Bab 4. Ksatria Lucius

Desa Virindan, Kerajaan Glassheight.

"Owaaaa! Owaaa!"

"Selamat, bayimu sudah lahir. Dia cantik sekali!"

Ini dimana? Siapa yang baru lahiran? Siapa itu barusan yang mengucapkan selamat?

Pandanganku kenapa blur begini?

"Owaaa?"

Kenapa aku tidak bisa bicara lengkap?

"Anakku, cantik sekali ... ."

Hah? Siapa?

"Oh, lihat, sepertinya dia kebingungan. Coba kau pegang tangannya, Eloise!"

Eloise? Siapa pula itu?

"Sini, Sayang, pegang tangan Mama ya ... ."

Ini ... .

Tanganku seperti menggenggam sesuatu ... apa ini? Pandanganku masih blur, tetapi kalau kurasakan baik-baik, kok ujungnya keras seperti sebuah kuku?

Apa iya, ada manusia yang satu jarinya saja begitu besar sampai tidak muat dalam genggamanku? Aku sedang tidak berada di depan raksasa, bukan?

Jari yang begitu besar di tangan yang kecil. Aku jadi teringat waktu dulu aku melahirkan Dimas. Jariku tampak besar sekali dalam genggaman tangan Dimas yang kecil---

Eh, tunggu. Tadi siapa di sini yang tangannya kecil? Aku, kan?

Ini ... tidak mungkin, kan?

Aku tidak mungkin jadi bayi, kan?!

"Owaaaa!"

"Cup cup, Sayang ... Alissa ... ."

Hanya suara tangis yang bisa keluar dari mulutku. Tidak mungkin, aku benar-benar jadi bayi?

Sekarang tubuhku digoyang-goyang, persis seperti ketika seorang ibu menenangkan bayi menangis.

"Kamu memberinya nama Alissa? Ah, dia terlihat gelisah. Coba kamu elus-elus kepalanya supaya tenang," ucap seseorang kepada wanita yang sedang menggendongku. Wanita itu pun menurut, keningku diusap-usap olehnya.

Aku jadi bayi. Aku sudah bereinkarnasi? Akan tetapi, ke dalam tubuh siapa? Apa orang yang sama sekali aku tidak tahu? Nama Alissa rasanya tidak asing di telingaku ... .

"Seharusnya, anak ini bernama Alissa Valcke."

Alissa Valcke? Valcke?! Namanya mirip dengan si figuran penting dalam Ksatria Lucius novelku itu ... .

"Edma, bisakah kau merawat bayiku ini? Rasanya aku sudah tidak kuat lagi ... ."

Edma? Bukankah itu nama yang kuberikan pada figuran bibi yang merawat Alissa Valcke sewaktu kecil? Jangan-jangan benar, kalau aku masuk ke dalam novelku sendiri?

"Astaga, Eloise! Kamu mengalami pendarahan Banyak sekali!"

Tubuhku berpindah gendongan tangan. Tiba-tiba suasana menjadi panik. Beberapa orang memasuki ruangan ketika orang yang bernama Edma ini berteriak minta tolong.

"Adakah dari kalian yang bisa summon hewan penyembuh?" tanya Edma.

Aku makin yakin kalau aku telah masuk ke dalam novelku yang berjudul "Ksatria Lucius", karena di novelku itu, seluruh warganya dapat summon - alias memanggil hewan-hewan berkekuatan mistis. Ini seperti mimpi, tetapi aku tidak tahu apakah aku bisa tersadar dari semua ini.

Aku tidak bisa melihat apa tanggapan orang-orang itu. Namun, sedetik kemudian Edma terdengar marah.

"Apa tidak ada satu pun dari kalian yang bisa menyembuhkan Eloise?!"

Aku tidak lagi memerhatikan keadaan ruangan tersebut. Aku teringat akan Mas Dion dan Dimas. Aku benar-benar sudah pergi meninggalkan mereka, dan sekarang malah berada di dunia fantasi yang kuciptakan sendiri.

Itu berarti, selamanya aku tidak akan bisa bertemu dengan mereka berdua lagi?

Mas Dion ... Dimas ...

"Owaaaa ... Owaaaa!"

