Ayrisa⁰² - Scared

Ayrisa sekarang sedang menunggu sendirian di tempat parkir sekolah. Reylin dan temannya yang lain sudah pulang duluan. Dengan ponsel yang ada di tangan guna mengusir kebosanan, sesekali tangannya yang lain memainkan pola masker yang dipakainya. Sudah lebih dari 10 menit ia menunggu sendirian di parkiran guru setelah Reylin pulang duluan. Untungnya parkiran guru memiliki atap jadi ia terhindar dari cahaya matahari sore.

"Ayrisa!"

Mendengar panggilan itu Ayrisa menoleh ke arah lobi sekolah. Di sana ada dua temannya dari waktu SMP, Ilham dan Farzi. Di belakang kedua temannya itu ada seorang laki-laki lain yang mengikuti, Ayrisa mengenalinya sebagai teman sekelas kedua laki-laki itu karena sering melihat mereka bersama.

"Belum pulang lo?" ujar Ilham sembari mendudukkan diri di motor yang terparkir di sana. Farzi memilih duduk tidak jauh dari Ayrisa, sedangkan teman laki-laki mereka mengikuti jejak Ilham.

"Kalau udah pulang gak mungkin aku masih ada di sini," balas Ayrisa. "Kalian sendiri kenapa belum pulang? Sekolah aja udah sepi gini."

"Biasalah, nontonin anak basket dulu."

"Kenapa kalian gak gabung ke tim basket aja?"

"Males, mendingan juga main ke arena."

Ya, Ayrisa tahu kedua temannya sejak SMP itu lebih tertarik pada otomotif. Terkadang mereka akan ke arena untuk mengadu kecepatan dengan kendaraan masing-masing. Ilham dengan motornya dan Farzi dengan mobilnya. Setelah mencapai usia legal dua bulan yang lalu, mereka jadi lebih sering ke sana.

"Eh, kantin masih buka gak?" tanya Ayrisa.

"Cuma kantin belakang yang masih buka." Farzi menjawab.

"Temenin, yuk! Mau beli minum mumpung belum jemput, nih," pintanya. Ketiga laki-laki itu menyetujuinya dan menemani Ayrisa ke kantin belakang.

Di sekolah mereka terdapat dua kantin, di samping dan belakang, karena itulah mereka menyebut kantinnya seperti itu sesuai letaknya. Walaupun begitu, kantin samping lebih banyak didatangi siswa karena biasanya kantin belakang kebanyakan digunakan sebagai tempat membolos ataupun merokok bagi siswa-siswa 'nakal'.

Sampai di kantin belakang, Ayrisa menawari ketiga laki-laki itu untuk ditraktir sebagai bentuk terima kasih karena sudah menemani dirinya. Tentunya tawaran itu tidak disia-siakan. Mereka langsung memesan minuman dingin dan juga makanan ringan.

Ayrisa sendiri juga ikut memesan minuman dingin rasa melon karena sore ini terasa begitu panas. Padahal matahari sudah tidak setinggi saat siang tadi.

Sambil menunggu minuman pesanan mereka jadi, Ayrisa mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Masih ada beberapa siswa yang nongkrong di pojokan kantin sambil menyebat batangan nikotin. Asap putih terlihat samar di sekitar mereka.

"Ayrisa, punya lo, nih!"

Setelah membayar semuanya mereka kembali ke depan. Ayrisa berjalan sambil sesekali menyesap minumannya. Begitu sampai di lobi ia menghentikan langkahnya tiba-tiba. Kakak laki-lakinya, Nefra, sudah menunggu di depan gerbang sambil celingukan mencari dirinya. Netra Ayrisa dengan cepat mengedar ke sekitar untuk mencari tempat sampah.

"Aku duluan ya, bye!"

"Yoo, makasih traktirannya!" Farzi membalas seraya kembali menempelkan sedotan ke bibirnya.

Ayrisa mempercepat langkahnya. Begitu melewati pintu lobi tangannya terulur untuk membuang gelas minumannya. Ia melakukan itu senatural mungkin agar Nefra tidak menyadarinya.

"Dari mana? Biasanya nunggu di parkiran."

Baru saja sampai di samping Nefra, Ayrisa langsung ditembaki pertanyaan oleh kakaknya itu.

