepas maskernya dan menyimpan itu ke dalam tas. Kemudian ia hanya duduk dengan tenang di tempatnya sambil memainkan ponsel. Hitung-hitung mengisi waktu menunggu wali kelasnya.

"Ayrisa, tumben tadi udah bel baru masuk." Melia, salah satu teman sekelasnya, berceletuk setelah mendudukkan diri di bangku kosong di samping milik Ayrisa.

"Oh, tadi bareng sama Reylin dulu di bawah." Ayrisa menjawab sambil lalu. "Belum tahu juga kelasnya di mana tadi, jadi bareng Reylin aja."

"Lo ada rekomendasi cerita baru gak? Yang kemarin gue udah selesai baca semua. Rekomendasi dari lo emang gak pernah mengecewakan."

"Bagus kalau gitu. Aku sekarang lagi baca yang ini, sih," ucap Ayrisa menunjukkan layar ponselnya. "Ini lumayan bagus, coba aja dibaca."

"Oke, oke. Nanti kirimin link ke gue aja."

"Iya, Mel."

"Makasih ya."

"Selamat pagi semuanya!" Seruan dari arah pintu kelas mengambil alih perhatian semua siswa.

Semua siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing. Ayrisa juga merapikan posisi duduknya dan menyimpan ponsel miliknya di laci meja.

"Apa semuanya sudah hadir?" tanya Pak Frans sambil melihat buku absen di tangannya. Beberapa siswa tampak menjawab pertanyaan tersebut. "Baik, tidak ada yang perlu disampaikan di pertemuan pertama ini. Kalian bisa menunggu guru mata pelajaran sesuai jadwal yang sudah dibagikan di grup."

"Pak, ini kan kita baru hari pertama, kenapa udah belajar? Biasanya palingan bersih-bersih kelas," ujar Restha sebelum Pak Frans meninggalkan kelas.

"Kalian, kan, kemarin sudah dapat tambahan libur satu minggu, jadi sekarang belajar." Pak Frans menjawab dengan santai kemudian lanjut berlaku dari sana, tidak melihat wajah masam siswanya.

Di saat teman sekelasnya mengeluhkan hal itu, Ayrisa keluar mengikuti Pak Frans. Tidak lupa ia membawa ponselnya agar aman.

"Pak," panggilnya.

Pak Frans menoleh padanya, kemudian memasang wajah tanya.

"Umm, kan saya sama Reylin kepisah, tuh. Ini boleh pindah kelas gak, Pak?"

"Di antara kalian siapa yang mau pindah?"

"Saya, Pak." Reylin yang muncul dari belakang menjawab pertanyaan itu.

"Kalau itu kurang tahu juga. Tapi, ya sudah, kalian ikut saya ke ruangan Pak Udin."

Ayrisa dan Reylin spontan tersenyum senang. Mereka segera menyusul Pak Frans yang sudah pergi duluan dari sana.

Sampai di ruangan Pak Udin. Pak Frans langsung membicarakan tentang hal itu, dan keputusan akhirnya adalah pertukaran. Jadi, mereka perlu mencari teman di kelas Bahasa A yang ingin pindah ke kelas Bahasa B.

Beruntungnya mereka karena ada Gesha yang ingin pindah.

Setelah pindah Reylin menempati bangku yang masih kosong di samping Ayrisa. Tidak lama setelah itu Bu Mela, guru bahasa Jerman, masuk ke kelas.

...·o0o·...

Jangan lupa untuk memberikan dukungan. Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Nanapple

Nanapple

semangat💪💪

2023-09-24

0

Ji ahn tjoek

Ji ahn tjoek

ceritanya dikemas seestetik mungkin jd pembaca betah🫶

2023-09-09

0

abjdefghij

abjdefghij

semangat 👍👍👍👍

2022-05-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!