"Kenapa?" Bisik Alno mendekat ke arah Vira.
"Kakak menyingkirlah!" Kata Vira mendorong tubuh Alno yang semakin mendekat ke arahnya. Vira tidak ingin Kakaknya mendengar detak jantungnya saat ini.
Jantungnya berdebar kencang lagi, bahkan Vira saat ini menahan nafasnya saat mencium aroma maskulin dari tubuh Alno.
Vira berusaha menepis perasaan aneh itu. Vira pandangi Kakaknya, Alno terlihat baik-baik saja, Vira tidak tahu saja jika sebenarnya Alno merasakan lebih dari apa yang Vira rasakan.
"Ehmm," Alno berdehem guna menetralkan kegugupannya.
"Ini!" Ucap Alno sambil menyerahkan botol minuman yang kosong.
"Kak Alno bisa membuangnya sendiri kan?" Vira memprotes, tapi tangannya menerima botol plastik itu dari Alno.
Tanpa peduli Alno langsung berlalu meninggalkan Vira, dirinya tidak bisa jika terus bersama Vira, saat ini saja jantungnya sudah berdetak tak normal, apalagi jika harus bersama adiknya itu, mungkin saja jantung Alno bisa loncat sewaktu-waktu.
Setelah kepergian Kakaknya, tubuh Vira terasa limbung, dia langsung bersandar pintu kulkas agar tidak terjatuh.
Vira kemudian memegang dadanya, "Ada apa ini? Apa mungkin aku sakit? Kenapa jantungku berdetak cepat sekali padahal saat ini aku sedang tidak berlari," gumam Vira.
Tak jauh berbeda dengan Vira, Alno pun merasakan hal demikian, Alno masuk ke kamar mandi di kamar yang memang disiapkan untuknya jika dia menginap di rumah Kakek Neneknya, kemudian dia membasuh wajahnya, untuk meredakan hawa panas yang tadi sempat dirasakannya.
"Alno kau tidak boleh menyukai adikmu sendiri? Apa kata Mama dan Papa? Bagaimana tanggapan orang-orang jika tahu hal itu?" Ucap Alno pada bayangannya sendiri di cermin.
Setelah berhasil menguasai dirinya, Alno pun keluar dari kamar.
"Kak!" Melviano sang adik berdiri di depan pintu.
"Kamu mengagetkan Kakak saja, kenapa?" Kata Alno pada adiknya yang biasa dipanggil Vian.
"Hmmm," Melviano berpikir, dia menimbang apa dia harus menanyakannya atau tidak.
"Kenapa? Katakan saja! Apa kamu ingin sesuatu?" Tanya Alno yang memang akan menuruti apapun yang diminta adik yang satunya itu, karena Vian tidak pernah meminta sesuatu padanya.
"Ah tidak, Mama dan Papa akan pulang, Kakak ikut pulang tidak?" Tanya Vian sedikit mendongak agar bisa menatap Kakaknya.
"Tentu saja Kakak pulang, tolong kamu panggilkan Kak Vira ya," Ucap Alno meminta tolong pada adiknya.
"Ya," jawabnya kemudian berlalu begitu saja menuju dapur tempat dimana Kakak perempuannya itu berada.
"Tunggu, apa Vian tahu jika sekarang Vira ada di dapur?" Gumam Alno tampak berfikir.
"Entahlah," tambahnya kemudian menutup pintu kamar dan segera pergi dari situ.
"Loh, Vira sama Vian mana sayang?" tanya Jasmine yang melihat Alno hanya sendirian.
"Vian memanggil Vira di dapur Ma," jawab Alno kemudian duduk di samping Kakeknya.
"Zeline masih tidur?" Tanyanya kemudian melihat adiknya yang masih tampak lelah di pangkuan Stevano.
"Ya mungkin adikmu kecapean, kata Nenek juga di sana jalan-jalan terus," jawab Jasmine mengelus rambut putri bungsunya.
"Bu, tidak apa-apa kan jika kita bawa Zeline pulang? Jasmine sangat merindukan Zeline," kata Jasmine meminta izin pada Ibunya untuk membawa Zeline kembali.
