"Mama dimana Bi?" Tanya Alno pada pelayan yang membukakan pintu untuknya, pelayan yang datang hanya untuk bersih-bersih, karena urusan memasak, Mamanya yang mengambil alih.
"Nyonya sedang mengantar Nona kecil Tuan," jawab pelayan itu.
"Mama pergi sama siapa Bi?" Alno masuk begitu pintu terbuka.
"Tadi Pagi Tuan yang mengantar Tuan Muda, mungkin nanti supir yang menjemput, kalau tidak yang mungkin saja Tuan Jason, seperti biasanya," jawab Bibi sopan.
Biasanya sepulang Zeline sekolah, Jasmine mengajaknya untuk pergi ke kantor suaminya dengan dijemput oleh Jason maupun supir yang memang dipekerjakan untuknya, karena Stevano dengan tegas melarangnya membawa mobil.
"Oh ya sudah, aku akan menghubungi Mama nanti," jawab Alno setelah melihat jam di pergelangan tangannya.
"Tuan Muda mau makan siang? Biar nanti Bibi hangatkan makanannya" Tanya Bibi.
"Mm tidak perlu Bi, aku hanya sebentar saja, habis ini aku akan pergi lagi, ini aku pulang juga cuma mau bersiap," jawab Alno.
"Oh ya Bi, kalau begitu Alno ke kamar dulu ya," pamit Alno kemudian menaiki anak tangga setelah mendapat anggukan dari pelayan yang bekerja di rumah orang tuanya.
Alno membereskan barang-barangnya, dia akan mencoba saran dari Bian, menjauhi Vira, ya mulai detik ini Alno akan mencoba menghindari adiknya, salah satu cara agar perasaannya terhadap sang adik tidak semakin dalam. Perlahan Alno ingin menghapus perasaannya.
Setelah memasukkan beberapa bajunya ke dalam tas, Alno pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, Alno akan menginap di Apartemen Bian untuk sementara waktu, untuk mengurangi waktunya bersama Adiknya.
Saat Alno keluar dari kamar, Alno dikejutkan dengan keberadaan Vira yang duduk di atas ranjang.
"Kakak mau kemana? Kenapa Kakak mengemasi barang-barang Kakak? Dan semalam Kakak menginap dimana? Kenapa Kakak tidak pulang? Kakak tahu, Papa dan Mama sangat khawatir," ucap Vira beruntun dia berdiri dan menahan tangan Alno yang akan meninggalkan dirinya yang sedang berbicara.
Alno menoleh dan menatap adiknya datar.
"Kak, dengarkan aku, aku sedang berbicara dengan Kakak," teriak Vira kesal karena respon yang Kakaknya berikan.
"Bukan urusanmu, urus saja urusanmu sendiri," jawab Alno dingin.
Hati Vira sakit mendengar nada suara Kakaknya yang dingin tidak seperti biasanya.
Alno kemudian menepis tangan Vira, yang memegangi pergelangan tangannya dan berjalan menjauh dari adiknya, Alno takut goyah melihat tatapan sendu Vira.
"Kakak ku mohon jangan seperti ini! Sebenarnya Kak Alno kenapa? Apa salahku? Apa Kakak marah karena sikapku kemarin kepada Kakak? Kenapa aku merasa Kak Alno seperti ini karenaku?" Tanpa sadar Vira memeluk Kakaknya dari belakang, menahan Kakaknya agar tidak pergi meninggalkannya sebelum mereka membicarakan hal ini dengan jelas.
"Vira lepas!" Kata Alno serak.
"Tidak, aku tidak akan melepaskan Kakak sebelum semuanya dibicarakan dengan jelas," kata Vira keras kepala.
"Vira! Lepaskan sekarang!" Ucap Alno lagi menahan sesuatu yang rasanya sangat sulit untuk dijelaskan, karena Alno baru merasakan perasaan seperti yang saat ini dirinya rasakan.
"Tidak, aku.."
Belum selesai dengan perkataannya, Alno berbalik dan langsung menempelkan bibirnya di bibir Vira, Alno mencium Vira, ciuman yang awalnya lembut kini semakin menuntut.
Emmh
Vira mencoba mendorong dada Kakaknya, agar segera melepaskan ciuman mereka.
Alno menggiring adiknya ke tempat tidurnya hingga Vira terjatuh di atas ranjangnya.
Alno segera naik dan menghimpit tubuh adiknya, tanpa melepaskan tautan bibir mereka.