"Dari toilet," bohongnya.

"Ya udah, naik cepet, kita ke kampus gue dulu. Gue ada rapat sama anak event, jadi nanti lo tunggu di kantin aja." Nefra berujar sembari memberikan helm yang dipinjamnya tadi pada Ayrisa. "Nih, pake!"

"Gak mau, nanti gak tau bukanya," tolak Ayrisa. "Lagian ini masih pake seragam, gak bakal kena tilang."

"Kalau lo kenapa-napa, gue yang bakal ribet. Jadi, mending lo pake."

Ayrisa mendengkus kesal, tetapi akhirnya meraih helm yang disodorkan oleh Nefra. Ia memakai helm itu tanpa mengaitkan talinya karena jujur ia memang tidak tahu cara melepasnya. Kemudian ia naik ke atas Ducati Panigale berwarna putih milik kakaknya itu.

Bukannya langsung melajukan motornya, Nefra malah berdecak sambil melihat spion. Lalu ia memutar tubuhnya dan meraih helm yang dipakai Ayrisa dan menyatukan pengaitnya.

"Ihh, apaan, sih! Aku tuh gak tau cara bukanya! Lepasin, gak!" seru Ayrisa.

"Iya, nanti gue lepasin, sekarang jalan dulu. Gue udah mau telat, nih."

Setelah itu Nefra langsung melajukan Ducati Panigale miliknya menuju kampus. Karena mengendarakannya dengan cukup cepat, tidak memerlukan waktu lama untuk sampai di kampusnya.

Begitu motor berhenti di parkiran kampus, Ayrisa sadar kalau mereka sedang diperhatikan. Kebanyakan oleh para mahasiswi, dan mereka menatap Ayrisa dengan sinis. Ayrisa jadi menciut karenanya.

"Gak usah liatin mereka!" ujar Nefra, membawa kepala Ayrisa menghadapnya. Kemudian ia menyuruh Ayrisa mendongak agar lebih mudah membuka pengait helm. Setelah helm terlepas dari kepala Ayrisa, Nefra mengembalikannya ke atas motor sang pemilik, Rashi—temannya.

"Lo tunggu di kantin sama temen gue nanti," kata Nefra sambil melepas jaketnya. "Pake ini juga," imbuhnya memberikan jaket pada Ayrisa.

Ayrisa memakai jaket hitam milik Nefra setelah menyimpan maskernya. Lalu mereka langsung menuju kantin fakultas, tempat di mana teman Nefra berada.

Keadaan kantin tidak terlalu ramai sore itu. Nefra dengan cepat menemukan keberadaan temannya yang ada di meja pojokan. Rivan melambaikan tangannya begitu melihat Nefra.

Kakak beradik itu menghampiri mereka.

"Riv, Jan, nitip adek gue, ya. Gue masih ada rapat sama anak lain buat ngurus event," ujar Nefra seraya menyuruh Ayrisa duduk di samping Rivan.

"Aman, bro. Adek lo pasti seneng bareng kita," sahut Januar.

"Ay, kalau mau makan pesen aja," Ayrisa sudah ingin mengembangkan senyum, tetapi diurungkan begitu Nefra melanjutkan, "nanti lo bayar sendiri."

"Ish, nyebelin!" ketusnya. Nefra mengacak rambut Ayrisa sebelum pergi dari sana, meninggalkan gadis yang semakin kesal bersama kedua temannya.

Setelah kepergian Nefra, Ayrisa mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin untuk melihat-lihat makanan apa yang menarik. Kemudian ia melihat stan penjual corndog yang begitu menarik perhatiannya. Ia sudah berdiri untuk pergi ke stan penjual soto itu ketika tiba-tiba seseorang menyiram dirinya dengan minuman.

Tubuhnya mematung seketika, menatap tidak percaya pada perempuan yang menyiram dirinya. Orang-orang yang ada di kantin pun mulai memandangi mereka dengan tatapan ingin tahu.

"Lo apa-apaan, hah!" seru Rivan yang bangkit dari duduknya dan memposisikan diri melindungi adik temannya itu.

"Gue gak ada urusan sama lo. Urusan gue sama jal*ng kecil ini, jadi minggir lo!" Perempuan itu balas berseru sambil menunjuk Ayrisa di belakang Rivan.