Liana tersenyum, "Walaupun Zel cucu Ibu, tapi Zel tetap Putrimu sayang, jadi kamu tidak perlu izin pada Ibumu untuk membawa Putrimu sendiri, Ibu senang Zeline disini, tapi dia juga tetap harus sering kembali ke rumah orang tuanya. Ibu tidak keberatan jika Zel tinggal disini, dengan senang hati Ibu menyambutnya, tapi tidak terlalu baik juga nantinya jika Zel terus tinggal disini, takutnya Zel kelak tidak dengan kalian sebagai orang tuanya, saran Ibu, Zel lebih baik menginap disini di akhir pekan, dan kalian juga, kalian juga bisa bergantian menginap di rumah orang tua Suamimu, karena Ibu yakin di masa tua kita sebagai orang tua, yang menyaksikan anak-anaknya tumbuh dewasa dan sudah memiliki keluarga sendiri, sering merasa takut jika kalian semua sudah tidak sempat lagi mengunjungi kami, di tengah kesibukan kalian, kesibukan entah pekerjaan, ataupun mengurus keluarga kecil kalian. Orang tua pasti selalu mengharapkan anak-anaknya kembali menghabiskan waktu bersama, menemani masa tua Kami.
"Ibu," mata Jasmine sudah berkaca-kaca mendengar nasihat Ibunya.
Jasmine berdiri dan berjalan menghampiri wanita yang menjadi Ibunya, wanita yang dengan tulus menyayanginya walaupun dia bukan Putri kandungnya, membesarkannya dengan penuh cinta, wanita yang menemani dirinya disaat dirinya sendiri dan kesepian karena ditinggal Ibu kandungnya, wanita yang memberi pelukan hangat disaat dirinya kedinginan, lahir tanpa pernah merasakan dekapan wanita yang melahirkannya. Wanita yang menerangi jalannya di tengah kegelapan, wanita yang membawakan dirinya kebahagiaan yang sampai saat ini bisa dirinya rasakan," Jasmine mendekat dan berhambur ke pelukan Ibunya.
"Maafkan Jasmine Ibu, Jasmine belum bisa membahagiakan Ibu, bahkan Jasmine tidak bisa terus di sisi Ibu, Jasmine tidak bisa menemani masa tua Ibu. Maafkan Jasmine Ibu," tangis Jasmine kini pecah.
Jasmine juga merasa bingung jika mengambil keputusan itu. Bagaimana tidak bingung kadang seorang gadis yang sudah menikah, memang kebanyakan akan ikut suaminya kemanapun, banyak juga yang
Memiliki rumah impiannya sendiri, dan tinggal disana mengurus sendiri keluarga kecilnya. Karena begitu sibuknya, terkadang sampai lupa jika orang tua, Ibu dan Ayah, orang yang melahirkan dan membesarkan kita semakin kesini umur juga semakin bertambah, sementara anak-anak banyak yang melupakan itu, dan jarang mengunjunginya apalagi yang jaraknya jauh.
"Sudah-sudah, Ibu tidak apa-apa, Ibu hanya ingin yang terbaik untuk anak-anak dan cucu-cucu Ibu, Itu saja Ibu sudah bahagia," kata Liana membelai lembut rambut putrinya yang panjang.
Alex menepuk bahu Alno, "Jadikan kata-kata Nenek untuk bekal kamu kedepannya, jika kamu menikah kelak, sering-seringlah ajak Istri dan anak-anakmu, untuk mengunjungi orang tua, baik dari pihakmu atau pihak istrimu, Kakek tidak menyangka kamu sudah sebesar ini, padahal rasanya baru kemarin Kakek masih kuat untuk menggendongmu," kata Alex pada Alno cucunya.
"Alno akan selalu mengingatnya Kek," jawab Alno dengan pandangan yang tertuju pada gadis yang baru saja bergabung dengan mereka semua.
"Andai aku bisa memilikinya, kita tidak perlu menambah anggota keluarga lain, dan pasti akan terus pulang ke rumah Mama dan Papa," ucap Alno dalam hati masih betah menatap adiknya.
"Oh ya apa cucu Nenek sudah punya kekasih?" Tanya Liana mengalihkan pembicaraan setelah pelukan dengan putrinya terlepas.
"Ah itu," Alno tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Tidak mungkin jika cucu Kakek yang tampan ini tidak memiliki kekasih, pasti para gadis di kampusmu tidak pandai menilai orang," Alex ikut menimpali ucapan Istri dan cucunya.
Stevano dan Jasmine saling pandang, Melvino menatap kedua Kakaknya bergantian.
"Vier saja juga katanya sudah punya kekasih, apalagi kamu Al, jadi selagi kita kumpul nih kamu bisa cerita sama kami," tambah Alex yang memang ingin menggoda cucunya, yang memang dia lihat tidak pernah dekat wanita manapun.
"Ah sebenarnya…
"Kak Alno memang sudah memiliki kekasih," ucap Vira lantang memotong ucapan Alno.
Semua orang kini menatap Vira dengan pandangan yang berbeda-beda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rita
berarti vian lht kyknya
2024-06-26
0
Rita
hmmm kshn jg sich klhtn nya sdh sm2 tertarik tp takut melewati batas krn mereka beranggapan saudara kandung
2024-06-26
0