Antagonis Novelku Adalah Suamiku
"Nona Alissa, Anda diminta Nyonya untuk turun ke bawah ...."
Seorang pelayan datang ke kamarku untuk menyampaikan pesan. Raut wajahnya menggambarkan kecemasan dan ketakutan. Aku mengerti kalau hari ini akhirnya telah tiba, ketika satu titik kehidupanku akan berubah selamanya.
Aku segera beranjak keluar kamar. Aku bahkan tidak sempat merias wajah atau merapikan pakaian sama sekali. Aku terlalu sibuk berpikir tentang apa yang aku lakukan nanti agar terhindar dari awal kematian yang menunggu di lantai satu mansion ini.
Setibanya aku di lobi, bau anyir darah yang menguar di udara segera merasuki rongga hidung. Muak sekali rasanya, seperti aroma di rumah sakit. Percikan cairan merah kental mengotori dinding rumah terlihat di sana-sini. Kedua kakak laki-lakiku meringkuk dengan ikatan tali kencang yang melilit tangan mereka.
Duchess Valcke hanya bisa menitikkan air mata melihat kedua putranya dalam keadaan seperti itu. Beberapa prajurit kerajaan tampak memenuhi sisi ruangan, sementara para prajurit Dukedom Valcke tergeletak di sekitar meringis kesakitan. Kulihat, bahkan beberapa sudah tak bernyawa dengan luka sayatan pedang di seluruh tubuh. Satu orang berpakaian zirah besi tebal berdiri di tengah-tengah, menampilkan bilah pedang panjang nan tajam.
Sosok tersebut mengarahkan ujung pedangnya pada leher salah satu kakakku. Sosok bertampang sangar yang akan menakuti siapa pun yang bertemu pandang dengannya. Sosok yang ditakuti warga seluruh negeri saat ini karena dia lah biang masalah peperangan politik yang terjadi.
Sosok ini menutupi sebagian wajahnya dengan kain guna menutupi mulut. Akan tetapi, tanpa dibuka pun, aku sudah mengetahui wajah siapa yang berada di balik kain tersebut.
Pangeran Rion Ardinand Glassheight.
Aku yakin semua orang melihat ke atas ketika diriku menuruni tangga, tak terkecuali Pangeran Rion. Aku bertemu pandang pada pria tersebut. Meskipun semua warga takut pada pangeran, tetapi tidak bagiku. Kuturuni tangga dengan langkah yang mantap, lalu berdiri berhadapan dengan sang Pangeran.
"Nak, maafkan---"
"Tidak apa, tidak perlu meminta maaf," ucapku, memotong perkataan Duchess Valcke.
Aku mendongak supaya dapat melihat jelas wajah Pangeran Rion. Ada goresan bekas luka melintang melewati kelopak mata kiri pria tersebut. Rasanya aneh sekali, karena aku sangat mengenali goresan luka itu. Bahkan, aku pun mengetahui semua letak luka yang didapatkan sang pangeran sejak masa kecilnya. Kutatap Pangeran Rion dengan pandangan lembut, seperti seorang ibu pada anaknya.
Inikah karakter yang kutuliskan dalam cerita "Ksatria Lucius"? Akhirnya, aku bertemu dengan anak fiksiku!
"Hey, wanita! Berani sekali kau tersenyum di hadapanku, padahal aku tidak memintanya!"
"Awww!"
Pangeran Rion menghardikku, lalu mendorong keras tubuhku hingga tersungkur dan menghantam lantai. Benar-benar tanpa belas kasih, padahal lemak di tubuhku tak ada setengah pun dari besar otot di bisepsnya. Hanya karena tadi aku tak sengaja menampilkan sedikit senyum di wajah mengingat bahwa pangeran di hadapanku ini adalah karakter buatanku.
"Beraninya kau berbuat kasar pada adikku!" Rupanya kakakku tak tahan melihatku diperlakukan semena-mena.
"Tutup mulutmu, atau aku harus memenggalmu supaya ada seorang adik yang akan kehilangan kakaknya di sini!"
"Sudah cukup!" Kulerai perdebatan mereka dengan teriakanku. "Aku tidak apa-apa, Kak, jangan khawatir."
Aku kembali berdiri. Meski pun aku telah mengetahui jalan cerita dan seluruh adegan yang akan terjadi hari ini, tetapi tetap saja, didorong sekeras itu akan menimbulkan rasa sakit juga..
Sabar, sabar ... Aku yang menuliskan karakternya seperti itu. Aku harus sabar pada karakter ciptaanku sendiri.
Sudah delapan belas tahun sejak aku lahir dan tinggal di kerajaan Glassheight sebagai Alissa. Semenjak itu pula, tidak ada yang mengetahui bahwa aku, putri keluarga Duke Valcke, memiliki satu identitas berbeda yang selama ini tidak pernah diketahui orang lain.
Namaku sebelum menjadi Alissa adalah Masya, seorang penulis novel online ternama dari bumi yang karena suatu hal, bereinkarnasi menjadi Alissa, si figuran wanita dalam novel pria berjudul "Ksatria Lucius". Aku mengetahui semua adegan dalam cerita ini, karena aku lah penulis novel tersebut.
