Ayrisa⁰⁴ - Quality Time

Guru yang mengajar mata pelajaran terakhir sudah meninggalkan kelas beberapa saat yang lalu. Pelajaran terakhir mereka adalah matematika, dan itu cukup memusingkan para siswa dengan kumpulan garis dan angka.

"Ay, lo beneran udah dapet izin, 'kan?" Reylin bertanya untuk kembali memastikan. Tangannya sibuk bergerak memasukkan buku ke dalam tas dan menutup resleting.

Ayrisa mengangguk mantap. "Udah, aman kok."

Seperti yang sudah mereka rencanakan kemarin. Hari ini kedua gadis itu akan quality time sebelum Reylin pindah besok lusa. Ayrisa sudah membawa pakaian ganti seperti yang diberitahu Reylin semalam. Tentu mereka tidak ingin bepergian dengan seragam sekolah.

Mereka keluar kelas begitu hanya tersisa beberapa siswa yang memiliki jadwal piket hari ini. Selanjutnya mereka menuju toilet untuk mengganti pakaian. Ayrisa membawa Poet Sleeve berwarna krem. Untuk bawahan ia tidak menggantinya karena pakaian ganti yang ia bawa memang sengaja dicocokkan dengan rok sekolahnya yang berwarna coklat itu. Reylin sendiri membawa kemeja flanel V-Neck yang ia buat menjadi model Sabrina, dipadukan dengan kaus putih tanpa lengan untuk dalaman. Untuk bawahan Reylin memakai celana jeans yang senada dengan kausnya.

Selesai mengganti pakaian kedua perempuan itu langsung menuju lobi sekolah untuk keluar. Sambil berjalan Reylin sibuk dengan ponselnya untuk memesan taksi online.

"Ayrisa! Reylin!"

Dari belakang, Ilham dan Farzi mempercepat langkah mereka untuk menghampiri kedua gadis itu. Kali ini tidak ada acara menonton basket, jadi mereka pulang lebih awal. Para anak basket pun tentunya tidak akan menyiakan waktu pulang lebih awal di hari Jumat ini.

"Lo berdua mau ke mana? Kalau jalan, tuh, ngajak-ngajak dong." Farzi melempar pertanyaan pada Ayrisa dan Reylin, melihat pakaian yang sudah berganti ia yakin kalau mereka akan jalan-jalan.

"Kita mau nonton. Kalau pengen ikut, ya, ayo aja." Reylin menyahut, menjawab pertanyaan Farzi.

"Oke, bagus, lo bareng gue aja. Ayrisa bisa sama Ilham."

Reylin langsung menyetujuinya, pun dengan begitu ia dan Ayrisa tidak perlu mengeluarkan uang untuk biaya kendaraan. Ayrisa sendiri juga hanya mengikuti Reylin tanpa memberikan protes.

Dengan begitu, mereka berempat pergi bersama. Karena ada mall yang berjarak tidak jauh dari sekolah, tidak memerlukan waktu lama untuk sampai.

Begitu tiba di sana Ayrisa dan Reylin memimpin jalan di depan, sedangkan kedua laki-laki itu mengikuti di belakang. Mereka asyik dengan perbincangan masing-masing. Para perempuan yang membicarakan film apa yang mereka tonton, dan para laki-laki yang membicarakan otomotif.

Sampai di bioskop, Ayrisa dan Reylin sepakat untuk menonton film horor bertajuk KKN: Di Desa Penyair. Setelah membeli tiket dan berondong jagung mereka langsung memasuki teater karena pas sekali dengan waktunya.

Film itu berdurasi sekitar 124 menit, dan pastinya membuat keempat remaja itu melewatkan makan siang. Jadi, selesai menonton mereka langsung menetapkan haluan menuju Food Court. Setelah makan siang Ayrisa dan Reylin melipir ke toko buku, sedangkan Ilham dan Farzi juga hanya ikut saja. Di toko buku nanti mungkin kedua laki-laki itu hanya akan berkeliling saja.

"Eh, Zi, Zi! Coba lo liat ini," ujar Ilham sembari menunjuk sebuah buku.

Tips Belajar Efektif Tanpa Mengurangi Waktu Istirahat

"Buat lo aja, gue ikhlas lahir batin." Farzi menutup matanya dengan dramatis menggunakan tangannya.

"Baru liat judulnya aja gue udah pusing." Ilham tertawa pelan melihat respon yang diberikan Farzi. Humornya sereceh itu memang.

Di sisi lain, Ayrisa dan Reylin langsung menuju bagian novel begitu masuk. Mereka sedang melihat-lihat untuk menemukan novel incaran mereka sejak lama.

Ayrisa mendapatkan novel incarannya duluan di rak sebelah. Saat berbalik untuk kembali pada Reylin, ia tidak sengaja menabrak seseorang—atau lebih tepatnya seorang laki-laki.

"Aduh! Maaf, saya gak sengaja. Maaf!" Ayrisa buru-buru menunduk untuk mengambil buku laki-laki itu yang terjatuh saat tidak sengaja bertabrakan tadi. Ia sedikit tidak percaya ketika melihat sampul buku itu, yang merupakan buku persiapan ujian. Padahal sekarang baru memasuki awal tahun pelajaran.

Saat mengembalikan buku tersebut Ayrisa meminta maaf sekali lagi. "Kalau ada yang lecet biar saya ganti," ujarnya.

"Gak perlu." Laki-laki itu membalas singkat kemudian langsung beranjak dari sana.

