My Lovely Sister
"Pagi Ma, Pa," sapa Vira mencium pipi Jasmine dan Stevano begitu sampai di meja makan.
"Pagi sayang, mana Kakak-Kakak dan adikmu, kenapa belum turun juga? Bagaimana nanti kalau kalian terlambat?" Tanya Jasmine yang hanya melihat putrinya saja.
"Ma, Vier itu adik aku, bukan Kakakku, kenapa Mam selalu bilang jika Vier itu Kakakku?" Kata Vira cemberut.
"Karena kamu lebih pantas jadi adiknya," jawab Jasmine enteng.
"Ma," rengek Vira.
"Benar apa yang Mama katakan, Kamu lebih pantas jadi adik, kamu sudah kelas 1 SMA tapi masih saja manja, Bahkan kamu kalah sama Melviano yang masih kelas 1 SMP," jawab Vier yang baru saja tiba.
"Kenapa Kakak bawa-bawa nama Vian?" Tanya Melviano yang turun bersama Kakaknya pertamanya Alno.
"Ini loh dek, masa Kak Vira tidak mau dianggap adik, karena dia lahir lebih dulu dari Kak Vier, padahal lahir juga selisih 5 menit saja," kata Vier menjawab pertanyaan Vian.
"Kapan Zeline pulang dari rumah Nenek Ma?" Tanya Alno menanyakan adik perempuannya yang paling bungsu yang sudah 3 hari ini menginap di rumah Liliana dan Alexander.
"Mungkin besok, katanya masih kangen sama Kakek-Neneknya, apalagi kamu tahu sendiri, Kakek dan Nenek baru pulang dari luar kota," jawab Jasmine sambil mengambilkan makanan untuk suaminya.
"Bukankah Zeline harus masuk sekolah, Ma?" Tanya Vier.
"Iya, tapi sekolah Zeline juga lebih dekat dari rumah Nenek, jadi Mama rasa tidak masalah, biarkan saja kasihan Nenek pasti kesepian, lagian zeline sendiri juga lebih betah di sana," kata Jasmine yang memang mengakui jika anak bungsunya itu lebih sering menginap di rumah Kakek neneknya. Entahlah mungkin karena marga Gottardo yang terselip di belakang namanya. Ya mereka semua memutuskan selain Vier, anak perempuan terakhirnya itu juga bermarga Gottardo. Dan beruntungnya anak-anak mereka juga tidak masalah dan menerimanya dengan senang hati.
Jasmine kemudian menatap suaminya yang kini ada disampingnya, "Kamu kenapa sayang sedari tadi yang aku lihat hanya diam saja? Apa mungkin kamu sariawan atau sakit gigi?" Tanya Jasmine pada suaminya.
"Sayang jangan sembarangan kalau bicara, aku diam karena ingin memberi kalian kesempatan untuk bicara, jika aku ikut bicara pasti rumah ini sudah seperti pasar," jawab Stevano, kemudian menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Jadi kamu tidak suka rumah ini ramai? Ya sudah kalian semua lebih baik masuk lagi ke perut Mama," kata Jasmine kesal.
"Mama mana mungkin Vian masuk lagi ke perut Mama, nanti jadi apa perut Mama? Kan Vian sudah gede, apa Mama mau perut Mama seperti balon udara?" Tanya Vian yang membuat semuanya menahan tawa.
"Kalian bisanya keroyokan, tidak adil masa 4 lawan 1. Alno ayo kamu bantuin Mama dong sayang!" Pinta Jasmine dengan ekspresi memohon.
"Tentu saja, aku akan membantu Mama lewat doa," jawaban Alno membuat semua yang ada di meja makan tidak bisa menahan tawa lagi melihat Jasmine yang kini memanyunkan bibirnya.
Cup
Stevano mengecup bibir istrinya, dan dengan cepat Alno menutup mata Vian dan Vira yang ada di samping kiri dan kanannya. Sedangkan Vier langsung menutup kedua matanya.
"Kakak lepasin tangan Kakak," protes Vira dan Vian bersamaan.
"Papa, bisa tidak jangan melakukan adegan itu di depan anak kecil," kini giliran Alno yang protes pada Stevano.
"Tau nih Papa kamu," kata Jasmine dengan suara kesal tapi bibirnya terus saja tersenyum.
