Ayrisa¹⁴ - Class Star

Musim penghujan telah tiba. Mengundang hawa dingin yang membuat orang-orang lebih tertarik menghabiskan hari mereka di atas ranjang yang nyaman. Mungkin juga bisa ditemani makanan atau minuman hangat yang bisa membuat semuanya terasa sempurna. Namun, kenyataan bahwa mereka memiliki pekerjaan mengalahkan godaan itu. Sejak pagi kota sudah kembali sibuk dengan aktivitasnya walau rinai-rinai hujan turun membasahi bumi.

Ayrisa berangkat ke sekolah diantar oleh Antra. Sebelum berangkat Dara mengingatkan untuk memakai jaket. Karena itulah sekarang tubuhnya memakai jaket warna hitam berukuran besar yang ia pinjam dari Nefra.

Setelah mobil berhenti di depan gerbang, Ayrisa memakai topi jaket kemudian menyalimi tangan sang ayah. Begitu keluar ia mempercepat langkahnya agar tidak terlalu lama di bawah langit yang sedang menjadi tempat awan-awan menumpahkan isinya. Namun, karena adanya genangan, Ayrisa harus mengurangi kecepatannya agar tidak salah melangkah dan menyebabkan air menyiprat.

Begitu sampai di lobi, Ayrisa menghela napas pelan kemudian melepas topi jaket yang menutupi kepalanya. Lalu, baru saja akan melanjutkan langkahnya, Mia yang baru datang memanggil sambil menerjang rinai hujan.

"Pagi, Ay!"

"Pagi juga, Mia!" Ayrisa membalas seraya melanjutkan langkahnya yang diikuti oleh Mia.

Karena suhu yang dingin pada musim penghujan ini, para siswa lebih memilih berada di kelas. Kebanyakan melanjutkan tidur sambil menunggu bel berbunyi.

"Ay, lo udah selesaiin tugas prakarya yang ngerangkum bab dua itu?" tanya Mia disela keheningan yang menyelimuti atmosfer di antara mereka berdua.

"Udah, kamu sendiri?"

"Masih kurang dikit lagi. Tadi malam tangan gue capek banget nulis terus," ucap Mia dengan sedikit melebih-lebihkan.

"Mau aku tulisin sisanya?" tawar Ayrisa.

"Emangnya lo gak capek? Gue aja capek gini. Kalau nginget lagi malah tambah capek."

"Gak papa, kan, aku mau bantuin kamu."

"Wah, Ay, lo terbaik banget emang!" Mia berseru riang seraya memeluk Ayrisa dengan gemas.

Mereka akhirnya sampai di kelas. Keadaan masih sepi, atau mungkin beberapa lainnya sedang main ke kelas sebelah untuk bersama teman mereka.

Ayrisa menyelesaikan rangkuman milik Mia mengikuti miliknya. Ia memang seperti itu, suka saja menulis. Teman-temannya dulu sering menanyakan alasannya, ia hanya akan menjawab dengan santai kalau dirinya terlalu bosan. Itu bukan suatu kebohongan ataupun alasan yang dibuat-buat. Ayrisa memang mudah bosan pada sesuatu. Ia adalah tipe orang yang tidak bisa bertahan pada kegiatan atau apa pun yang tidak bisa meningkatkan adrenalinnya.

Bagi Ayrisa, menulis, membaca dan menonton film aksi adalah favoritnya. Walaupun jujur Ayrisa selama ini tidak pernah melihat adegan perkelahian secara langsung—atau lebih tepatnya ia menghindarinya karena ... takut. Terdengar sedikit aneh, tetapi memang begitu kenyataannya.

Unik.

Ayrisa lebih memilih kata itu yang cocok dengan dirinya, karena memang ia sedikit berbeda.

Bel akhirnya berbunyi bersamaan saat Ayrisa mengembalikan buku milik Mia. Lalu disusul dengan guru mata pelajaran antropologi yang memasuki kelas.

Semua buku dan peralatan tulis yang dibutuhkan sudah tersimpan di atas meja. Ayrisa langsung membuka buku paket pada halaman yang diberitahukan oleh Bu Yulia.

Setelah membahas dan menjelaskan materi untuk hari ini, Bu Yulia memberikan tugas sederhana untuk dikerjakan siswanya. Kelas dalam keadaan tenang, seperti biasanya saat pelajaran antropologi. Siswa di kelas Ayrisa memang seperti memiliki insting agar tidak membangunkan hewan buas yang tertidur.

Sesi mengerjakan tugas sengaja dibuat agar berlangsung lama untuk mengulur waktu sampai bel pergantian mata pelajaran berbunyi.

...·Ayrisa·...

Hujan sepertinya sudah sangat merindu pada bumi sehingga seharian ini tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti ataupun reda. Suhu dingin yang mendominasi atmosfer membuat semua siswa kehilangan semangat dan lebih memilih tidur di kelas saat waktu istirahat dengan tubuh terbalut jaket.

Ayrisa sendiri baru saja kembali ke kelas setelah menemani Mia ke toilet. Sebenarnya tidak hanya itu, mereka mampir sebentar ke kantin atas permintaan Mia. Karena kebanyakan siswa lebih memilih berada di kelas, jadi mereka bisa lebih cepat kembali ke kelas.

"Mia, nanti kamu dijemput atau pake taksi online lagi?" Ayrisa bertanya, untuk sekedar basa-basi, sekalian meningkatkan kemampuan berinteraksinya.