Ayrisa menatap punggung yang semakin menjauh itu, masih merasa tidak enak pada laki-laki itu. Di detik berikutnya Reylin datang dengan novel incarannya yang sudah ada di tangan. Ia menepuk pundak Ayrisa, membuat tubuh temannya itu sedikit tersentak karena terkejut.

"Liatin apa, Ay?"

Ayrisa menggeleng. "Kamu udah dapat novelnya?" Ia bertanya untuk mengalihkan.

"Udah. Yuk, langsung ke kasir aja." Ayrisa mengangguk, lalu mengikuti langkah Reylin menuju kasir.

Saat melewati jajaran perlengkapan sekolah, Ayrisa menghentikan langkahnya begitu melihat sebuah pulpen yang tampak lucu berwarna tosca dengan hiasan bulu sintetis panjang yang senada. Tidak bisa menahan godaan dari barang lucu tersebut, Ayrisa langsung mengambil pulpen itu untuk ditambahkan ke belanjaannya.

Sebuah panggilan masuk ke ponsel Ayrisa ketika mereka masih mengantre untuk membayar. Nama Ilham tampak di layar ponselnya yang gelap.

"Kenapa, Ham?"

"Gue sama Farzi udah di parkiran. Nanti lo berdua langsung ke sini aja."

"Oh, oke. Ini juga tinggal bayar aja."

Setelah Ilham membalas singkat, sambungan telepon mereka diakhiri. Itu bersamaan dengan giliran ia dan Reylin yang membayar. Selesai membayar kedua perempuan itu langsung menuju parkiran.

Sampai di parkiran, Ilham dan Farzi tampak sudah menunggu di atas motor masing-masing. Ponsel di tangan membuat mereka tampak sibuk masing-masing, tidak menyadari kedatangan kedua teman perempuan mereka.

"Re, nanti jangan lupain aku, ya." Ayrisa berkata tiba-tiba. Ia menghentikan langkahnya sesaat.

"Iya, lo juga harus coba cari temen baru. Berusaha buat terbuka sama orang lain, kayak waktu lo sama gue," sahut Reylin. "Dan janji sama gue satu hal, jangan takut sama apa pun lagi. Lo tahu, kan, gue gak akan ada di sana buat peluk lo di saat kayak gitu."

"Gak janji." Reylin melotot pada Ayrisa, bersiap memberi jitakan manja pada temannya itu. Namun, terhenti kala Ayrisa menambahkan. "Kamu tahu sendiri itu berat banget."

Reylin terdiam lalu mengembuskan napas pelan, maklum pada kondisi Ayrisa yang sudah sangat ia pahami.

"Oke, gue gak akan maksa lo, tapi inget kalau lo butuh tinggal telpon gue." Ayrisa mengangguk dengan netra yang berkaca-kaca. Reylin membawa Ayrisa ke dalam pelukan singkatnya. Kemudian gadis itu merangkul Ayrisa menuju kedua laki-laki yang sudah menunggu mereka.

Seperti saat berangkat tadi, untuk pulang Reylin diantar Farzi dan Ayrisa bersama Ilham.

Motor yang dikendarai Ilham sampai di rumah Ayrisa pukul setengah empat sore lebih beberapa menit.

Ayrisa mengucapkan terima kasih pada Ilham sebelum laki-laki itu berlalu dari depan rumahnya.

Begitu masuk ke dalam rumah Ayrisa menyerukan kepulangannya agar sang bunda tahu. Mendapat balasan dari sang bunda yang terdengar dari arah dapur, setelah itu Ayrisa langsung menuju lantai dua—kamarnya untuk segera membersihkan tubuh dan mengganti pakaiannya.

Lebih kurang 20 menit kemudian Ayrisa menuruni tangga untuk menghampiri sang bunda yang ada di dapur.

"Bundaa," panggilnya dengan lesu. Ia terduduk di kursi meja makan, menidurkan kepalanya di atas tangan yang bertumpu di atas meja makan.

"Abis jalan-jalan, kok, gak seneng gitu." Dara berucap sembari mencuci tangannya di wastafel sebelum menghampiri sang putri. Setelahnya Dara mengambil duduk di kursi samping Ayrisa, lalu mengusap kepala putrinya dengan lembut. "Coba cerita sama Bunda sini," ujarnya.

"Nanti aku gak punya temen lagi kalau Reylin pindah," ucap Ayrisa pelan.

"Bunda yakin kamu bakal dapat teman baru, Ay. Tunggu aja." Dara mencoba menghibur, itu dibalas Ayrisa dengan sebuah anggukan pelan. "Kamu bisa coba main sama temen sekelas yang lain juga."

Ayrisa hanya mengangguk dengan kaku, mencoba untuk tidak membuat bundanya khawatir walaupun ia tidak yakin dengan saran itu.

Dara tersenyum lalu kembali melanjutkan kegiatannya—memeriksa kebutuhan dapurnya. Kemudian mencatat semua yang telah habis atau tersisa sedikit. Ia akan membelinya besok bersama Antra, suaminya. Pas juga besok adalah akhir pekan, jadi suaminya itu libur.

Selesai mencatat dan memeriksa kembali, Dara mengajak Ayrisa ke ruang keluarga untuk menonton televisi. Itu lebih baik daripada Dara membiarkan putrinya murung.

...·o0o·...

Jangan lupa untuk memberikan dukungan. Terima kasih~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!