"Maafkan Kakak Vira," Alno langsung memeluk adiknya itu, "Kamu tidak apa-apa kan? Bagaimana dengan pejalan kaki tadi? Apa dia baik-baik saja? Sekarang dimana dia? Kenapa sudah tidak ada disana? Kakak ingin meminta maaf padanya atas kelalaian Kakak," kata Alno tanpa jeda sedikitpun.
Vira mencoba melepaskan pelukan Alno Kakaknya, kemudian dia pandangi wajah sang Kakak baik-baik, "Aku baik-baik saja, orang yang hampir Kakak tabrak juga baik-baik saja, dia tadi sudah pergi dan aku juga sudah minta maaf padanya, sekarang aku tanya, apa Kak Alno baik-baik saja?" Tanya Vira sambil masih menatap wajah Kakaknya yang sedikit pucat.
"Kakak baik-baik saja, tadi Kakak hanya terkejut saja, terus Zeline bagaimana?" Alno langsung melihat kursi di belakangnya, adiknya masih tampak pulas, mungkin memang karena kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh yang menghabiskan waktu berjam-jam.
Alno langsung bisa bernafas lega saat melihat kedua adiknya baik-baik saja.
Vira mengambil minuman yang ada di pintu mobil yang memang selalu disediakan jika memerlukannya di jalan.
"Kakak minum dulu!" Perintah Vira sambil memberikan sebuah botol berisikan air mineral.
Alno menerima dan langsung meneguknya, membuat perasaannya lega.
"Sudah lebih baik?" Vira bertanya memastikan keadaan kakaknya sekarang.
"Ya Kakak sudah lebih baik, terima kasih," kata Alno menatap wajah cantik adiknya.
Setelah semuanya sudah merasa lebih baik, Alno pun langsung kembali menjalankan mobilnya menuju ke kediaman Gottardo, lebih tepatnya tempat tinggal Kakek dan Neneknya..
Vira memperhatikan Kakaknya yang tampak gelisah, seperti ada yang dipikirkan.
"Kakak kenapa? Apa ada masalah" Tanya Vira tanpa mengalihkan tatapannya.
"Kakak tidak apa-apa, dan tidak ada masalah apapun," jawab Alno berbohong, tidak mungkin dirinya mengatakan sebenarnya, tidak mungkin dia mengatakan pada Vira, bahwa dia seperti itu karena mencoba menepis perasaannya terhadap sang adik yang pernah dirasakannya.
"Kakak yakin?" Tanya Vira lagi agar lebih yakin bahwa apa yang tadi dikatakan Kakaknya benar.
"Iya Kakak yakin," Alno menoleh dan tersenyum ke arah Vira meyakinkan adiknya bahwa dia benar-benar baik saja.
Setelah itu mereka pun tidak membicarakan apapun lagi, hanya terdengar deru mesin mobil dan berpadu dengan suara dengkuran halus adik mereka yang tertidur sangat lelap tidak terusik sama sekali.
Tak lama, mobil yang dikemudikan oleh Alno akhirnya melewati gerbang utama kediaman Alexander Gottardo.
Alno berhenti tepat di samping mobil orang tuanya yang sudah terparkir rapi di sana.
Alno kemudian keluar dan membuka pintu mobil belakang, kemudian menggendong adiknya yang masih tertidur, dan Alno tidak tega untuk membangunkannya.
Vira membantu Kakaknya membawakan barang-barang Zeline dan menutup pintu mobil setelah Kakaknya keluar dengan Zeline berada di gendongannya.
Mendengar suara mobil terparkir di halaman, semua orang yang ada di dalam kediaman pun berhamburan keluar.
"Kalian dari mana saja? Kenapa lama sampainya?" Tanya Jasmine yang langsung menghampiri anak-anaknya dengan cemas.
Stevano langsung mendekat dan mengambil Zeline dari gendongan Alno kemudian membawa putrinya itu ke kamar yang biasa ditempati Putrinya jika menginap.
"Sayang kita masuk dan bicarakan di dalam," Liana menyela perkataan Putrinya.
Jasmine pun mengangguk dan berjalan lebih dulu untuk masuk dan duduk di sofa ruang keluarga diikuti dengan yang lain.