"Cup, cup, Sayang ... Kamu tahu ya, kalau ibumu Eloise telah tiada? Jangan khawatir, ya, Bibi Edma akan selalu menjaga dan menyayangi Alissa ... ."

***

Satu tahun kemudian. Alissa berusia satu tahun.

"Wah, Alissa sudah pandai berjalan, ya!"

Raut wajah Bibi Edma semringah begitu aku memperlihatkan hasil latihan berjalan selama satu bulan terakhir. Tentu saja aku sebenarnya bisa berjalan. Aku yang berusia 25 tahun ini terperangkap dalam tubuh bayi satu tahun. Aku hanya perlu belajar cara berjalan seimbang menggunakan tubuhku yang baru ini.

Setelah puluhan tahun aku berjalan dengan lancarnya, aku terlupa kalau semua manusia mulai dari nol seperti ini. Rasanya aku kembali menjadi Dimas saat dia masih berusia setahun dulu.

Dimas ... aku tidak bisa lagi melihat perkembangan tumbuhnya anakku itu ...

"Alissa, kenapa melamun, Sayang? tanya Bibi Edma. Aku menoleh padanya dan menggeleng.

"Mungkin dia lapar. Ini sudah jam makan siang. Kamu sudah memberinya makan?" tanya Paman Krish, suami dari Bibi Edma.

"Sudah, bahkan bersamaan dengan Penny!"

Bibi Edma menggendongku ke pangkuan. "Kamu mau makan lagi, Alissa?"

Aku menggeleng. Kemudian, aku menunjuk rak buku yang ada di seberang ruangan.

"... ca ... uku!"

Maksudku adalah, aku mau baca buku. Aku cadel begitu bukannya mau sok imut. Akan tetapi, seperti layaknya seorang bayi yang belum lancar berbicara, mulutku mengeluarkan suara terbata meski dalam hati aku mengucapkan kalimat dengan lancar.

"Oh, Alissa mau baca buku? Yuk, kita belajar membaca!"

Bibi Edma mengambil sebuah buku dan meletakkannya di hadapanku yang sedang duduk bersila. Dari arah pintu, Penny - putri Bibi Edma dan Paman Krish - masuk ke ruangan dan bergabung denganku.

"Aku juga mau baca buku!"

Penny berteriak lantang. Usianya dua setengah tahun, sama seperti Dimas dulu. Di sini, aku menganggapnya sebagai kakak. Padahal, sebenarnya dalam hati, aku selalu gemas pada pipinya yang gembul menggemaskan itu. Meski saat ini, bila aku bercermin, ternyata aku juga punya pipi yang sama sepertinya.

"Baik, ayo kita baca bersama-sama! Mulai, ya. Pada suatu hari ... ."

***

Dua tahun kemudian. Alissa berumur tiga tahun.

Apa yang menyenangkan dari reinkarnasi ke novel sendiri? Aku sudah tahu jalan ceritanya, tentu saja. Aku yang menciptakan dunia dalam novel "Ksatria Lucius" ini. Aku tahu semua karakter tokoh yang kuciptakan. Aku pun juga mengetahui, akan kemana alur kisah Alissa Valcke ini akan berakhir.

"Ksatria Lucius" adalah novel yang kutulis saat itu untuk memenangkan lomba novel pria di platform tempatku berkarya. Sesuai judul, protagonis utamanya bernama Lucius.

Dalam novel tersebut, diceritakan bahwa tahta Raja Alan digulingkan oleh tangan kanannya sendiri yang haus kekuasaan bernama Eric.

Raja Alan tidak tinggal diam. Di dunia novel ini, seluruh orang memiliki sihir summon, yaitu memanggil roh hewan berkekuatan mistis dari dunia arwah. Sihir Raja Alan yaitu summon phoenix hitam yang dapat memberikan kutukan dan meramal masa depan.

Sebelum menghembuskan napas terakhir, Raja Alan mengancam Eric, bahwa kelak akan ada seorang bayi laki-laki terlahir, berkemampuan jauh lebih kuat dari keturunan Eric. Seseorang tersebut akan berhasil menghabisi Eric serta keluarganya di masa depan.

Tak lama setelah menempati kursi tahta, keturunan Eric lahir dan diberi nama Darren. Sang putra mahkota terdeteksi memiliki mana yang begitu besar.