"Pake taksi lagi kayaknya, emang kenapa?"

"Oh, nggak cuma nanya aja."

Mia mengangguk dalam diam. Sebenarnya terasa sedikit canggung saat berdiaman waktu bersama Ayrisa, hanya saja ia tidak memiliki bahasan apa pun saat ini.

"Eh, iya. Ay, gimana rasanya jadi juara kelas terus?" tanya Mia tiba-tiba.

Ayrisa terdiam sebentar untuk memikirkan jawabannya. "Berat. Sedikit menyesakkan."

Mia tidak pernah menduga jawaban seperti itu yang akan diberikan oleh Ayrisa. Sebenarnya ia juga pernah dua kali menduduki peringkat pertama saat masih berada di sekolah dasar, dan rasanya membanggakan. Ia mendapat banyak pujian dari teman sekelasnya dulu. Mamanya juga menghadiahkan barang yang diinginkannya.

"Harapan banyak orang tergantung di diri kamu, lalu ketika hasilnya tidak sesuai ekspektasi ...." Ayrisa berucap sambil tersenyum, tetapi tidak sampai menyelesaikan kalimatnya.

Sekarang Mia mengerti, Ayrisa juga manusia yang tidak sempurna, seperti dirinya. Menjadi langganan juara kelas juga memiliki bebannya sendiri, tidak melulu tentang mendapatkan pujian ataupun hadiah sebagai apresiasi. Apalagi sekarang mereka berada di jenjang SMA, semua pasti terasa lebih berat.

"Kapan-kapan lo mau gak jalan sama gue? Setelah pindah ke sini gue belum pernah jalan bareng temen," ujar Mia dengan keantusiasan yang tersembunyi di balik nada santainya. Ia berusaha menghilangkan atmosfer canggung yang tiba-tiba menyelimuti mereka.

"Boleh, kayaknya aku juga udah lama gak jalan bareng temen."

Bel akhirnya berbunyi, membuat para siswa kembali menegakkan punggung mereka—bagi yang menghabiskan waktu istirahat dengan tidur. Tidak lama setelah itu, Bu Rina—guru bahasa Indonesia—memasuki kelas XI Bahasa A. Pelajaran dimulai setelah Bu Rina selesai mengabsen siswa di kelas. Hari ini mereka memasuki materi baru, yaitu teks eksplanasi.

Seperti biasanya, Bu Rina akan memberikan tugas meringkas materi terlebih dulu. Karena itulah para siswa mulai berkumpul dan membentuk kelompok kecil untuk mencatat bersama. Ayrisa hanya memperhatikan mereka sebentar sebelum mulai fokus pada buku catatannya. Memang sudah biasa tidak akan ada yang mau membuat kelompok bersamanya, bahkan hanya untuk mencatat seperti ini. Kecuali jika ada tugas kelompok yang ditentukan oleh guru.

Pada sisa jam pelajaran setelah semua siswa menyelesaikan rangkuman mereka, Bu Rina membahas materi hari ini. Semuanya mendengarkan dalam diam sambil menunggu bel kembali berbunyi sebagai pertanda berakhirnya waktu sekolah.

Lalu, ketika akhirnya bel berbunyi, mereka semakin dibuat senang karena tidak diberikan tugas. Hari ini mereka terbebas dari tugas, jadi sesampainya di rumah bisa bersantai saja tanpa perlu pusing memikirkan hal lain.

"Baiklah, pembelajaran kita untuk hari ini selesai. Jangan lupa untuk selalu belajar." Bu Rina memberikan wejangan singkat sebelum meninggalkan kelas.

Karena hari ini adalah jadwal piketnya, Ayrisa menyimpan buku dan peralatan tulisnya ke dalam tas dengan santai.

Pada musim hujan seperti ini, kelas tidak terlalu kotor karena para siswa yang lebih memilih menghabiskan waktu istirahat di kelas. Jadi, Ayrisa menyelesaikan tugas piketnya dengan cepat. Ia langsung menghampiri Mia yang sudah menunggu dirinya di luar kelas.

Saat tiba di lobi, Ayrisa mendapatkan pesan dari sang ayah yang memberitahukan kalau sudah menunggu di depan gerbang.

"Mia, aku duluan ya," ujar Ayrisa sebelum menerjang hujan.

Ia sangat suka merasakan sensasi saat rinai hujan jatuh di atas kulitnya. Ingin rasanya berlama-lama di bawah naungan langit yang sedang menumpahkan muatannya, tetapi bisa saja ia akan mendapat ceramah panjang dan berakhir larangan ini dan itu. Jadi, ia lebih memilih untuk melangkah dengan cepat agar sampai ke mobil.

Setelah ia masuk, sang ayah langsung melajukan mobil menjauh dari sekolah. Keheningan menyelimuti atmosfer di dalam mobil selama perjalanan.

Begitu mobil akhirnya terparkir di pekarangan rumah, Ayrisa keluar lebih dulu dan masuk ke rumah. Ia menyerukan kepulangannya sebelum berlari menaiki tangga menuju kamar. Sang ayah yang baru masuk langsung mengingatkan agar mengurangi kecepatannya.

Sampai di kamar. Ternyata kakak perempuannya, Nura, sudah dengan nyaman membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Ayrisa menyimpan tasnya di kursi meja belajarnya kemudian duduk di atas ranjangnya sambil memainkan ponsel sebentar. Setelah itu ia akan menyegarkan tubuhnya dengan air hangat karena suhu yang dingin di musim hujan ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!