"Kak!" Ucap Vira dengan air mata yang sudah menetes di kedua sudut matanya. Seragam sekolahnya kini sudah acak-acakan, bahkan kancing bagian atasnya sudah terbuka.
Alno yang tersadar segera bangun, "Pergilah! Sebelum Kakak melakukan hal yang bisa saja lebih dari itu," kata Alno dingin kemudian langsung berlalu meninggalkan adiknya yang kini menangis.
Pintu kamar mandi tertutup rapat. Vira langsung bangun, menghapus air matanya dan merapikan seragamnya, dia harus segera keluar dari kamar Kakaknya. Vira semakin yakin jika apa yang Kakaknya katakan saat itu benar-benar nyata dan bukan hanya sekedar mimpinya saja.
Saat membuka pintu, Vira berpapasan dengan Vier kembarannya, Vira menunduk tidak berani menatap saudara kembarnya itu, dia tidak ingin Vier melihat bibirnya yang mungkin sudah bengkak karena ulah Alno.
"Vira kamu kenapa?" Tanya Vier mencekal pergelangan tangan Vira yang akan berlalu.
"Aku tidak apa-apa, aku mau ke kamar ganti baju dulu," jawab Vira kemudian menepis tangan Vier dan melangkah menuju kamarnya yang memang dekat dengan kamar Alno.
Vier kemudian masuk ke kamar Alno, dilihatnya Kakaknya keluar dari kamar mandi, terlihat jelas jika Kakaknya baru selesai mandi.
"Vira tadi dari sini Kak? Dia kenapa? Apa bertengkar lagi dengan Kak Alno? Aku lihat sepertinya dia habis menangis," Vier memberitahu tentang Vira seperti apa yang tadi dilihatnya.
"Vira menangis?" Tanya Alno yang jadi merasa bersalah, tapi itu juga bukan sepenuhnya salahnya, Vira yang lebih dulu memancingnya hingga Alno pun melakukan hal itu, untungnya Alno bisa mengendalikan dirinya, jika tidak, Alno tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.
"Iya matanya merah seperti habis menangis," Vier kemudian duduk di atas ranjang Kakaknya dan tanpa sengaja melihat tas Alno yang Vier yakin jika ada isi di dalam tas itu, "Kakak mau pergi?" Tanya Vier penasaran.
"Oh ini? Ya Kakak akan menginap di tempat teman Kakak untuk sementara waktu," jawab Alno kemudian menjemur handuk kecil yang tadi dipakai untuk mengeringkan rambutnya.
"Papa sama Mama mengijinkan?" Tanya Vier yang tidak yakin.
"Kakak belum bilang, ini nanti Kakak mau coba izin," jawab Alno yang masih terlihat tenang.
"Baiklah semoga beruntung," kata Vier menepuk bahu Kakaknya kemudian pamit untuk masuk ke kamarnya.
Alno mengangguk, kemudian dirinya merebahkan dirinya di atas ranjang, mengusap wajahnya kasar saat mengingat perbuatannya tadi, Alno yakin jika saat ini Vira pasti sangat terkejut.
Setelah berbagai pertimbangan akhirnya Alno memutuskan untuk menemui adiknya dan meminta maaf karena kejadian tadi. Awalnya Alno ingin mengabaikannya, bukankah lebih baik jika Vira marah padanya dan lebih baik lagi jika Vira membencinya, tapi dalam hati kecil Alno, Alno tidak ingin jika sampai adik yang dia cintai itu membencinya, Alno tidak ingin hal itu terjadi, dan Alno pun akhirnya memutuskan untuk meminta maaf.
Alno bangun dari atas ranjang, dan keluar dari kamarnya menuju ke kamar Vira. Pintu tidak dikunci, sehingga memudahkan Alno untuk bisa masuk ke dalamnya.
Begitu masuk, hati Alno begitu sesak saat melihat adiknya meringkuk di atas ranjangnya dan terlihat jika bahu gadisnya itu bergetar, Alno yakin jika Vira menangis, Alno merutuki dirinya sendiri karena sudah membuat adiknya menjatuhkan air mata, dan itu karena perbuatannya.
Alno mendekat, menghampiri adiknya, Alno menyentuh bahu adiknya, Vira langsung bangun dengan wajah yang sembab dan bahkan masih terlihat jelas jejak air mata membasahi pipinya.
"Apa yang mau Kakak lakukan disini?" Tanyanya dingin menatap Alno dengan tatapan kecewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rita
huffftttt
2024-06-26
0
Rita
hmmmm Alno bs bertahan ngga ma godaan nya
2024-06-26
0