Akan tetapi, karena merasa terancam oleh perkataan mendiang Raja Alan, maka Raja Eric merekrut orang-orang yang memiliki sihir pendeteksi mana. Kemudian, Raja Eric memerintahkan tim pergi ke seluruh negeri, mencari bayi-bayi berjenis kelamin laki-laki yang terlahir berkekuatan lebih besar dari Darren, lalu menghabisi mereka semua.

Lucius terdeteksi memiliki mana yang lebih besar dari putra mahkota Darren. Maka dari itu, dirinya dititipkan ke panti asuhan. Sayangnya, setelah kedua orang tuanya berhasil menitipkan Lucius, seorang prajurit Raja Eric mengetahui rencana orang tua Lucius tersebut. Nyawa mereka dilenyapkan dengan alasan melakukan tindakan pemberontakan. Lucius berhasil diselamatkan, setelah disembunyikan oleh kepala panti asuhan di cerobong asap.

Lucius mengetahui hal ini setelah dewasa, lalu berencana untuk balas dendam. Dia bergabung dengan pasukan Pangeran Rion, si putra haram Raja Eric, yang memiliki nasib sama seperti Lucius, yakni diburu karena memiliki mana yang sangat besar. Raja Eric sendiri tidak mengetahui bahwa dia memiliki dua putra. Ditemani oleh Lucius, Rion berhasil membunuh Raja Eric dan seluruh keturunannya, lalu kemudian Rion menjadi raja berikutnya, dan Lucius menjadi tangan kanannya.

Rion sama sekali tidak memiliki cinta di hatinya, berkat latar belakang kehidupan yang sebatang kara. Dia terpaksa menjadi petualang dan melawan monster-monster ganas. Dia juga sering dijadikan budak oleh para petualang dewasa lainnya. Rion membenci semua orang dan tidak memercayai siapa pun, terutama dari kalangan Raja Eric dan para pendukungnya.

Setelah menjadi raja, Rion memburu semua bangsawan yang pernah mendukung keluarga Raja Eric dan Pangeran Darren. Keluarga Valcke pun menjadi salah satu sasaran.

Alissa adalah putri ilegal keluarga Valcke yang menjadi tumbal untuk menikahi Raja Rion, supaya keluarga Valcke tidak dihabisi.

Alissa menikah dengan Rion. Di istana, Alissa bertemu Lucius yang telah menjadi tangan kanan Rion, lalu saling jatuh cinta. Puncaknya adalah, Rion mengetahui pengkhianatan Alissa dan membunuhnya.

Yap, kisah Alissa akan berakhir di tangan Rion, salah satu antagonis di novel "Ksatria Lucius". Aku sudah mengetahui akhir kisah hidupku di dunia ini sebagai Alissa Valcke, si figuran.

Saat ini, aku sedang duduk bersila. Di usiaku yang tiga tahun ini, aku berkonsentrasi penuh, mengumpulkan mana dalam diriku dan bisa memiliki sihir summon lebih cepat dari orang-orang lainnya.

Di dunia ini, untuk bisa melakukan summon, partikel mana dalam tubuh harus berkumpul dan membentuk bola mana. Bila ditunggu secara natural, hal itu akan terjadi ketika seseorang beranjak remaja.

Akan tetapi, sebagai pencipta dunia ini, aku tahu mekanisme sebenarnya. Kalau partikel mana dalam tubuh dikumpulkan lebih cepat, aku bisa melakukan sihir bahkan di usiaku yang sekarang ini.

Demi menghindari kematianku, aku harus bisa menghalangi pembunuhan Rion terhadapku. Itu berarti, aku harus jadi lebih kuat, jauh melebihi Alissa yang ada di dalam novel!

***

...\=\= original writing by Ryby \=\=...

...\=\= baca karya Ryby yang lain dengan follow IG @author_ryby \=\=...

Terpopuler

Comments

Gembelnya NT

Gembelnya NT

Raksasa ya 😂😂😂😂

2022-05-25

0

Gembelnya NT

Gembelnya NT

Oeek oeek oeek 😅😅

2022-05-25

1

eva

eva

mantap jiwa... 🤩

2022-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!