Deg
Deg
"Apa yang mau Kakak lakukan?" Vira begitu terkejut saat membuka mata yang ditemui pertama adalah wajah sang Kakak yang hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya.
"Memangnya apa yang kau pikirkan? Kakak hanya ingin menghapus air liurmu ini yang membanjiri wajah jelekmu," ucap Alno dengan senyum meledek.
"Tapi karena kamu sudah bangun, lebih baik kau hapus sendiri saja," tambahnya kemudian melepaskan sabuk pengaman yang terpasang di tubuhnya sendiri, kemudian keluar dari mobil sambil tersenyum.
Vira langsung meraba wajahnya, tapi setelah memastikan sesuatu, dirinya pun berteriak, "Kak Alno!" Kesal Vira karena ternyata Alno membohonginya.
Vira kemudian memegang dadanya,
"Apa ini? Kenapa jantungku berdebar saat wajah Kak Alno sedekat itu?" Tidak ingin memikirkan hal itu, Vira pun mencoba mengabaikannya, "Tidak aku pasti hanya terkejut, iya aku hanya terkejut saja makanya jantungku berdebar kencang seperti itu," hanya itu yang bisa Vira yakinkan dalam hati.
Tok
Tok
Terdengar kaca pintu mobil diketuk.
Vira kemudian membuka pintu mobil, "Iya Pak kenapa?" Tanya Vira pada pengawal yang mengetuk kaca tadi.
"Nona Vira ditunggu sama Tuan Alno," jawab Pengawal yang akan membawa mobil ke basement.
"Ah iya Pak, terima kasih," jawab Vira kemudian berlari menghampiri Kakaknya yang sudah berdiri di depan pintu.
"Ngapain di dalam mobil, kenapa lama?" Tanya Alno begitu Vira sudah ada disampingnya.
"Tidak ngapa-ngapain, nih ketinggalan," jawab Vira sambil menyerahkan kantong plastik berwarna putih berisi makanan yang tadi Alno beli.
Setelah menyerahkan itu, Vira langsung berjalan masuk terlebih dahulu.
"Darimana kalian?" Terdengar suara yang tidak asing membuat Vira langsung menghentikan langkahnya.
"Pa...Papa? Papa belum tidur?" Tanya Vira gugup.
"Jawab pertanyaan Papa Vira, bukan malah bertanya balik?" Ucap Stevano dingin menatap Putrinya yang sudah melanggar peraturan yang dibuatnya.
Stevano tidak bermaksud mengekang kebebasan Putra maupun Putrinya, dia melakukan itu untuk kebaikan mereka, dia tidak ingin anak-anaknya mengambil langkah yang salah. Apalagi keluarganya pernah melakukan kesalahan itu, hingga dia tidak ingin mengambil resiko, beruntung Putranya Alno selama ini bisa diandalkan menjaga adik-adiknya.
"Ta..tadi Vira hanya..
"Aku yang mengajaknya keluar Pa, aku lapar dan membeli makanan di luar, ini makanannya," Alno kemudian mengangkat kantong plastik yang tadi di bawanya agar Papanya bisa melihat jika dirinya memang tidak berbohong sepenuhnya.
"Kamu bisa meminta pelayan membuatkan makanan Alno jika kamu memang lapar," jawab Stevano dengan suara yang kembali lembut.
"Mereka sudah istirahat dan Alno tidak ingin mengganggunya Pa, lagian Alno memang sangat ingin makanan ini dari kemarin tapi bukanya memang malam, kemarin sebelum jam sembilan Alno ke sana tapi ngantri sekali, banyak pembelinya karena rasanya yang terkenal enak, Alno penasaran makanya Alno sekarang beli," jawab Alno yang kemudian menghampiri Papanya dan mencium punggung tangan pria yang masih terlihat tampan itu meski usianya hampir kepala lima.
"Kamu ini alasan saja" Stevano memutar bola matanya mendengar penuturan putra pertamanya itu.
"Hehehe," Alno menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sementara Vira menarik nafas lega, saat Papanya tidak jadi marah.
"Baiklah kali ini kalian lolos dan Papa maafkan, jika besok ada yanh melanggar peraturan Papa lagi, jangan harap Papa akan memaafkan," kata Stevano yang berbesar hati memaafkan kesalahan anak-anaknya. Setidaknya dia lega karena Vira keluar bersama Alno yang dia yakin jika putra pertamanya itu pasti akan menjaga adik perempuannya itu dengan baik.