"Lihat Alno Mamamu, lain di mulut lain di hati," Ucap Stevano pada Alno sambil menunjuk Jasmine dengan dagunya.
Alno hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian melepaskan tangannya pada Vira dan Vian.
"Lagian kamu, main cium di depan anak-anak," protes Jasmine.
"Tidak perlu diperjelas kali, Ma," kini giliran Vier yang bersuara.
"Ya sudah lebih baik kita ke kamar saja Ma, sekarang!" Ucap Stevano menarik tangan istrinya.
"Mau ngapain kita ke kamar?" Tanya Jasmine polos.
"Tentu saja untuk membuatkan mereka adik lagi," jawab enteng Stevano.
"Papa!" Teriak Alno, Vier dan Vira bersamaan. Sementara Vian memandang mereka bergantian.
"Memangnya jika mau bikin adik harus di kamar, Pa? Kenapa tidak di sini saja? Tanya Vian dengan polosnya, membuat semua Kakaknya hanya bisa menepuk kening.
"Anak kecil belum waktunya tahu," kata Vier bangun dari duduknya, kemudian merangkul Vian yang ada di sebelahnya. "Lebih baik kita berangkat sekarang! Nanti bisa terlambat," tambah Vier lagi.
"Oh ya Ma, Pa, nanti kemungkinan Vira akan pulang terlambat," kata Vira memberitahu.
"Memangnya ada apa sayang?" Tanya Jasmine.
"Vira ada janji sama teman," jawab putrinya setelah meneguk segelas su**.
"Cewek apa cowok?" Bukan Stevano maupun Jasmine yang bertanya melainkan Alno, anak pertama mereka.
"Cowok kah, tapi tidak berdua saja, masih ada teman yang lain kok," kata Vira yang menjelaskan pada Kakak pertamanya yang paling over protektif terhadapnya.
"Tidak boleh," kata Alno tegas, Jasmine dan Stevano hanya saling melempar pandang.
"Kenapa Kak? Kak Alno selalu begitu, Kak, Vira sudah gede, Vira bisa jaga diri Vira sendiri, jadi Kakak tidak perlu berlebihan seperti itu," kata Vira kesal.
Vier yang melihat perdebatan Alno dan Vira langsung saja mengajak Vian berangkat setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya. Vier sudah sangat hafal jika mereka berdebat akan memakan waktu yang lama, jadi dia lebih baik pergi dari situasi semacam itu.
"Ini demi kebaikanmu, Vira" ucap Alno dengan suara tinggi.
"Selalu itu yang Kakak bilang setiap aku ingin jalan dengan teman-teman aku, jika Kakak seperti ini terus, aku tidak akan pernah punya teman," kata Vira yang kini mulai menangis.
Alno mendekat dan memeluk adiknya, "Jangan menangis, jika kamu tidak punya teman, Kakak mau jadi temanmu Vira, jadi tolong dengarkan apa yang Kakak katakan," kata Alno memohon pada adik perempuannya.
Vira yang dipeluk Alno menyadari ada sesuatu yang terjadi pada Kakaknya itu, hingga dengan cepat dia mendorong tubuh Kakaknya yang masih memeluknya hingga pelukan mereka pun terlepas.
"Sayang," bisik Jasmine pada suaminya.
Stevano yang mengerti maksud istrinya pun akhirnya mengeluarkan suaranya.
"Sudah siang, apa kalian akan terus berdebat seperti ini? Adik-adik kalian juga sudah berangkat dari tadi. Cepat berangkat sekarang, nanti kalian bisa terlambat, dan kamu Alno bukankah hari ini kamu juga ada kuliah pagi?" kata Stevano dengan tegas.
Vira kemudian mengambil tasnya kemudian mencium punggung tangan kedua orang tuanya lalu berlalu begitu saja.
"Ra tunggu Kakak, kamu berangkat sama Kakak!" Teriak Alno pada Vira yang sudah lebih dulu keluar.
"Pa, Ma, Alno berangkat dulu," katanya dan dengan cepat dia melakukan hal yang sama, yang seperti tadi adiknya lakukan yaitu mencium punggung tangan Mama dan Papanya, dan mengejar adiknya yang saat ini marah padanya.
"Iya kalian hati-hati," teriak Jasmine begitu putranya sudah hampir tak terlihat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rita
lanjut sini penasaran???
2024-06-26
0