Kemudian, yang ada di hadapanku ini adalah Pangeran Rion, si antagonis dalam cerita. Meskipun marah, aku tidak bisa melampiaskan emosiku, karena aku sendiri lah yang menciptakan karakter sang pangeran seperti itu.
Pangeran Rion meraih daguku dan mengangkatnya ke atas, lalu mengamati wajahku lekat-lekat.
"Oh, lumayan juga calon istriku ini."
Pangeran Rion menurunkan kain penutup yang terpasang di wajahnya.
Lho, Mas Dion?
Begitu wajah pangeran tersingkap, aku merasa sangat mengenalinya. Bukan karena dia adalah karakter ciptaanku, tapi karena wajahnya sangat mirip dengan seseorang yang sangat kukenal saat masih menjadi Masya.
Mas Dion, suamiku saat aku masih hidup di bumi.
"Kamu--- hmphhh!"
Sebuah ciuman kasar mendarat di bibirku. Ciuman Pangeran Rion begitu kasar seolah hendak memakanku. Wajah ini memang sering menciumku dulu, tapi tidak pernah sekasar ini. Bahkan terlalu lembut, karena pria itu begitu menyayangiku dengan segenap jiwa.
"Hahhh! Hahhh!"
Akhirnya ciuman itu terlepas juga! Ciuman Pangeran Rion membuatku benar-benar tak bisa bernapas. Aku sungguh tak habis pikir, mengapa perlakuan Mas Dion beda dari yang selama ini aku kenal?
"Ma-Mas Dion?" Aku mendekat, lalu meraba-raba seluruh wajah Pangeran Rion.
"Ini benar kamu, Mas? Kamu selamat dari kejadian malam itu?"
Selama ini, aku selalu menggambarkan wajah tokoh-tokoh karanganku tidak terlalu mendetail. Aku tidak pandai membuat character building yang terlalu kompleks. Sepenuhnya kuserahkan pada pembaca untuk berkhayal seperti apa visualisasi tokoh yang mereka inginkan. Pengecualian untuk karakter Alissa, karena aku menjadikan wajahku sendiri sebagai model untuk deskripsi rupa tokoh figuran penting tersebut.
Begitu pula dengan tokoh Pangeran Rion, aku tidak pernah terlalu detail menggambarkan seperti apa rupa si antagonis tersebut. Aku hanya menyematkan nama Rion, terinspirasi dari nama Dion yang berbeda satu huruf saja.
Maka dari itu, aku benar-benar heran saat ini mengapa wajah Pangeran Rion sangat mirip dengan Dion, suamiku. Begitu miripnya, hingga sampai ke garis pada alis sebelah kiri di wajah pria tersebut.
Namun, memang ada yang janggal. Meski payah dalam mendeskripsikan visual tokoh, tetapi aku tidak lupa untuk menuliskan warna rambut dan mata para karakterku. Pangeran Rion seharusnya memiliki rambut berwarna silver, bukan hitam seperti yang kulihat saat ini. Aku juga menuliskan kata merah pada gambaran bola mata pria itu, bukan hitam.
Ini jelas sekali, kalau yang di hadapanku adalah Mas Dion yang asli, bukan Pangeran Rion. Akan tetapi, semua prajurit kerajaan memanggilnya dengan sebutan Yang Mulia.
"Apa-apaan wanita ini!"
Lagi-lagi aku mendapat perlakuan kasar dari si antagonis. Tanganku ditepis hingga tubuhku hampir oleng karenanya.
"Mas Dion! Kamu tidak mengenaliku? Aku ini Masya, istri kamu! Kita sudah menikah selama bertahun-tahun!"
Suara tawa Pangeran Rion menggelegar ke seluruh ruangan begitu mendengar ucapanku.
"Tidak kusangka, ada wanita yang begitu tidak sabar untuk menjadi istriku, hingga dirinya sendiri mengakui kalau pernah menikah denganku."
"Mas Dion! Kamu tidak ingat sama sekali padaku? Ini aku, Mas! Aku---"
"Cukup!" teriak Pangeran Rion geram. Matanya berkilat menampilkan amarah yang mendalam.
"Aku tidak mengenal siapa Dion! Seumur hidupku, nama yang menempel pada diriku ini hanya satu, yaitu Rion Ardinand! Aku bahkan tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya!"
Apa? Ini tidak mungkin ... Mas Dion tidak mengenaliku sama sekali ...?
***
...\=\= chat telegram @author_ryby \=\=...
...\=\= follow IG @author_ryby \=\=...
(Ryby: Selamat datang di karya kedua Ryby! Jangan lupa like tiap bab, fav dan komentarnya ya. 🤗)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
crozybangs
☙☙☙
2022-06-29
4
ylita
kapan thor ke adegan ininya.. huh ga sabar.. belum juga ketemu rion.
2022-06-14
0
Romance
Mampir kak 🥰
2022-06-08
0