"Sebenarnya kamu kenapa sayang?" Tanya Jasmine pada Putrinya yang sudah tertidur, dia kemudian membenarkan posisi tidur Putrinya agar lebih nyaman dan menyelimuti tubuh Putrinya sebelum dirinya meninggalkan kamar tersebut.
Jasmine menuju ke kamar Alno yang terletak di samping kamar Vier, dia membuka pintu kamar Putranya dan masuk ke dalamnya.
Jasmine tidak menemukan keberadaan Putranya disana. Jasmine kira Alno sudah pulang, apalagi jam di dinding menunjukkan pukul 10 malam, melebihi batas yang diberikan suaminya untuk anak-anak mereka.
Jasmine kemudian menghubungi ponsel Putranya, untung saja dirinya tadi membawa ponsel. Tapi nomor telepon putranya itu tidak aktif, Jasmine langsung cemas memikirkan hal itu, jika melaporkan pada Suaminya, takutnya nanti Stevano marah saat tahu Alno lagi-lagi melanggar aturan yang telah dibuatnya.
"Kamu kemana sayang?" Jasmine tampak mondar-mandir dengan ponsel yang berada di telinganya.
"Mama yakin terjadi sesuatu antara kamu dan adikmu, tapi apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa di antara kalian tidak ada yang bercerita sama Mama?" Tanya Jasmine entah kepada siapa.
Setelah puluhan panggilan tetap sama yang mengatakan bahwa nomor ponsel putranya tidak aktif, akhirnya Jasmine mencoba menghubungi Sahabat Alno satu-satunya, Febian.
Setelah tahu bahwa putranya itu baik-baik saja dan berada di tempat sahabatnya, Jasmine pun memutuskan untuk keluar dari kamar Putranya dan menuju ke kamarnya sendiri. Setelah dirinya mengecek semua anak-anaknya.
***
"Pagi Ma, Pa, Tuan Putri kecilku yang cantik" sapa Vier kepada Mama, Papa dan adik bungsunya, kemudian menarik kursi dan duduk di sana.
"Pagi Kakak," balas Zeline menyapa Kakaknya itu dengan ceria.
Semua orang tersenyum mendengar suara si bungsu yang ceria, kecuali hanya satu orang yang justru cemberut.
"Mama, Zeline dan Papa saja yang kamu sapa, tidak melihat aku yang sebesar ini?" Gerutu Vira karena saudara kembarnya itu tidak menyapanya yang jelas-jelas ada di sana di depannya.
Jasmine hanya geleng-geleng kepala setiap anak-anaknya berkumpul selalu ada perdebatan seperti itu, tidak makan pagi ataupun malam.
"Oh ya Kak Vian mana, kok tidak ikut turun sama Kak Vier, Kak Alno juga biasanya Kak Alno yang paling awal," tanya si bawel Zeline.
Jasmine menghentikan gerakannya yang sedang mengambil makanan untuk dirinya sendiri setelah tadi mengambilkan makanan untuk Suaminya.
Sementara Vira juga menghentikan kunyahannya saat mendengar pertanyaan adik bungsunya.
"Memang Kak Alno belum turun Ma?" Tanya Vier pada Mamanya.
Stevano pun kini menatap istrinya menunggu jawaban dari wanita yang sangat dicintainya itu.
Mendapat tatapan dari Suaminya dan pertanyaan dari putranya, Jasmine diam, dirinya bingung harus mengatakan apa, terlebih kini semua mata menatap ke arahnya.
"Hmm, Kak Alno..." jawaban Jasmine terpotong saat mendengar pertanyaan Putranya yang baru akan ke ruang makan.
"Ma, Pa, Kak Alno tidak ada di kamarnya," tiba-tiba langkah kaki menuruni tangga dan terdengar suara Melviano yang semakin dekat.
"Ma?" Stevano menatap istrinya yang kembali diam.
"Kalian makanlah, tidak perlu khawatir, Kak Alno sudah berangkat sejak pagi, katanya ada kegiatan di kampusnya," jawab Jasmine kemudian melanjutkan kegiatannya membuat semua orang bernafas lega.
"Tumben Ma, Kak Alno tidak ikut sarapan dulu, padahal ini masih sangat pagi," komentar Vier tentang Kakaknya yang tidak seperti biasanya.
"Mungkin kegiatan Kak Alno sangat penting Kak," jawab Vian.
Vier pun mengangguk-anggukan kepalanya. Zeline tampak sibuk dengan makanannya. Sementara Vira hanya diam saja.
"Ma, Pa, Vira berangkat dulu," kata Vira mengakhiri makannya.
"Sayang, kenapa buru-buru, makanan kamu juga belum habis, lebih baik kamu habiskan dulu," kata Jasmine pada Putrinya yang berpamitan akan langsung berangkat padahal bisa dilihat jika Vira mungkin hanya menghabiskan satu atau dua suap saja.
"Vira sudah kenyang Ma," jawab Vira yang kemudian langsung berdiri.
