Alno menatap langit yang tampak mendung. Hari ini Alno berada di sebuah bangku di taman kampusnya.
"Hei, ngapain kamu malah melamun disini?" Bian menepuk pundak Alno dan duduk di samping sahabatnya yang sedang galau.
"Besok kita ke sekolah adikmu, biasa basket, kita kan juga alumni dari sekolah itu juga sekaligus reunian sama anggota basket kita dulu," Bian memberitahu.
"Hmm," jawab Alno hanya dengan gumaman.
"Kau ikut kan?" Tanya Bian menatap sahabatnya yang lebih banyak diam hari ini, walaupun biasanya Alno juga memang pendiam dan hanya bicara jika ada hal-hal penting saja jika di luar rumah.
"Ikut, ya sudah sana! Jangan ganggu aku," kata Alno mengusir Bian.
Tik
Tik
Tak lama, hujan turun, yang tadinya hanya gerimis sekarang semakin lebat, Alno langsung berlari ke tempat parkir.
"Hei, kau mau kemana?" Tanya Bian yang melihat Alno malah berlari padahal Alno tadi yang mengusirnya.
Tanpa menjawab pertanyaan sahabatnya, Alno semakin berlari menjauh, sambil melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.
"Semoga saja tidak terlambat," gumamnya kemudian mengendarai mobilnya ke sekolah adiknya.
Tak perlu menghabiskan waktu lama, kini Alno sudah ada di depan gerbang sekolah dimana tempat ketiga adiknya menempuh pendidikan, Vier, Vira dan Ken.
Alno membuka kaca mobil, satpam yang memang sudah mengenal Alno segera mempersilahkan Alno masuk.
Alno turun dari mobil dengan payung di sebelah kanannya. Kemudian Alno mempercepat langkahnya saat melihat teman Vira.
"Hai, kamu teman Vira kan?" Tanya Alno pada gadis yang dikuncir kuda.
"Ah iya, Kak Alno kan?" Tanya gadis itu malu-malu.
"Iya, perkenalkan saya Alno, oh ya Vira kemana?" Tanya Alno tanpa basa-basi langsung mencari keberadaan Vira yang biasanya selalu bersama dengan gadis yang sekarang sedang berbicara dengannya.
"Saya Sisil Kak, tadi Vira sudah pulang dulu, belum lama juga sih, mungkin masih ada di dekat sini" jawab Sisil yang memang melihat Vira tadi langsung keluar setelah berpamitan padanya untuk pulang lebih dulu.
"Terima kasih, Kakak pergi dulu ya," pamit Alno pada Sisil yang menatap Alno tanpa berkedip.
"Kak Alno!" Teriak Sisil setelah tersadar.
Alno menoleh dan menatap gadis yang diketahui sahabat baik adiknya itu.
"Vira tidak membawa payung," teriaknya di tengah hujan yang sayup-sayup masih di dengar Alno.
Alno mengangguk dan langsung berlari mencari keberadaan adiknya.
"Vira sangat beruntung memiliki Kakak seperti Kak Alno yang sangat menyayanginya. Andai saja aku menjadi kekasih Kak Alno, pasti aku akan menjaganya baik-baik dan tidak akan pernah menyia-nyiakannya," batin Sisil berkata sambil terus menatap Alno yang semakin menjauh dengan senyum yang terukir lebar di sudut bibirnya.
Sementara masih berlari menyusuri jalan taman yang ada di dekat sekolah, karena biasanya para murid akan lewat jalan itu, jika akan berjalan kaki.
Alno berlari semakin cepat saat melihat adiknya mengikat tali sepatunya yang terlepas, dan dia kehujanan.
Alno langsung mendekat, Alno yakin jika saat ini adiknya tidak menyadari kehadirannya karena terlalu fokus mengikat tali sepatu. Alno berdiri di depannya dan memayungi Vira.
Vira yang merasa tidak merasakan tetesan air hujan menetes ke tubuhnya pun mendongak, tatapan mata Alno dan Vira bertemu.
Alno meraih tangan Adiknya untuk memegangi payung itu, "Pakailah!" Kata Alno kemudian dirinya berlari begitu saja meninggalkan Vira.
Alno lega karena akhirnya dia bisa mengejar adiknya, dan adiknya tidak akan kehujanan.
Vira mematung menatap dengan tatapan yang sulit diartikan punggung Kakaknya yang kini tidak terlihat lagi.