"Heh, masih kecil kerjaan lo udah ngerayu cowok. Gue gak akan tinggal diam liat lo ngegoda Nefra. Berapa harga lo sekali pake?!"

"Jaga ucapan lo kalau gak tahu apa-apa!" bentak Rivan.

"Oh, lo belain dia gegara lo juga sering pake, ya." Perempuan itu menatap Ayrisa dengan tatapan mencemooh. "Hebat juga, ya, lo udah bisa muasin banyak orang."

"Sebaiknya lo diam sebelum nyesel." Januar yang sedari tadi diam akhirnya angkat suara untuk memperingatkan.

Perempuan itu mendengkus jijik sembari menatap Ayrisa dari atas ke bawah. "Wow, seberapa memuaskannya lo sampe—"

Plak!

Semua yang ada di sana terkejut melihat kejadian itu. Tidak ada yang menyadari kedatangan Nefra. Ya, Nefra-lah pelaku yang melayangkan sebuah tamparan pada perempuan itu. Itu terjadi begitu cepat.

"Ka—kamu nampar aku, Nef?" Perempuan itu tidak percaya pada apa yang dilakukan kekasihnya itu.

"Gue gak ada lagi hubungan sama lo. Kita putus!" Nefra berujar dengan marah.

"Apa maksud kamu? Kita gak ada masalah apa-apa, dan seharusnya aku yang marah karena kamu udah nampar aku!" Perempuan itu membalas tidak terima. Matanya mulai berair, siap menumpahkannya detik itu juga.

"Lo udah nyakitin Ayri, itu udah cukup buat jadi alasannya! Gue gak akan segan buat ngasarin cewek kayak lo yang udah nyakitin dia."

"Oh, jadi karena jal*ng—"

"Anjing! Sekali lagi lo nyebut adek gue gitu, gue pastiin lo gak akan bisa ngomong lagi!" Lagi-lagi Nefra berseru marah. Ia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti adiknya, baik secara fisik maupun verbal.

Perempuan itu dan penghuni kantin lainnya menatap tidak percaya. Lebih-lebih, sekarang perempuan itu sangat ketakutan, ia telah berurusan dengan orang yang salah.

Dua tahun Nefra berkuliah di sana, tidak ada yang tahu kalau laki-laki itu memiliki saudara selain Nura, perempuan yang mengambil jurusan ilmu komunikasi itu. Tentunya fakta yang baru mereka ketahui ini cukup menggemparkan.

"Nef, a—aku ...."

"Riv, Jan, jauhin jal*ng ini dari gue." Nefra membalikkan sebutan tidak baik itu kepada mantan pacarnya.

Tidak ingin mendengar apa pun lagi dari perempuan itu, Nefra meminta kedua temannya untuk mengurus perempuan itu.

Rivan dan Januar maju ke depan kemudian menggiring perempuan itu menjauh dari meja mereka dengan sedikit paksaan.

Nefra dengan cepat berbalik untuk melihat keadaan Ayrisa. Ia tahu adiknya itu mengalami sedikit syok, karena itu ia menuntun Ayrisa untuk kembali duduk. Lalu mengambil tisu di atas meja untuk membersihkan sisa-sisa minuman di wajah dan leher gadis itu.

Kemudian ia berlutut dengan satu kakinya di hadapan Ayrisa, diraihnya kedua tangan sang adik yang saling meremas di atas pangkuannya untuk memberikan kehangatan. Untung saja tadi ia kembali ke kantin untuk mengambil ponselnya yang masih ada di saku jaket yang dipakai Ayrisa. Jika tidak, pasti pacarnya—ralat, mantan pacarnya—sudah melakukan hal yang lebih jauh.

"Aku ... aku takut liat Kakak kayak gitu."

Dengan cepat Nefra membawa Ayrisa ke dalam pelukannya. Ia memaki dalam hati karena merasa gagal menjaga Ayrisa. "I'm sorry, you're fine now," ucapnya berusaha menenangkan sembari tangannya mengusap punggung Ayrisa pelan. "No one can hurt you anymore. I promise."

Terpopuler

Comments

Cindy Cendol

Cindy Cendol

mari mampir ya kak

2023-09-10

0

Asraaann

Asraaann

uh, kata-katanya... 🥰

2023-08-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!