"Duduk Vira dan habiskan makananmu! Karena Alno sudah tidak di rumah, nanti kamu akan berangkat dengan Vier dan Vian," perintah Stevano tegas.
"Tapi Pa.."
"Duduk!" Ucap Stevano dengan suara tinggi, aturan yang dibuat untuk mendisiplinkan anak-anaknya nyatanya tidak dipatuhi sama sekali, dia hanya ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, tapi anak-anaknya tidak juga mengerti, niat dirinya membuat peraturan itu. Semuanya berantakan, semua untuk membuat keluarganya lebih banyak waktu berkumpul kini nyatanya malah sebaliknya.
Vira menatap Mamanya dan melihat jika Mamanya memberi isyarat agar dirinya menuruti apa yang Papanya katakan.
Suasana makan pagi mereka terasa mencekam setelah Stevano sudah mengeluarkan perintah tegasnya.
Vier dan Vian yang sudah mengerti suasana itu, segera mempercepat makannya agar bisa segera berangkat.
Sementara Zeline menunduk takut jika Papanya sudah seperti itu. Karena Papanya selama ini sangat lembut padanya, bahkan mata Zeline kini sudah berkaca-kaca.
Jasmine memeluk Putri Bungsunya, berbisik dan mengatakan Papanya tidak marah.
"Kami sudah selesai makan, Ma, Pa, kita akan berangkat sekarang," kata Vier memberanikan diri.
"Kalian…"
"Sayang!" Ucap Jasmine memotong ucapan Suaminya, agar tidak meneruskan ucapannya, dia tidak ingin Zeline ketakutan melihat seperti apa Suaminya jika sudah marah.
Stevano menatap putrinya yang berada dalam dekapan sang istri, lalu menghembuskan nafasnya perlahan, mencoba meredakan emosinya.
"Sekarang kalian bertiga berangkatlah, nanti biar Zeline Mama yang antar," kat Jasmine yang membiarkan anak-anaknya pergi.
Stevano kemudian pergi meninggalkan anak istrinya menuju ke kamarnya.
"Sayang, Mama mau menyusul Papa dulu ya, Zeline tunggu disini, Mama akan segera kembali, nanti Mama yang antar Zeline ke sekolah.
Zeline mengangguk, "Tapi Mama jangan lama-lama," kata Zeline pelan.
Jasmine tersenyum, "Ya sayang, Mama tidak lama," ucapnya kemudian mencium kening Putrinya dan meninggalkan Putrinya di ruang makan sendirian.
Jasmine kemudian melangkah menuju ke kamarnya menyusul Stevano yang sudah lebih dulu pergi.
Sesampai di kamarnya terlihat pintu kamarnya terbuka, dan dapat Jasmine lihat jika Suaminya sedang duduk di pinggiran ranjang, menunduk dan menutup wajahnya kedua telapak tangannya.
Jasmine mendekat dan duduk di samping Suaminya duduk, memeluk tubuh Suaminya dari samping.
"Sayang,"
"Apa aku salah dalam mendidik anak-anak kita? Apa aku terlalu keras pada mereka? Kamu tahu sayang, aku melakukan semua ini untuk kebaikan mereka. Aku tidak ingin anak laki-lakiku seperti Max dulu, aku tidak ingin anak perempuanku seperti Ibu, aku tidak ingin mereka mengambil jalan yang salah, selain itu, kamu jelas tahu kenapa aku membuat jam malam untuk mereka, karena aku ingin mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, berkumpul dengan keluarganya dibanding dengan orang luar. Apa aku salah sayang?" Tanya Stevano berhambur ke pelukan Jasmine dan kini menyembunyikan wajahnya di tubuh sang istri yang sedang memeluknya.
"Aku tahu sayang, kamu melakukan ini semua untuk kebaikan mereka, tapi mungkin mereka tidak paham akan itu, anak seusia mereka masih ingin melakukan banyak hal yang belum mereka pernah lakukan, perlahan mereka akan mengerti aku yakin itu, biarkanlah mereka menentukan jalan hidupnya sendiri, tugas kita adalah mengawasinya, mengarahkan mereka jika mungkin mereka salah jalan, mengingatkan mereka jika mereka berbuat salah, dan kita hanya bisa melakukan yang terbaik, tapi jika terjadi sesuatu kedepannya, itu diluar kendali kita sayang, jadi jangan seperti ini lagi, kamu tidak lihat tadi, Zeline takut melihatmu saat sedang marah tadi, mendidik dengan tegas boleh, tapi jangan terlalu keras pada anak-anak kita, jangan biarkan mereka berpikir jika kita mengekang kebebasan mereka," kata Jasmine lembut mencoba mengembalikan kepercayaan suaminya yang sempat ragu pada apa yang diputuskan oleh dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rita
Bener
2024-06-26
0
Rita
untung pinter
2024-06-26
0
Rita
yg terjadi sesuai kecurigaanmu
2024-06-26
0