"Terima kasih Pa, Alno tidak akan mengulanginya lagi, dan Alno juga akan mengawasi adik-adik Alno agar selalu menaati aturan yang sudah Papa buat," jawab Alno mantap.
Stevano mengangguk mendengar penuturan Putranya itu hingga kemudian Vira mendekat ke arahnya dan mencium punggung tangannya.
"Terus kenapa kamu bukannya menjawab malah gugup saat Papa tanya tadi," Stevano kini gantian bertanya pada Putrinya.
"Itu karena Vira lapar Pa, Papa tahu sendiri gimana putri Papa kalau lagi lapar," bukan Vira yang menjawab melainkan Alno.
Alno kemudian merangkul bahu adiknya, "Ayo makan katanya kamu lapar!" Ajaknya menuju ke ruang makan yang terletak di samping dapur.
Tapi Vira segera melepaskan rangkulan Kakaknya saat ada yang tidak beres dengan kinerja jantungnya yang terasa berdetak lebih cepat.
"Kakak jangan seperti ini, aku sudah besar," protes Vira mengerucutkan bibirnya.
Stevano tersenyum melihat tingkah keduanya yang tidak ubahnya seperti anak-anak kecil.
Stevano kemudian maju dan kini giliran dia yang merangkul pundak putrinya, Vira menoleh dan tersenyum kemudian merangkul pinggang sang Ayah.
"Papa curang, aku bilang nih ke Mama," ancam Alno karena kesal melihat Ayahnya yang justru rangkulannya diterima oleh Vira.
"Bilang saja, memangnya Papa takut," kata Stevano yang tidak merasa takut.
"Yakin?" Alno bertanya seakan tidak percaya dengan apa yang Papanya itu katakan.
"Yak..eh sayang, kamu mau ngapain turun?" tanya Stevano langsung melepas rangkulan tangannya pada bahu Putrinya begitu melihat istrinya sudah berada di dapur, padahal tadi Jasmine bilang akan tidur lebih awal.
"Memangnya aku tidak boleh turun dan menuju dapur untuk membuat minuman saat aku merasa haus?" Bukannya menjawab Jasmine justru bertanya balik.
Stevano menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Hehe tentu saja boleh, dapur ini kan wilayah istriku tercinta," jawab Stevano disertai senyuman yang selalu membuat Jasmine selalu jatuh cinta.
"Jangan senyum seperti itu loh di depan orang lain, terutama di depan wanita lain, aku tidak suka," ucap Jasmine memperingati suaminya.
"Iya Mama, senyum Papa ini hanya untuk Mama dan anak-anak kita. Oh ya kamu mau membuat minuman apa?" Tanya Stevano yang kini berjalan mengekori Jasmine.
"Suami istri posesif," ucap Alno dan Vira bersamaan.
Jasmine dan Stevano yang mendengar itu langsung menoleh dan menatap kedua anaknya tajam.
Kemudian keempatnya pun tertawa bersama.
"Seru banget sepertinya, tapi nggak ngajak-ngajak," ujar Vier dengan muka bantalnya, dia tadi sudah ke alam mimpi, tapi tiba-tiba tenggorokannya kering, di atas nakas persediaan air putih sudah habis, jadi dia memutuskan ke dapur untuk mengambil. Tapi saat menuju dapur, dia mendengar orang tertawa hingga akhirnya dia pun bersuara saat melihat hampir semua keluarganya ada di sana kecuali adiknya Vian yang sudah tertidur lelap.
"Ngapain kamu ikutan bangun?" Tanya Stevano pada si kembaran Vira.
"Haus," jawab Vier kemudian arah pandangnya tertuju pada makanan yang baru dipindahkan Vira ke piring.
"Wah sepertinya enak bagi dong Kak," Vier yang baru datang langsung menyerobot merebut makanan Kakaknya Alno.
"Vier itu punya Kakak," Alno memandang makanannya yang sudah di lahap oleh Vier.
"Kakak bareng sama Vira saja, Vira tidak akan habis memakan makanan dengan porsi yang banyak seperti itu.
Sementara Stevano justru sibuk mengganggu istrinya yang sedang membuat teh hangat, Stevano terus mengikuti langkah istrinya tanpa mempedulikan anak-anaknya yang sedang berdebat memperebutkan makanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rita
emak bpknya lg mode bucin
2024-06-26
0
Rita
😅😂😂😂😂😂ktnya ngga takut pa
2024-06-26
0
Rita
knp vier?😅
2024-06-26
0