Vira menghembuskan nafasnya perlahan, dirinya jadi teringat kejadian semalam saat Kak Alno mencium bibirnya, dan tanpa sadar Vira memegang bibirnya, hangatnya ciuman itu masih bisa dia rasakan sampai saat ini, ciuman pertama yang seharusnya diambil oleh seseorang yang akan menjadi suaminya, justru sudah lebih dulu diambil Alno Kakaknya. Karena terkejutnya Vira pada sesuatu yang tidak terduga tadi, sampai-sampai dia lupa menanyakan dimana Kakaknya tidur semalam, entah kenapa Vira menjadi merasa bersalah atas ketidakpulangan Kakaknya.
Vira berdiri kemudian pulang dengan memakai payung yang diberikan Kakaknya.
Di dalam perjalanan pulang, Alno tanpa sengaja melihat adiknya Vier sedang bersama gadis yang pernah Alno lihat tempo hari, kekasih Vier itulah yang dikatakan Vira saat itu, mereka berdua sedang berteduh di halte. Dapat Alno lihat, Vier adiknya sedang memakai jaketnya ke tubuh gadis itu.
"Vier!" Teriak Alno di tengah suara tetesan air hujan membuat Vier dan gadis itu langsung terkejut dan menatap Kakaknya yang kini melangkah menghampiri mereka.
"Vier, apa Kakakmu akan marah?" Tanya Sheira takut melihat ekspresi Alno yang terlihat jelas jika dia sedang marah, dilihat dari kedua tangannya yang mengepal serta rahangnya yang mengeras.
Alno menghentikan taksi yang kebetulan melintas di depannya.
"Kamu masuk ke dalam taksi itu, dan pulang sekarang juga!" Perintah Alno dengan suara yang terdengar menakutkan bagi Sheira.
Sheira menatap kekasihnya, dan Vier pun mengangguk memberi isyarat agar Sheira menuruti apa yang tadi Kakaknya katakan.
Sheira kemudian berpamitan pada kedua laki-laki itu, dan langsung masuk ke dalam taxi yang saat ini tengah menunggunya.
Setelah Sheira masuk ke dalam taxi dan taxi itu sudah mulai melaju, Alno kemudian menatap tajam Adik laki-lakinya itu.
"Kak!"
Bug
Bukannya menjawab sapaan adiknya Alno justru memberikan bogem mentah pada Vier.
Vier hanya diam saja, dia tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya hingga Kakaknya langsung memberikan pukulan padanya.
"Kak, Kakak kemana saja? Kenapa semalam tidak pulang?" Tanya Vier yang memang ingin tahu kemana Kakaknya pergi semalam.
"Bukannya kamu melindungi dan menjaga saudaramu sendiri, kamu malah asyik sendiri disini dengan kekasihmu," marah Alno mengabaikan pertanyaan Vier yang menanyakan keberadaannya semalam.
"Kak maaf, aku…"
"Kamu tahu, Vira pulang sendiri dan kehujanan, jaket milikmu yang seharusnya kau berikan pada kembaranmu yang kedinginan, justru kau berikan pada orang lain," kata Alno dingin.
"Kak dia bukan orang lain, dia kekasihku," jawab Vier yang tidak terima saat Kakaknya menyebut kekasihnya orang lain.
"Hanya kekasih bukan? Belum menjadi istrimu," ucap Alno tersenyum miring.
"Kamu segitunya melindungi dia, tapi kamu malah mengabaikan saudaramu, bagaimana jika sesuatu terjadi padanya, aku tahu dia perempuan yang kuat tapi bagaimanapun dia tetap seorang perempuan, dia juga butuh dijaga dan dilindungi, jika kamu ingin pergi bersama kekasihmu, bukankah lebih baik kamu juga membawa Vira bersamamu, kau harusnya lebih bertanggung jawab pada Vira bukan gadis itu," kata Alno datar menatap ke arah lain.
Vier diam, tidak menyalahkan Kakaknya sama sekali, apa yang Kakaknya katakan benar. Seharusnya dia juga menjaga kembarannya bukannya egois dan memilih untuk berdua bersama kekasihnya.
"Kakak harap kamu ingat perkataan Kakak, jika Kakak tidak bisa melindunginya, kamu yang harus melindunginya," ucap Alno langsung berbalik badan dan berlalu begitu saja meninggalkan Vier yang merasa aneh sekaligus bingung apa maksud dari perkataan Kakaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rita
hmmm apakah vano memilih menghindari vira???
2024-06-26
0
Rita
sisil sukamu bertepuk sebelah tangan
2024-06-26
0