"Kenapa lagi?" Tanya Bian pada temannya yang belum lama ini datang ke Apartemennya.
"Ini!" Kata Bian menyodorkan minuman kepada Alno.
Alno menerima minuman itu dan kembali menghela nafas kasar untuk kesekian kalinya.
"Pasti tentang adikmu lagi," tebak Bian yang tahu tentang perasaan Alno pada Adiknya.
"Aku harus bagaimana Bi?" Tanya Alno yang kini menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Kenapa kamu tidak katakan saja tentang perasaanmu itu kepada adikmu?" Ucap Bian yang ikut duduk di samping Alno.
Bian dan Alno sudah bersahabat sejak SMP, mereka sangat dekat, dan selama ini pula, Bian menjadi tempat Alno mencurahkan isi hatinya, Alno tidak tahu harus bercerita pada siapa, karena jika kepada orang tuanya tentu saja Alno seperti cari ma*ti.
"Apa kamu gila Bi? Bagaimana jika aku menyatakan perasaanku dan Vira akhirnya menjauh dariku? Apa tanggapan orang tuaku jika mereka tahu aku menyukai adikku sendiri? Akh! Aku harus bagaimana? Apa.yang harus aku lakukan?" Teriak Alno frustasi, dengan segala rasa yang berkecamuk di dalam hatinya, Alno mengusap wajahnya kasar.
"Sekarang aku tanya padamu, terus mau sampai kapan kamu seperti ini? Kamu akan terus memendamnya dan membuat kamu tersiksa sendiri dengan perasaan yang kamu miliki? Iya seperti itu yang kamu mau?" Ucap Bian tak kalah tinggi yang mendengar curhatan sahabatnya dengan tema yang selalu sama, apalagi jika bukan tentang salah satu adik perempuannya.
"Jika aku menyatakannya, aku harus apa? Jika tidak menyatakan aku juga harus bagaimana? Aku benar-benar bingung Bi," ucap Alno menunduk.
"Ya sudah jika kamu memang benar-benar bingung, sebaiknya kamu menyerah dan lupakan perasaanmu itu," saran Bian pada Alno.
Alno langsung mengangkat kepala dan menatap sahabatnya. "Tidak semudah itu Bi, mengatakan memang mudah, kamu tidak merasakannya jadi kamu tidak pernah tahu apa yang aku rasakan. Aku sudah berkali-kali mencoba menghapus perasaan itu, nyatanya aku selalu gagal, bahkan jika melihat Vira dengan teman prianya saja, aku sering tidak bisa mengendalikan diri.
"Itu karena kamu selalu dekat dengannya, bagaimana kamu bisa menghapus perasaan itu, jika kamu selalu ada di sampingnya, selalu ada di saat dia membutuhkanmu, coba saja kamu hilangkan dulu rasa kepedulianmu yang sangat berlebihan itu, kamu coba hindari dia, kamu coba jauhin dan abaikan dia," kata Bian mengemukakan pendapatnya.
"Bagaimana aku tidak ada jika dia membutuhkanku, apa kau menjamin bahwa dirinya akan baik-baik saja? Bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya jika aku tidak ada disampingnya? Siapa lagi yang akan menjamin keamanan dan keselamatannya? Atau bagaimana jika nanti ada pria jahat yang mencoba mengusiknya, sementara aku mengabaikannya. Jawab Bi!" Alno mengguncang tubuh sahabatnya.
"Kamu lupa siapa keluargamu? Apa kamu pikir Papa dan Mamamu membiarkan anak-anaknya tanpa pengawasan? Apa kamu yakin Papa atau Opamu tidak menyuruh pengawal untuk diam-diam mengikuti kalian, kamu tahu sendiri bagaimana sayangnya orang Tuamu, Kakek Nenek bahkan Opa dan Oma Mu, kepada anak dan cucunya?" Jawab Bian menyadarkan temannya itu, kenapa Bian berkata seperti itu, karena dia tanpa sengaja pernah memergoki pengawal dari keluarga Anderson tidak jauh dari keberadaan Alno.
Alno diam, Alno memikirkan apa yang sahabatnya katakan, ya Bian ada benarnya juga, tidak mungkin Ayahnya yang over protective itu membiarkan anak-anaknya pergi tanpa pengawasan.
"Pikirkan baik-baik saranku, katakan perasaanmu, jika kamu ingin merasa lega, dan hindari dia jika kau ingin belajar melupakan perasaanmu," Bian menepuk pundak Alno pelan.
"Aku tidur dulu, menginaplah disini, jangan lupa kabari orang tuamu," peringat Bian sebelum meninggalkan Alno dan masuk ke dalam kamarnya.
Alno mengangguk, setelah kepergian Bian, Alno pun menonaktifkan ponselnya, jikapun izin orang tuanya pasti tidak akan memberikan ijin.
Alno merebahkan dirinya di sofa, menutup matanya, meletakkan kedua tangannya yang terlipat di atas keningnya. Merilekskan tubuhnya yang terasa lelah akibat banyak pikiran yang terkuras belakangan ini. Adiknya yang terus mengganggu dan berputar mengisi seluruh pikirannya.
***
Deg
Deg
Vira memegang dadanya yang berdebar, memegang bibirnya yang tadi mendapat kecupan.
"Kak, kenapa Kak Alno seperti itu? Kakak, Kakak tahu apa yang Kakak lakukan salah, tapi kenapa Kakak tetap melakukannya?" gumam Vira tanpa terasa air matanya menetes begitu saja.
Awalnya Vira memang tertidur, bahkan Vira tidak merasakan saat Alno pertama kali mengambil ciumannya. Tapi saat Alno kembali mencium untuk kedua kalinya, Vira merasakan hingga membuatnya terbangun, Vira ingin menolak, tapi logika dan hatinya berbeda. Logikanya ingin menolak perlakuan Alno itu, tapi tidak dengan hatinya. Hingga Vira memutuskan untuk tetap berpura-pura tidur, membiarkan Alno menciumnya.
"Bagaimana aku harus bersikap ke depannya? Aku kecewa sama Kakak, kecewa atas apa yang Kakak lakukan," gumam Vira kemudian menyembunyikan wajahnya di bantal, membiarkan dia meluapkan perasaannya saat ini.
Ceklek
Pintu kamar Vira terbuka, terdengar suara langkah kaki mendekat. Vira dapat merasakan jika ada seseorang yang duduk di atas ranjangnya, Vira berusaha untuk tidak mengeluarkan isakannya. Vira tidak ingin ada yang tahu perasaannya karena saat ini dia sendiri tidak tahu sama sekali entah apa yang dirasakannya.
Tak lama Vira merasakan ada sebuah tangan halus yang mengelus rambutnya dengan lembut.
"Sayang ada apa? Apa terjadi sesuatu? Mama tahu Vira saat ini sedang menangis kan? Jika ingin menangis, menangislah tidak apa-apa, ada saatnya kita benar-benar merasa lelah dan yang hanya bisa kita lakukan adalah menangis, yang terpenting perasaan kita akan lega jika kita sudah mengeluarkan beban yang tersimpan dan terasa menyesakkan dada dengan mengeluarkannya lewat tetesan air mata, kata Jasmine masih mengelus rambut putrinya.
Vira langsung bangun dan berhambur ke pelukan Mamanya.
"Vira harus bagaimana Ma? Apa yang harus Vira lakukan?" Isak Vira di pelukan Jasmine membiarkan putrinya itu bersandar padanya hingga tak lama Vira pun terlelap di pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rita
betul
2024-06-26
0
Rita
dan kekwatiranmu itu akhirnya nyiksa kmu sendiri
2024-06-26
0