Stevano yang turun dari lantai atas dimana kamar Putrinya berada pun langsung ikut bergabung. Bukan tanpa alasan Jasmine seperti itu, selain anak-anaknya yang baru datang setelah 30 menit kedatangannya, tadi Jasmine merasa perasaannya tidak enak, dan dia sangat panik sampai meminta Suaminya untuk menyusul anak-anak mereka, karena takut terjadi sesuatu.
Tapi Ayah dan Ibu Jasmine berhasil menenangkan putrinya itu, memintanya untuk menunggu sebentar lagi, hingga saat mendengar suara mobil, Jasmine langsung berjalan tergesa-gesa untuk bisa segera menghampiri anak-anaknya.
"Tadi Kak Alno…
"Tadi mobil Alno mogok Ma, makanya lama, Maaf sudah membuat Mama dan semuanya khawatir," Alno segera memotong ucapan Vira karena tidak ingin mereka semua khawatir.
"Tapi Alno, kamu bisa menghubungi Mama atau Papa, sayang, kamu tahu Mama khawatir takut terjadi sesuatu sama kalian?" Ucap Jasmine yang tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.
"Maafkan Alno Ma, Alno lupa bawa ponsel, jadi tidak bisa menghubungi Mama," jawab Alno jujur, dirinya memang lupa tidak membawa ponsel terakhir ponselnya sedang diisi daya.
"Tapi kan Vira bawa, Vira bisa hubungi Mama," kata Jasmine yang kini mengalihkan pandangan ke arah Putrinya.
"Maaf Ma, ponsel Vira kehabisan baterai," Vira menunjukkan ponselnya yang memang mati, dirinya semalam ketiduran hingga lupa tidak mencharger ponselnya.
"Kalian ini ada-ada saja," komentar Stevano yang sedari tadi diam saja.
"Sudahlah sayang, yang terpenting sekarang anak-anak kita tidak apa-apa, mereka baik-baik saja, dan tidak kurang suatu apapun, jadi kamu bisa tenang sekarang," Stevano mencoba meredakan rasa khawatir istrinya terhadap anak-anak mereka.
"Dan kalian jangan ulangi lagi kejadian seperti ini, lihatlah Mama kalian sangat mengkhawatirkan kalian, jika ada apapun segera hubungi Mama atau Papa," kata Stevano kepada tiga anaknya yang ada disana.
"Iya Pa," jawab Alno, Vira dan Vier bersamaan.
"Maafkan Alno Ma, Alno janji tidak akan seperti ini lagi," kata Alno mendekat ke arah Mamanya, bersimpuh sambil menggenggam wanita yang kini berusia 35 tahun.
"Baiklah Mama maafkan, tapi kalian janji sama Mama, jaga diri kalian baik-baik,"Jasmine membantu Putranya bangun, dan setelahnya Alno langsung memeluk Mamanya.
"Oh ya, aku permisi dulu ke dapur," pamit Vira yang langsung diangguki oleh hampir keluarganya itu.
Vira yang sudah berada di dapur langsung membuka kulkas dan mengambil minuman dingin, dan langsung meneguknya, tapi tiba-tiba ada yang merebut air itu tanpa permisi.
Vira menatap Kakaknya tajam, saat tahu bahwa Alno lah pelaku yang telah merebut minumannya.
Tanpa berkedip Vira memandangi Kakaknya yang sedang meneguk minumannya membuat Vira sampai ikut menelan salivanya.
Vira pandangi bibir Kakaknya yang sedang meminum pada botol bekas bibirnya.
Entah kenapa Vira mengingat perkataan sahabatnya Sisil, "Kau tahu Vira, kalau orang meminum dari gelas yang sama bisa dikatakan berciuman secara tidak langsung," itulah perkataan sahabatnya waktu itu. Dan kini justru terbesit di pikiran Vira.
"Apa ini juga artinya aku dan Kak Alno juga berciuman secara tidak langsung," ucap Vira dalam hati sambil memegang bibirnya.
Vira langsung menepuk pelan kepalanya saat sadar pikirannya sudah terpengaruh pada perkataan Sisil. Vira dengan segera langsung menepis itu semua dari pikirannya.
Dan apa yang Vira lakukan tidak luput dari pandangan Alno, Alno memperhatikan botol minuman di tangannya yang isinya sudah tandas tak tersisa sedikitpun dan tanpa sadar dirinya juga ikut tersenyum, senyuman yang sangat tipis hampir tidak terlihat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rita
kasihan vira antara takut ma terpukau
2024-06-26
0